Hari kedua, kami memutuskan untuk
menyeberang naik kapal ke Koh Larn, pulau dekat Pattaya. Tiket ferrynya murah:
THB 30 saja per orang, walau kondisinya ya sepadan. Kaya naik angkot laut
hahaha… Kami ga expect terlalu banyak sih
dari pantai-pantai di Koh Larn ini, secara namanya bulan November ya pasti
mendung ya. Ga hujan aja sudah syukur. Tapi tetep kok bagusan Bali dan Lombok
(dengan penilaian sama-sama bulan November dan mendung) hahaha.. Setia ya saya
sama usaha memajukan wisata nusantara.
Begitu mendarat di Koh Larn, kita
akan ditawari beberapa mobil angkutan sejenis angkot ke pantai tujuan. Kalau
bisa dari awal kita sudah survey & tentukan mau ke mana. Kalau ingin putari
semua sih baiknya sewa motor aja. Kami sih ambil pantai yang kata teman kami
paling sepi (kalau ga salah Tian Beach). Biaya angkotnya sesuai jarak pantai
yang kita tuju (sekitar THB 50).
Suasana pantainya sesuai
testimony teman kami, sepiii….seperti pantai pribadi. Kami ga main air karena
lagi dingin dan ga ada atraksi apa-apa juga. Setelah agak kebingungan cari
restoran (yang saking sepinya diragukan buka atau tutup) dan toilet, kami
berhasil juga pesan makanan yang kami nikmati di bawah payung pantai: nasi dan
sup tomyam, udang goreng tepung, dan kelapa muda. Enak juga.
Sok-sokan romantis |
Ga betah berlama-lama (ya iyalah,
mendung kelabu) dan takut keburu hujan, kami panggil ojek untuk kembali ke
pier. Nego-nego, kok agak mahal (dengan asumsi harus sewa 2 ojek). Ehh ternyata
kami berdua disuruh naik ojek yang sama! Kami cekikikan bloon sepanjang jalan
sambil deg-degan takut jatuuh. Abang ojek di depan, abang Tim di tengah, saya
di belakang. Untung dah calon suami-istri ya, secara pamali kan anak gadis sama
jejaka duduk nempel begitu hahaha…
Sekembalinya kami di Pattaya,
cuaca sudah agak membaik tapi hari menjelang sore. Tujuan kami berikutnya
adalah Sanctuary of Truth (ปราสาทสัจธรรม, Wang Boran,
Prasat Mai). Kami lagi-lagi harus naik ojek bertiga termasuk abang ojeknya
untuk pergi ke Sanctuary of Truth karena kebetulan nggak ada taksi yang
melintas. Kayanya di sana cukup lazim turis naik motor bertiga hahaha… Lumayan
pegal juga karena perjalanannya agak jauh dan kami pun agak cemas cara balik ke
hotel dari Sanctuarynya nanti gimana ya. Ah gimana nanti dah!
Di Sanctuary of Truth, untuk
masuk basically kita perlu bayar THB 450-500an dan harus bayar lebih kalau mau
pakai guide. Ada juga paketan naik gajah atau boat. Mengingat kami turis pelit,
kami ambil yang non-guide. Tempatnya gedeee banget, tapi masih dalam proses
pembangunan. Masuk ke gedungnya pun harus pakai helm proyek. Info lebih lengkap
tentang makna filosofis ukiran-ukirannya bisa dibaca di website resminya http://www.sanctuaryoftruth.com .
Sanctuary of Truth dari atas |
Bang Tim lagi jadi mandor |
Salah satu ukiran di dalamnya |
Detail ukirannya gile, bikin
terkagum-kagum. Nanti kalau udah jadi pasti keren nih. Cuma ya agak gloomy.
Cocok deh buat yang galau-galau pingin nyari jati diri dan berefleksi tentang
hidup hihi… Katanya sih yang memprakarsainya ini seorang Thai nan kaya raya dan
diramalkan dia akan meninggal ketika tempat ini selesai dibangun.
Dalam sekitar 2 jam kami selesai
mengitari Sanctuary of Truth dan puas foto-foto. Matahari hampir terbenam. Kami penasaran ingin melihat Sanctuary yang
diterangi lampu sorot, jadi kami sengaja makan malam di restoran di atas Sanctuary
itu supaya dapat spot yang bagus. Ya sekalian karena lapar juga sih… Menunya
sih simple aja, udang masak kecap dan omelet, cukup enak. Ada turis bule yang mencoba
nongkrong di situ juga sambil nunggu sunset tanpa pesan makanan, tapi diusir
hehehe…
Sunsetnya sendiri cantik sih,
tapi illumination di Sanctuarynya sebetulnya ya nggak gimana-gimana banget kok.
Mungkin nanti kalau sudah jadi bakal diperbanyak lampunya.
Illuminated Sanctuary of Truth |
Having no idea mau ke mana lagi,
kami memutuskan buat balik ke hostel. Untungnya Sanctuary bisa bantu
menyediakan semacam shuttle van ke pusat kota. Saya nggak ingat kami harus
bayar berapa dan diturunkan di mana, tapi pokoknya kami bisa sampai hostel
dengan selamat.
No comments:
Post a Comment