27 May 2015

Baby Head Injury and Baby Proofing

Keenakan punya baby ndut yang nggak banyak gerak (baru mulai berguling-guling umur 6 bulan), saya sekeluarga nggak banyak mengubah susunan rumah. Iya sih si baby udah sering minta ditarik berdiri sejak umur 5 bulanan, tapi kan masih di kasur dan selalu dipegangin. Pokoknya belom kebayang soal baby proofing deh!

Kemudian si kecil jatuh dari kasur di tengah malam. BAM! Rasa bersalah mendera. Bego banget sih lu Trid, bego bego begoo! Saat itu nggak kepikir lho dia bisa jatuh gitu. Kenapa? Karena posisi dia diapit headboard dan badanku (jarak headboard dan aku cuma sekitar 40 cm). Jika dia roll over, biasanya aku pasti terbangun karena pasti kepala atau limbsnya membentur badanku. Trust me, as heavy sleeper as I was during before-kid era, being a mother changed my depth of sleep a lot. Anak goyang dikit aja kebangun kok. Nah ntah gimana waktu itu dia bergerak (kaya ulet kali ya, trus melesot ke arah kakinya), tau-tau aku dengar suara brussh dari dus tempat nyimpan stok popok yang terletak di samping ranjang. Langsung aku loncat dan liat si Euis dalam posisi telentang di samping dus itu. "Huwaaaaa!" begitu lihat mukaku dia langsung nangis kejer. Puji Tuhan si bocah masih dilindungi; keliatannya dia nangis cuma kaget aja. Begitu kupeluk nangisnya langsung stop. Seingetku pun sehabis suara brussh itu nggak ada suara bledug seperti kalau kepala terbentur ubin. Kuduga dia jatuh dengan posisi kaki duluan dan hempasannya tertahan oleh dus. Praise The Lord, praise The Lord! 

Kuraba kepalanya, nggak nangis. Berarti nggak sakit. Semua badannya juga nggak memar. Anaknya juga abis itu malah langsung ceria lagi. Sengaja malah kuajak main dulu di kasur, bukannya langsung kusuruh tidur lagi karena takutnya dia ternyata pingsan tapi malah kukira tidur. Kuminta mamaku juga pantau siangnya, nggak ada benjol dan anaknya biasa aja. Ya ternyata emang nggak apa-apa, piuhhhh...

Kapan kita musti waswas ketika kepala anak kebentur? Gejala apa aja yang musti kita waspadai selama 24 jam sejak dia kejedut? Apa gejala anak yang terbentur sebaiknya dibawa ke dokter (selain jika menunjukkan luka luar yang serius)?
1. Anak hilang kesadaran atau nampak sangat ngantuk (yang ekstrim dan nggak lazim). Susah dibangunkan atau susah bangkit.
2. Anak terlihat bingung atau pusing, ngomongnya nggak nyambung, atau jalannya oleng (ini keliatan kalo anaknya udah gedean). Pada bayi, waspadai kalau dia kehilangan keseimbangan ketika duduk atau merangkak (lebih jelas pada bayi yang duduk dan merangkaknya udah pageuh) atau merangkak/berjalan lurus dan terbentur benda di depannya seolah dia nggak lihat benda itu.
3. Ukuran pupil kedua mata berbeda atau jadi juling.
4. Napas nggak teratur. Pucat atau bahkan membiru. Muntah lebih dari sekali.
5. Telinga, hidung, atau mulut mengeluarkan darah atau cairan bening. Kadang kalau terbenturnya kena hidung, anak akan mimisan tapi baik-baik saja.
6. Tangan atau kaki tersentak-sentak. Kejang.
7. Nangis terus, tidak bisa ditenangkan.
8. Leher atau limbs tidak bisa digerakkan. Paralysis.
Kalo nampak salah satu gejala demikian, sebaiknya cepetan dibawa ke RS. Kalau anak pingsan, hindari menggerakkan tubuhnya terlalu banyak (usahakan posisinya stabil dan tetap telentang). Jangan tekan-tekan bagian tubuhnya, apalagi yang luka.

Nah kalo baby kelihatan baik-baik aja tapi benjol, Babycenter menyarankan home remedy sebagai berikut.
Get your baby to rest and apply a cold compress to the lump. A packet of frozen vegetables wrapped in a tea towel is good, as you can press the packet around the injury. The cold compress will help to reduce the swelling on your child's head. Keep the cold compress in place until the swelling goes down, or until your baby has had enough. It's best not to give your baby ibuprofen for a headache caused by a knock. Ibuprofen can interfere with the blood's ability to clot, which could cause problems if there is a bleed. However, it's fine to give your baby infant paracetamol, as long as he shows no other symptoms.
Piuh... Bener-bener pengalaman yang mengerikan. Tapi yang sudah terjadi yasud biar jadi pelajaran. Kalo saya kelamaan berkutat sama rasa bersalah, bisa-bisa saya jadi emak yang stresan dan malah bikin baby ikut stress. Mending saya perbaiki kesalahan itu supaya nggak kejadian lagi di masa depan. Saya langsung semangat memperdalam soal childproofing.

Menurut babycarejournals.com, begitu bayi bisa rolling over, itulah waktunya untuk melakukan baby proofing. Iya sih, dalam hitungan beberapa minggu, si baby akan makin heboh bereksplorasi. Ini gambar panduannya (yang bisa kita adjust sesuai kebutuhan rumah kita):
Babyproofing

So far, yang sudah dan akan kami lakukan buat baby proofing adalah sebagai berikut.
- Menurunkan kasur dari ranjang dan memasang kasur lipat di sebelah kasur (karena ketinggian kasurnya 30an cm dan nyungsep dari kasur ke ubin pasti tetep sakit).
- Gelar play mat (soalnya belom ada duit buat pasang wooden parquet hahahaa).
- Mencabut semua kabel yang tidak terpakai dan menutup stop kontak.
- Pasang pengaman kulkas, lemari dan laci yang tidak ada kuncinya. Terutama laci dapur yang berisi pisau dkk dan lemari berisi bahan-bahan pembersih yang beracun.
  drawer safety lock 2/pengaman laci sikupengaman lemari menyamping bisa buat kulkas, laci, lemari datar, dan lainnya
- Nutup sudut meja.
   Pengaman Sudut Meja Dari Bayi dan Anak / Cover Table Corner SafetyAlat Pengaman Sudut Meja (Corner Of The Table Safety Protection Cap)
- Pasang busa pengaman pintu supaya jarinya nggak kejepit.
   Door Stopper ( Penahan / Pengaman / Pengganjal Pintu ) Baby Safety
- Pasang baby gate di atas dan bawah tangga.
 Lucky Baby 2 Ways Xtra Tall Swing Back Gate
- Pasang penutup kipas angin.
  jaringa pengaman kipas angin/jaring penutup kipas angin baby safety
- Memastikan furniture nggak mudah jatuh terguling, apalagi yang kemungkinan bakal dipanjat si kecil (contohnya: rak buku, lemari). Disarankan sih ditanem ke tembok, tapi tapi tapi... kami rasa nggak perlu sih.
- Pasang nonslip bath mat karena si kecil mulai sok-sokan pingin berdiri kalo mandi.
- Yang belom ketemu: penutup keran. Katanya sih bisa DIY pake malam sejenis playdoh gitu.
So far baru itu aja yang kepikir. Beberapa hal lain dirasa belum perlu karena si babydut kan 24 hours dalam pengawasan. Rata-rata kubeli di Tokopedia.com. Di Bilna.com juga jual merek AmanBayiku.

Yang musti diingat: babyproofing berkembang seiring usia anak. Makin gede, beda lagi pengamanannya. Babygatenya bisa aja dijadiin panjatan. Penutup steker udah bisa dicokel sama anak yang gedean. Dll dll. Intinya tetep ngajarin si anak soal bahaya yang tersembunyi dari peralatan di rumah (misal soal kompor, setrum, racun pada pembersih, dll).

Nah yang namanya lagi seru-serunya merangkak dan belajar narik badan buat berdiri, anakku tetep aja sering kejedut hehehe... Kadang nggak ketangkep, misalnya pas tau-tau dia ngehempaskan badan ke lantai. Tentunya di bagian lantai yang tidak terpasang playmat. Yuuu... cape deeh... Hikmahnya (di manapun selalu ada hikmah), dia jadi belajar kalo kejedut ubin tuh sakit. Kadang lucu juga liat dia panik ampir jatoh (padahal diem-diem udah dijagain dari belakang). Dasar #mamajahat hihi! Kami juga lagi gencar ngajarin dia turun dari tempat tinggi menggunakan kaki dulu. So far dia keliatannya ngerti kalo dari tempat tinggi tuh nggak boleh langsung terjun, tapi belom bisa muter supaya kakinya duluan yang madep bawah tuh.

26 May 2015

Book Review: One Plus One by Jojo Moyes (No Spoiler)

One Plus One

Pas nyari rekomendasi bacaan di Goodreads, nemu novel ini yang penilaiannya oke (almost 4 star). Gini sinopsisnya: 
One single mom. One chaotic family. One quirky stranger. One irresistible love story from the New York Times bestselling author of Me Before You

Suppose your life sucks. A lot. Your husband has done a vanishing act, your teenage stepson is being bullied and your math whiz daughter has a once-in-a-lifetime opportunity that you can’t afford to pay for. That’s Jess’s life in a nutshell—until an unexpected knight-in-shining-armor offers to rescue them. Only Jess’s knight turns out to be Geeky Ed, the obnoxious tech millionaire whose vacation home she happens to clean. But Ed has big problems of his own, and driving the dysfunctional family to the Math Olympiad feels like his first unselfish act in ages... maybe ever.
Napa aku mau baca padahal mayoritas reviewer Goodreads menyatakan novel ini bergenre romance & chicklit? Chicklit! Iyuh. Pasti banyak cinta-cintaannya. Aku kan tipe orang yang baca Harlequin (punya mamaku) hanya saking nggak ada kerjaannya dan buat ngehina-hina aja hahaha... Tapi kulihat beberapa orang mengategorikan novel ini realistic fiction dan humour. I love humor! I love family-theme fiction! Dan tokoh cowoknya di sinopsis disebut sebagai 'geeky Ed'. I love geeky guys! Walaupun deskripsi 'millionaire' sempet bikin ilfil sih. I'm not a fan of shitty Cinderella-ish stories where a maid marries a rich galant Prince Charming and they live happily ever after. Urggghh... Tapi yasudlah dicoba baca dulu aja.

Jengjengjeeng.... ternyata bukunya pendek banget! Di Kindle aku emang nggak suka ngecek jumlah halaman, jadi kaget juga. Yah... jangan-jangan ini mah sebenernya masuk kategori cerpen ya? Hahahaa...

Well, in overall, I quite like it. Masih lebih suka sama gaya penulisannya Liane Moriarty sih (see my review on Big Little Lies here). Aku suka caranya mendeskripsikan tokoh-tokohnya tanpa gambaran 'cantik, kaki jenjang, tubuh kecil namun seksi' atau 'tampan, dagu yang kokoh, tubuh yang bak pahatan dewa yunani' atau other shit yang suka muncul di novel Harlequin dan bikin mata bulukan. Point of viewnya diambil dari 4 tokoh (Jess, Ed, Tanzie, dan Nicky) dan bikin kita lebih kebayang pemikiran masing-masingnya. Aku juga suka karakter tokoh-tokohnya yang menurutku sih nggak terlalu dibuat-buat yah. Flaws ya flaws aja, nggak pake banyak excuse supaya tokohnya tetep flawless kaya di chicklit standar. Perpisahan kedua tokoh utama juga punya sebab yang kuat, bukan yang unyu-unyu dibuat-buat semacam karakter-cewe-yang-sok-tegar-ingin-menanggung-bebannya-sendirian atau sejenisnya. Some parts juga sukses bikin ngakak.

On the other hand, there are some annoying things (buatku) ketika membaca buku ini:
  • Mindsetku kan Indonesia banget ya, di mana yang namanya nebeng (walau kepaksa) ya harus sopan. Bersih. Apalagi akunya sendiri juga rada clean freak. Nggak kebayang gitu, nebeng mobil orang trus naikin kaki ke dashboardnya! Waw! Ke mobil sendiri aja nggak pernah hahaha... Mana mereka enak aja nyampah di mobil orang. Mungkin buat nunjukin how different the characters were and how they learn about each other and in the end accepted each flaw kali yaaa....
  • Incongruity cerita. Small thing sih, tapi kalo baca sambil ngebayangin kalo difilmin kira-kira adegannya kaya apa, agak bingung. 'Eh, lho?' trus baca ke depan lagi karena ngerasa ada yang aneh, dan ternyata emang nggak match sama setting awal. Yah ini bener-bener small thing kok, nggak mengganggu jalan cerita.
  • Itu idup ga bisa lebih ribet lagi, woooiii??? *lap keringet* Pengarangnya sadis bener nambah-nambahin masalah terus menerus hahahah... Kadang aku malah jadi bertanya-tanya: emangnya bule nggak punya sejenisnya Antimo? Dan susah kah nyari oralit dan norit di Inggris? Belom lagi masalah yang muncul di klimaks. Hih!
  • Endingnya. Okelah semua penghuni dunia conspire to make it happen, tapi kok rasanya jadi terburu-buru. Tadi masih galau-galau, kok halaman berikut udah speech dengan iye yakin beud soal keputusannya?
Yah semua itu berdasar penilaianku doang. Banyak kok reviewers yang muji-muji novel ini setinggi Monas. Trus apakah novel ini recommended (menurutku)? Tergantung apa yang dicari. If you're looking for romance, mending baca buku lain. Di sini mah minim cinta-cintaan. If you're looking for family drama with a touch of romance, it's a good choice.

Got it from Goodreads, lucuk ya

24 May 2015

Home-Made MPASI 8 Bulan

Makanan yang sudah dicoba selama 3 bulan MPASI (BTW sebenernya aku sih ngikut saran WHO aja bahwa start usia 6 bulan bayi boleh dikasi apapun, tapi tetap ngikut aturan tunggu 3 hari ketika memperkenalkan bahan makanan baru untuk lihat reaksi alergi):
Sayur: brokoli, kabocha, tomat, waluh, wortel, zucchini, buncis, mentimun, bayam, paprika, sawi, pakcoy.
Buah: apel, red dragon fruit (satu-satunya buah yang dia nggak doyan; persis emaknya), melon, pepaya, pir, pisang, plum, semangka, xiang li, kiwi, strawberry, jeruk baby, jeruk bali, mangga arumanis. Pernah juga iseng dicuilin duren dan dukuh, doyan-doyan aja sih.
Cerealia dan karbohidrat: beras putih, kentang (ga doyan karena seret, musti digabung makanan lain), jagung (seret kalo dipuree tapi anaknya suka gerogotin jagung rebus), home-made mantau, fussili (juga ga doyan), roti putih biasa dan roti panggang, roti gandum panggang (kalo ga dipanggang, ga mau; seret kali), misoa (pake telur).
Protein: kaldu ayam (awalnya agak bruntus kecil-kecil di muka tapi hilang sendiri), kacang merah, tahu Kong Kee tawar (anaknya ga doyan, tapi pas kucoba emang nggak enak ih), jamur, ikan gurame, ayam giling, udang, telur burung puyuh, hati ayam, telur ayam (putih dan kuningnya, dulu sempat alergi bruntusan dikit di pipi tapi sekarang udah nggak apa-apa), ikan kakap, keju (sedikiiitt, abis takut ndut), tuna (kurang doyan), redbean chilli (anaknya nangis hahahaha), tempe dan tempe goreng (ya abis gimana, dijambret sama anaknya hahaa).

Finger food: brokoli kukus, tomat dan timun mentah, wortel kukus, jeruk dan jeruk Bali, apel, pear, semangka, melon, pepaya, pisang (rata-rata semua buah deh), jagung rebus dipotong silinder sekitar 1,5 cm, roti, mantau, tempe goreng hahaha.

Tekstur: perbuburan masih harus encer dan disaring atau anaknya kelolotan, padahal teorinya anak umur segini udah bisa bubur ga disaring hehe. Anehnya dia bisa ngunyah kalo makan finger food. Misalnya: jagung atau apel dipuree tuh dia ga suka (mungkin agak seret); dimasukin ke buburnya dan disaring pun lempeng aja (atau bahkan disemburin). Tapi coba kasi sekeping, abis tuh digerogotin. Tapi napa kau ndak suka bubur kentel sih naakk? Nasi tim maupun nasi biasa juga keselek.

Porsi: KATANYA yaaa... KATANYAA... anak umur segini dah bisa makan 8 sdm. Boro-boro dah. Kalo mood, bisa abis 6 sdm. Kalo nggak mood ya nggak makan. Banyakan nggak moodnya tuh. Standarnya mah ya 10 suap sendok bayi aja.

Jadwal makan:
07.00 bubur saring
08.00 nyusu (anaknya tetep minta on time even kalo sarapannya abis)
09.30 buah
10.00 nyusu
11.00 bubur saring
12.00 nyusu
14.00 nyusu
16.00 nyusu
17.00 bubur saring
18.30 nyusu sama emaknya
20.00 nyusu + bobo
Masih bangun nyusu (jam 22.00, 24.30an, 2.00 atau 3.00, 4.30-5.30an). Gile ya, gimana nggak gendut, padahal makannya dikiiit!

Menu tidak saya publish karena masih gitu-gitu aja, nggak ada perubahan dari umur 6-7 bulan, tetep bubur (nasi + kaldu + sayur + protein hewani) yang disaring halus dan encer. Lauknya ya gonta-ganti aja dari bahan yang tersedia di kulkas. Pernah weekend saya iseng buatin chilli sesuai resep temen saya Airin di blognya ini tapi anakku nggak suka (dasar emang anak Cina ya, nggak bisa dikasi makanan bule hahaha). Untung chillinya bisa dimakan mamanya. Enak tau, neeng! Dikasi fussili keju juga cuman diawur-awur.

21 May 2015

The Blessing of A Nice Houseworker (AKA ART!)

Sepanjang hidupku selama lebih dari 2 dekade, aku nggak pernah mengalami punya 'pembantu' alias Asisten Rumah Tangga yang live-in. Palingan ketemu ARTnya nenek, om tante, dan teman aja (yang silih berganti resign dan recruited sampai aku jarang hapal namanya) pas nginep di rumah mereka. Jarang lah ya pastinya. Lalu aku mendapat pekerjaan di Jakarta dan pindah ke rumah oomku. Dia punya ART lelaki yang live-in. Risiiihh banget awalnya, tapi ya dibetah-betahin dong, namanya juga nebeng. Didikan keras mama soal sopan santun berlaku terhadap semua orang dan aku selalu memperlakukan para ART tersebut dengan sopan dan hormat, like simply using 'tolong' dan 'terima kasih', two simple phrases yang anehnya kuamati jarang diucapkan oleh beberapa 'majikan' yang langsung bikin aku judgey tentunyaa (pasti aku langsung mikir 'ih kok gitu sih, kaya ke budak aja').

Sampai sekarang, aku selalu merasa risih tinggal dengan orang lain yang non-keluarga dekat, including ART. Bukannya sok-sokan 'ih lu kan outsider' atau ngerasa ART tuh rendah lho yaaa (lagian siapa gue)... tapi emang akunya risihan aja. Berasa nggak bebas di rumah sendiri. Nggak bebas ngupil, nyanyi-nyanyi konyol, dansa-dansa nonton video clip, atau apa gitu kelakuan anehku yang lainnya hahaha... Ya gimana lagi atuh da saya orangnya konyol tapi jaim berat.

Ketika menikah, selama 6 bulan aku menjadi stay-at-home-wife buat recuperating dari penyakit jiwa raga yang terakumulasi di pekerjaanku sebelumnya. Aku cukup menikmati kegiatan bersih-bersih rumah dan nyoba-nyoba masak. Nyapu ngepel setiap hari. Mengelap wastafel dan kloset. Menyikat sink. Rumah wangi dan bersih adalah surga dunia *tssaaahh*. Maklumlah ya aku rada OCD dan clean freak. Tapi stay di rumah kelamaan juga bikin aku kangen dunia luar (ditambah beberapa alasan lain), jadilah aku mulai kerja.

Jeng jeeeng... Keadaan rumah berubah. Walau jarak kantor-rumah hanya sekitar 30 km, aku udah kehabisan tenaga buat bersih-bersih. Pulang kantor, aku nyapu kalo sempet, masak, mandi, makan bareng suami, nyuci piring, langsung tidur deh. Weekend kami usahakan untuk setidaknya ngepel dan bersih-bersih, tapi kadang rasanya udah capee banget. Kadang kami pun harus ke Bandung atau bersosialisasi kaaan... Kondisi kebersihan rumah memburuk ketika aku hamil. Kehamilanku dipenuhi rasa mual dan lemas selama 7 bulan sampai si unyil lahir. Boro-boro mau nyapu, berdiri kelamaan aja lemes... Puji Tuhan, suami berbaik hati ngepel setiap weekend.

Ketika usia kehamilanku 6 bulanan, kami mendapat rekomendasi ART harian dari tetangga. Kami minta dia datang akhir pekan saja karena weekdaysnya kami kerja dan nggak ada yang bukain rumah. Kami nggak ngerasa aman menitipkan kunci ke ART. Sejak pertama, ada sesuatu yang bikin aku nggak sreg sama dia. Mungkin karena cara kerjanya dan cara bicaranya yang buatku nggak bersih dan kurang sopan. Masa dia berani bilang di depan mama mertuaku yang lagi berkunjung 'oh saya kira ini ibu dari kampung mau bantu-bantu di sini'! BERKALI-KALI! Padahal dah berkali-kali kubilang 'bukan, ini ibu mertua saya'! Pingin aku cabein mulutnya. Puji Tuhan juga sih dia akhirnya nggak muncul-muncul lagi, mungkin ngerasa income dari bersihin rumah kami nggak seberapa. Ih aku ga boleh suudzon yah hahahaa... kuanggap berkah aja, aku di-spare dari keharusan 'memecat' orang. Never like it.

Setelah fase singkat menggunakan suster selama 3 minggu (diwarnai derai air mata akibat aku nggak rela ninggalin anak berdua doang sama suster di rumah kalo cuti berakhir dan perasaan nggak sreg yang sulit digambarkan walaupun susternya bagus, telaten, berpengalaman, dan direkomen oleh temen deketku sendiri), Tuhan kembali ngasih kami jalan sehingga papa mengizinkan mama pindah ke rumahku buat jaga incu. Ketika aku kembali kerja, kami kembali mencari jasa ART harian buat bantu mama. Jawaban Tuhan buat kami adalah Bu Sipit.

Perawakannya kecil, umurnya mungkin late 30s atau early 40s. Awalnya dia nggak banyak bicara, hanya menyahut seperlunya, tapi lama-lama dia semakin akrab dengan mamaku dan nggak pernah nggak sopan. Anakku juga suka sama dia lho! Sampe bisa diem kalo digendong si ibu pas aku mandi dan sampe nangis kalo nggak disapa sama si ibu hahaha... Aku percaya insting anak bayi tuh kuat, dia tau kalo orang baek apa kaga. Ummm mungkin juga sebenernya anak bayi tuh oon dan seneng aja sama siapapun yang rutin dia liat ya hahahaa... but this time I put my bet on her instinct!

Hasil kerjaan si ibu? Hmm ga usah ditanya. Walaupun saya awalnya emang low expectation ya sehabis ngalamin ART dan sus yang bersih-bersihnya grabak grubuk....Deal awal kami adalah dia dateng setiap hari buat nyapu-ngepel dan ngelap-ngelap debu dengan bayaran Rp 600ribu per bulan. Menurut beberapa teman, mahal. Iya sih, beberapa orang punya ART yang live-in dengan gaji sejuta, bisa dipanggil kapan saja siang atau malam. (BTW, aku suka risih liat kelakuan beberapa orang yang kaya nggak mau rugi sama ARTnya. Karena ngerasa udah bayar mahal, jadi ngerasa berhak meng-abuse ARTnya, dipekerjakan lebih dari 10 jam sehari. Yah aku juga nggak nutup mata, beberapa ART juga suka ngelunjak. Sighh... balada ART yahh!)

Tapi sekali lagi, aku males punya live-in ART karena:
- Akunya risihan.
- Akunya males mikirin makan, toiletries, dll. Belanja buat diri sendiri aja suka kelupaan.
- Akunya males mikirin segala antisipasi, misalnya: kalau kami pergi sekeluarga, gimana si ART di rumah sendiri? Dll dll sejenisnya hehehe... Ada temenku bikin pintu keluar terpisah buat ART lewat dapur dan garasi supaya kalo kebakaran ato apa (amit-amit), ARTnya bisa keluar. Tapi kalo malem dan kalo bepergian, pintu penghubung ke living room dan area kamar dikunci. Yah aku ngerti juga sih kalo beberapa orang jadi parno; lha kejadian perampokan oleh ART sendiri kan udah banyak banget. Mending jaga-jaga. Kalo aku terlalu puyeng rasanya kalo musti mikirin gituan hahaha...

Nah si ibu ini kerja di deket rumahku. Rumahnya juga katanya dekat. Dia nggak itungan ngerjain plek-plekan yang udah deal doang alias sapu-pel-ngelap. Dia pasti tiap hari ngebutin kasur-kasur dan rapiin spreinya. Nariknya kuat banget lho, sampe kenceeeng kaya di hotel. Dia juga pasti sikatin shower dan tempat cuci baju, nyuciin piring, dan kadang geser sofa-sofa supaya bisa nyapu ngepel bawahnya. Debu-debu juga bersiihh... rak lemari meja dll semua dilap. Malah awalnya dia angkat semua printilan toiletries bayi di meja buat lap mejanya! Ya kami suru lap yang keliatan ajalah, kesian amat, secara printilan si neng banyak hahaha... Dia juga inisiatif bersihin kawat pintu antinyamuk yang ketempelan debu dan bulu burung (sekitar rumah kami banyak burung gereja). Sapu-sapu pasti dia bersihkan dari rontokan rambutku dan mama (yang seabrek!) dan sebelum pulang, pasti dia cuci lap dan sikat kain pel sampe bersiih. Kami sempat kasih dia tongkat pel yang tinggal diputer di embernya trus bisa ngebilas dan ngeringin sendiri, ehhh katanya mau pakai tongkat yang kuno aja karena lebih bersih. *terharuuu* Pokoknya kami puas banget lah sama hasil kerja si ibu.

Kami juga pernah ketinggalan duit di meja, nggak dia ambil. So far jujur dan semoga terus jujur. Orangnya juga kayanya nggak enakan kalo soal duit. Pernah minjem duit pun dia minta potong dari gajinya bulan itu aja.Pernah kami harus dadakan pergi sekeluarga, kami tempel memo buat si ibu di pintu. Pas kami pulang, memonya udah dia lepas (jadi nggak dibaca orang iseng yang lalu nyadar nggak ada orang di rumah dan jiwa malingnya terpanggil hehe).

Dengan semakin maceuhnya anak gadisku (ditambah separation anxiety yang makin kronis), nggak kebayang deh capeknya mamaku kalo nggak ada si ibu. Aku padamu, bu... semoga selalu sehat dan betah ya kerja di rumah kami.

19 May 2015

Ketika Ratu Kencing Sejagad Gak Pipis Semaleman dan Pipisnya Merah

Cemas lah ya!

Ya sebenernya lebay sih, I know... Si eneng is not even a heavy wetter. Medium lah. Kasus popok bocor pun bisa diitung jari. Tapi kalo udah biasa buka popok yang berat di pagi hari dan liat tumpukan popok basah setiap pulang kantor, waswas juga ketika si eneng ga pipis 4 jam, bahkan pernah ga pipis semaleman (12 jam!). Selama 3 hari malah pipisnya ada semburat warna pink-merah-oranye gitu kaya darah! Aaaahhh, apa iniiii? Dehidrasi kah? ISK kah? Aku langsung nanya birth club dan googling.

Menurut para ahli dan senior dalam perpipisan-bayi, aku musti waspada sama gejala dehidrasi dan infeksi saluran kencing. Asupan cairan si kecil musti diamati.

Gejala infeksi saluran kencing (tapi nggak harus semuanya muncul): demam, rewel (amati juga jika bayi nampak kesakitan saat pipis), muntah, diare atau konstipasi, nafsu makan turun, kemerahan di sekitar kemaluan, bau urine aneh, urine bercampur darah.

Dicek-cek, nyusunya kalo kutinggal kerja ga berubah kok, tetap 400-500 cc plus buah dan air putih yang selalu Mamaku tawarkan. Malem pun masih bangun 3-4 kali buat nyusu. Akhir-akhir ini bahkan si kucrit udah mau lahap minum air putih kalo dia lagi mood (dulu mah kena setetes aja di lidahnya langsung ngambek hahaha). Biasanya dia haus kalo gerah. Anaknya pun masih lincah dan ceria, nggak pernah nangis pas pipis dan pup. Nggak demam.

Kejadian pipis merah ini emang muncul nggak lama setelah dia sembuh diare. Selama dia diare itu pipisnya kuning gelap, ga bening kaya biasanya. Takutnya saat dia diare itu, bakteri dari fesesnya ada yang masuk ke saluran kemihnya dan bikin infeksi.

Akhirnya aku putuskan buat liat sikon selama 3 hari sebelum bawa dia ke dokter dan kasih dia ekstra cairan sebanyak yang dia mau. Memang dalam 3 hari ilang semburat pinknya, tapi pipisnya masih berwarna oranye terang (kaya jus wortel).

Yasud kami lanjutkan observasi sambil kasih dia minum sebanyak yang dia mau selama hampir 2 minggu berikutnya. Thankfully, tadi pagi popoknya udah penuh lagi dan warnanya kuning pucat. Yaayy!

Hopefully si kecil jauh-jauh dari yang namanya infeksi saluran kencing! Sehat terus ya Nenggg....

15 May 2015

Baby L's Milestones : 9 Bulan

BB 8 bulan 8 hari: 10,85 kg menurut timbangan RS (dicurigai turun 200 gr karena diare). Tinggi 73 cm, lingkar kepala 46 cm.

MPASI 8 bulan:
- Makanan yang disuka: segala buah, roti.
- Makanan yang biasa aja: bubur saring (lahap nggaknya tergantung mood).
- Makanan yang ditolak: kentang (teteepp) dan pasta.
Udah mau minum air putih dan kalau mood bisa banyak banget.
Ada masa stop solid beberapa hari gara-gara anaknya nolak makan samsek akibat flu.

Milestones:
- Merangkak lancar (tapi cuma kalo kebelet nyamperin steker, kabel dan sebangsanya selagi kami lengah 2 detik, hih). Lucu juga tadinya belum bisa navigasi jadi mau menuju lurus malah mencong kanan trus mewek, tapi cepet juga dalam beberapa hari tau-tau bisa. Dalam 2 minggu sejak bisa merangkak, dia tahu kalau jalurnya dihalangi tuh musti ambil jalur memutar hahaha...
- Duduk sendiri dari posisi tiduran atau onggong-onggong.
- Pegangan (biasanya ke badan kami atau headboard) buat narik badannya berdiri. Berdiri sambil pegangan.
- Manjat tangga (tapi belom bisa turunnya).
- Nangis 'mwamwaaa' kalo nyariin mamanya dan 'nyeenn' minta nenen. Tapi udah jarang nangis sih kalo minta susu, cukup tarik kaos mamanya buat kode.  
- Nyanyi 'Aaaaaaaa' panjang kalo diajak nyanyi.
- Mindah-mindahin barang antar kedua tangan, megang benda yang berbeda di masing-masing tangan. Ini sebenernya dari umur 6 bulanan sih, cuma nggak nyadar bahwa ini tuh milestone jadi baru dimasukin sekarang. Megang barang masih dengan meremes kenceng sampe barangnya ancur.
- Pincher grip (nyubit).
- Condongin badan dan ngulurin tangan buat minta gendong atau nunjukin arah yang dimau.
- Motorik halus belom terlalu oke. Belum bisa dadah apalagi kiss bye. Motorik halus yang lumayannya cuma buat ngarahin makanan ke mulut hahaha..

Kebiasaan:

- TIDUR: Siang masih harus digendong atau dinenenin dulu. Malem pastinya harus nen. Kadang kalo kebangun sendiri malem-malem, ga nangis, malah maen sendiri menjelajah kasur.

- MIMI dan MAMAM: Suka nyamber makanan orang gede, gayanya persis jambret. Kalo ada mamanya masih prefer nen daripada makan.

- PIPIS dan PUPUP: sempet diare, kesiaan... Selebihnya normal. Sempet pipis merah tapi sekarang udah normal.

- MAIN:
Masih suka berdiri (dipegangin), senam, ngayun-ayun barang, narik-narik dan robek-robek tisu, kertas dan kresek. Masih suka warna biru, kacamata, HP, buttons, jepit rambut, dan benda berisik macam rattle. Anehnya, dibeliin teether rattle dan softbook yang kresek-kresek malah nggak dilirik. Cedih...
Lagi suka eksplorasi dan mulai berkurang nangisnya kalo kejedut. Udah tau kalo kejedut itu sakit jadi lebih ati-ati. Semua barang dipanjat, mulai dari dus, sofa, rak, kasur, sampe badan orang. Anehnya dia selalu jatoh 5 cm dari kasur lipat atau matnya *sigh*.
Makin nggak bisa diem bahkan kalo lagi digendong, celingukan, nunjuk mau ke mana, manjat-manjat badan yang gendong. Dianya juga jadi cepet keringetan. Thanks to her being ulet nangka, mamanya turun 1,5 kg. Mayan...

- SOSIALISASI:
Masih suka melihat orang banyak, tapi kalo di rumah suka keluar separation anxietynya, terutama kalo lagi sakit. Mamanya menjauh 1 meter aja pun (masih di depan matanya) langsung nangis kejer. Dan sekarang nggak mau digendong sama orang yang dia belum familier. Udah ngerti mana anak kecil. Ketemu adik sepupuku yang umur 9 tahun, dia seneng banget, pake elus-elus mukanya segala dengan lembut (FYI, biasanya ngelus muka kami mah pake cengkeraman). Lucunya dia juga udah bisa jealous pas adikku itu meluk aku. Langsung nangis minta kupeluk juga hahaha...

Pengalaman:
- Seventh trip to Bandung: 9 May 2015 (also 2nd time to kondangan).
   Eight trip to Bandung:    23 May 2015 (ultah buyutnya).
- Diareee (hiiikkss)! Untung cuma 4 hari. Diduga alergi sama capsaicin gara-gara mamanya pertama kali nyoba makan sambel goreng. Pengobatan pake Lacto B dan Zinkid doang. Plus nyetok diapers.
- Dilanjut minggu depannya kena pilek di Bandung, untungnya kakek sigap beliin Kehongsan dan nyampe Jakarta langsung didiffusein Thieves jadi nggak terlalu parah. Sembuh total dalam 4 hari.
- Kejedot tembok dan ubin entah berapa kali saking nggak bisa diemnya. Ga cuma anaknya sih, masa-masa eksplorasi ini bikin seisi rumah kaya korban KDRT. Luka-luka kena geplak, remes, cakar, dll hahaha...

13 May 2015

Beginner's Review: Young Living Peppermint & Thieves Essential Oil

Sejak hamil, aku suka baca tentang perawatan keluarga dengan cara organik di blog-blog mommies bule dan buanyaak banget yang pake essential oil. Setelah join forum di Indo, ternyata orang Indo pun udah banyak yang pakai. Kebetulan salah satu ibu di birth clubku join member Young Living, jadilah kucoba.

Mengingat harganya yang cukup mihil (Rp 200ribuan s.d. jutaan per botol isi 15 ml!).... aku belinya nyicil dulu sedikit-dikit hehehe... Lagian akunya dari dulu sceptical juga sama aromaterapi; masa iya sih bau-bauan bisa ngobatin penyakit? Dan banyak oil yang katanya ga aman buat baby jadi kupikir mau pakai sendiri dan buat suami aja dulu. Peppermint untuk bantu masalah pencernaan (diare atau konstipasi) dan flu. Thieves blend buat flu.

In the end, ternyata mindsetku yang salah. Essential oil dan aromaterapi bukanlah obat! Tapi betul efeknya bisa membantu kinerja tubuh kita, misalnya buat meningkatkan imunitas, bikin rileks, dsb. Itu pun cocok-cocokan sama kondisi tubuh tiap orang. Kemudian setelah pakai, aku pun ketagihan dan malah terpikat menggunakan essential oil buat si baby karena faktor 100% naturalnya. Mana ratjun dari mommies di birth club pada okey pula testimoninya!

TAPIIII.... nget inget, penggunaan ke anak-anak tuh musti hati-hatiiii sekali! Iyalah yaa... 1 tetes essential oil itu bisa dibuat dari ratusan kg tanaman tersebut, gila kan? Makanya orang-orang bilang essential oil tuh bukan sekedar saripati tumbuhan itu tapi juga jiwanya *woooww dalem*. Efeknya juga dahsyat. Takutnya kita alergi atau ga kuat sama efek tanamannya, malah jadi masalah. Jadi untuk jaga-jaga, semua essential oils kudilute dulu pakai EVOO sebelum dicoba (baik buat dewasa maupun si baby). Situs YLnya aja bilang 'start low and go slow' jadi LESS IS BETTER! Menurut beberapa blog naturopathy dan aromatherapist ternama (duh males sebut satu-satu hahaha), pemakaian essential oil memang sebaiknya sedikit-sedikit aja. Beberapa bahkan sangaaatt hati-hati dengan pembatasan umur buat pemakaian EO. Penggunaan inhalasi aja ga boleh, apalagi topical dan internal.

Nah soal penggunaan inhalasi, YL essential oil ini semuanya bisa digunakan buat aromaterapi. Yaeyalah ya... Cara ini termasuk aman, irit (karena cukup pakai 5-7 tetes buat 4 jam), dan efisien (seisi ruangan dapet manfaatnya). Katanyaa... EO sebaiknya pakai cold mist diffuser dan jangan kena panas karena bisa rusak. Kebetulan ada kenalan jual murah Dewdrop YL diffuser seharga Rp 900 ribu sajah. Langsung beliii! Toh emang ada wacana beli humidifier, jadi sekalian lah yang multifungsi. Malah kalo kita diffuse EO yang antiviral, bisa jadi air purifier juga!

Berikut ini beberapa essential oil yang saya sudah coba dan testimoni saya sebagai user non-seller.

1. PEPPERMINT oil (mentha piperita).
Kegunaan: mengatasi masalah pencernaan dan sakit kepala, meningkatkan energi dan konsentrasi, antiviral dan antibacterial, menekan napsu makan (walau di aku malah bikin lapar hahaha), dll. 
 Pemakaian yang pernah dilakukan:
- Topically: dilute 5-7 drop dalam 20 ml EVOO lalu diolesin ke punggung suami pas dia ga enak badan kena gejala pilek. Doinya sih gapapa, akunya yang masalah. Besoknya produksi ASI berkurang sebotol hahaha... Jadi busui mending ati-ati, walau ga semua busui kena efeknya, tapi peppermint emang bisa nurunin produksi ASI. Sejak itu aku ga berani oles-oles.
- Aromatically: diffuse 3 drop selama 1 jam buat bunuh kuman. Enaaak banget, bikin kamar wangi. Walau sebetulnya efeknya menyegarkan tapi kami pules-pules aja tuh diffuse ini malem-malem.
- Internally: belum.

2. THIEVES 
Blend of Clove (Syzygium aromaticum) bud oil, Lemon (Citrus limon) peel oil, Cinnamon (Cinnamomum verum) bark oil, Eucalyptus (Eucalyptus radiata) leaf oil, Rosemary (Rosmarinus officinalis) leaf oil.
Kegunaan: antiviral, antibacterial, meningkatkan imunitas, energizing, dll.
Pemakaian yang pernah dilakukan:
- Topical: dilute sampai 1% (0,5 ml atau sekitar 20 tetes dalam EVOO 50 ml) buat si bocah, dioles di telapak kaki. Sebenernya menurutku sih ga terlalu panas, tapi jaga-jaga aja karena beberapa sumber menyarankan buat tidak menggunakan Thieves buat anak di bawah 10 tahun (topical maupun aromatically). Kenapa? Karena kandungan 1,8-cineole dalam Rosemary dan Eucalyptus bisa mengurangi fungsi pernapasan pada anak-anak yang sensitif dan karena efek panas dari Clove dan Cinnamon Bark. Tapi aku masih berani pakein di si unyil (pemakaian pertama tetep didilute dulu sih) karena minyak kayu putih pun sebetulnya ada 1,8-cineolenya dan si unyil kuat-kuat aja tuh. Rosemary sendiri sebetulnya aman buat babies, tapi harus didilute. Aku dan bapaknya juga nyoba pakai di telapak kaki sebelom bobo ketika sekeluarga kena pilek. Kalo menurut kami mah, yang neat (tidak didilute) pun nggak kerasa panas. Masih lebih panas minyak kayu putih.
- Aromatically: Panduannya mah diffuse selama 15 menit, tiga kali sehari buat pencegahan penyebaran virus. Aku pakai 3-4 tetes Thieves plus 2 tetes peppermint buat diffuse 1 jam, tiga kali sehari karena virusnya terlanjur nyebar. Pertama kali diffusenya pas si bocah ga di kamar karena alasan di atas. Begitu anaknya keliatan ga kepengaruh sih diffusenya pas dia mau bobo biar kehirup juga sama dia. Baunya kenceng, mungkin karena kandungan cengkehnya. Pokoknya kaya rempah-rempah gitu. Aku suka, paksu biasa aja, mamahku bilang bau hihii...
- Internally: Nah saking udah putus asa sama pilekku, nekad kuminum 1 tetes pake aer anget. Bener lho enakan. Ada 1 blog yang bilang emang ginilah metode tertokcer yang dia cocok kalo flunya udah terlanjur menyerang. Sebulan kemudian, suamik gejala batuk. Kusuruh minum juga setetes pake aer anget (walo sambil ngernyit-ngernyit) pagi-pagi. Bener tuh seharian ga batuk lagi.

Salah satu kejadian sekeluarga kena pilek dan diterapi Thieves:
Minggu tgl 3 suami mulai ga enak badan karena kurang tidur, berlanjut sampe minggu depannya, yang mana tgl 9 bocah mulai meler-meler dan tgl 10 malem aku ikutan meler. Itu tuh lagi di luar kota dan ga bawa EO. Yasud bocah dicekokin Kehongsan doang, mak bapaknya minum vit C dan imboost. Tgl 11 mulai diffuse-diffuse dan oles-oles Thieves, tgl 12 aku tepar dan cuti, trus malem aku minum setetes Thieves. Bocah sih untungnya dah sehatan (tapi masih kami kasi Kehongsan dan oles Thieves di telapak kakinya sebelum bobo malem). Tgl 13 udah bisa kerja walau masih agak lemes dan tgl 14 kami semua udah sehat. Lumayan banget lah, biasanya aku musti cuti 2 hari dan baru sembuh total 10 harian walau minum obat flu.
Kesimpulan: next time Thievesnya musti mulai kudiffuse begitu musim penyakit tiba dan oles-oles begitu kurang tidur dan kecapean. Bocah juga musti diolesin sebelom bepergian atau begitu mak bapaknya ga enak bodi. Maklum cosleeping, gampang nular.

Berdasar 2 bulan penggunaan EO, aku nyadar kalo aku MUSTI BANYAK RISET dan hati-hati soal pemakaiannya. Kemasannya yang munyil dan praktis bikin produsen ga bisa mencantumkan efek samping dan kegunaan masing-masing oil dengan lengkap (misalnya kedua oil di atas tidak disarankan dioles di dada dan dekat hidung anak-anak). Berikut beberapa situs tempat aku belajar soal EO:
- learningabouteos.com milik Lea Harris (ceritified aromatherapist)
- thehippyhomemaker.com milik Christina Anthis (calon aromatherapist)
- growingupherbal.com milik Meagan Visser (housewife with nurse education)
Mereka kebanyakan ngikutin sarannya Robert Tisserand dalam safety usage of EO, jadi batasan umur dan dilutionnya juga ketat banget (kaya soal Thieves ga dipake anak di bawah 10 tahun ituuh). Akhirnya sih balik lagi ke kitanya ya. Kaya yang kupikir soal bocahku udah biasa sama minyak kayu putih (yang juga mengandung 1,8-cineole) jadi ndak apapalah kupakein Thieves yang didilute. Itu pun di telapak kaki. Dan untungnya emang anaknya kuat.
Mereka juga menyarankan penggunaan EO tidak dilakukan secara terus menerus (long and continuously). Yang ini aku setuju. Seperlunya aja dan kasi rehat setelah pemakaian selama beberapa hari.

Nah gara-gara mereka juga, aku jadi pesen lavender dan lemon buat si kecil! Dua oil itu termasuk 'must have' karena termasuk aman buat babies dan buanyaak banget kegunaannya. Aku juga pesan fennel buat banyakin ASI. Lagi nunggu kirimannya tiba (padahal ya belom bayar juga) hehehe...