Jam 9 pagi kami sudah siap sedia
di depan hostel menunggu jemputan Bell Travel untuk membawa kami ke Bangkok.
Time to leave Pattaya! Untunglah ga lama-lama di sini, karena sejujurnya saya
lebih suka pantai-pantai di Indo (dicompare ketika sama-sama bercuaca mendung
lho ya).
Sampai di Bangkok, agak dudul nih
ceritanya. Saya emang belum survey mau makan siang di mana, akhirnya minta
diturunkan di daerah Sukhumvit. Ehh sopirnya ga bisa bahasa Inggris jadi dia
asal aja turunin kami entah di mana yang sepi banget dan ga ada penjual
makanannya. Hikss!! Akhirnya dengan segala cara, kami berhasil cari makanan (yang
ga berkesan) dan naik BTS, nyari pier Chao Phraya terdekat, dilanjut naik
perahu ke guest house kami. Ngeri-ngeri dikit karena ga pada bisa bahasa
Inggris waktu kami tanya, sedangkan perahunya ada banyak rutenya, bener-bener
kaya Metromini a la Chao Phraya. Kami ikuti petunjuk orang guest housenya aja,
yang thankfully cukup jelas.
Awalnya agak was-was waktu turun
di Thewes Pier dekat guest house, habis suasananya pelabuhan banget. Tapi
ternyata area pier di sana dan guest housenya lumayan kok! Cukup bersih dan
aman. Nama guest housenya Baan Manusarn. Kami pesen lewat Agoda
karena sedang ada promo. Website resminya bisa dilihat di www.baanmanusarn-guesthome.com.
Di teras ada café kecilnya ala ala Bengawan Solo gitu. Dia cuma punya 4 kamar
dan ukurannya besar-besar. Yang kami ambil punya kamar mandi dalam. Ukurannya
kalau di Singapore atau Jakarta seperti apartemen studio deh. Ranjang dan
kasurnya sudah tua tapi bersih, bikin inget rumah. Bapak yang nerima kami juga
bisa bahasa Inggris dan baiiiikk banget ngasi penjelasan ini-itunya. Dia kasih
penjelasan panjang lebar soal rute-rute perahu yang melewati Chao Phraya dan
situs apa saja yang bisa kami lihat sepanjang sungai. Kami juga dikasih nama
dan alamat guest house dalam tulisan Thai supaya bisa dikasi liat ke supir
taksi atau orang-orang kalau kami nyasar.
Suasana Thewes Pier. Kita bisa beli roti buat kasih makan burung dan ikan. |
Tampilan boat di Chao Phraya |
Bangkok tuh guedeee banget (ya
namanya aja ibukota lah yaa) jadi kalo mau muterin semua dengan santai sih
kayanya minimal butuh seminggu hehehe… Waktu kami terbatas jadi kami memilih
buat ga jauh-jauh dari area Chao Phraya. Enaknya karena ada transportasi umum
yang murah meriah di Chao Phraya ini berupa express dan local line boat. Info
mendetailnya bisa didapat di www.chaophrayaexpressboat.com/en/home.
BTW be careful, sungai kan ada 2 sisi; pastikan lokasi pier tempat tujuan kita dan
apakah kita harus menyebrang pakai boat lain.
Karena hari udah menjelang sore,
kami putuskan buat lihat-lihat Wat Arun aja yang termasuk dekat (masih bisa
dijangkau dengan boat di Chao Phraya). Entrance
fee-nya kalo ga salah sekitar THB 50. Pokoknya ga mahal. Wat Arun ini punya
julukan keren: Temple of Dawn. Walau
yang namanya ‘wat’ itu adalah sebutan untuk kuil Buddha, dulunya Wat Arun ini
dibikin sebagai kuil Hindu. Namanya pun diambil dari Dewa Hindu Aruna. Kita
bisa naik melewati tangga-tangga yang cukup terjal. Lumayan lah buat olahraga.
Di atas ramai dengan turis yang foto-foto; udah kaya gang senggol.
Beberapa foto tanpa turis yang berhasil diambil, walau miring-miring
Sehabis dari Wat Arun, kami
kecapean dan mampir dulu ke sebuah café yang terlihat cozy. Kami pesan minum
sambil foto-foto ganjen pakai timer. Café ini kecil dan ramai, jadinya foto
kami sering disusupi penampakan orang lewat hahaha…
Suasana sunset bikin Chao Phraya
jadi terkesan lebih syahdu dan romantis (uhuk) sehingga kami pun membulatkan
tekad untuk mencoba nyari dinner cruise
di River City Shopping Complex. Sebelumnya saya sempat survey di http://www.bangkok.com/dinner---shows-tours/
untuk tahu perkiraan harga dan siapa aja providernya. Kisaran harga sih di THB
1000-2000 per orang. Lumayan mahal buat budget kami biasa pacarannya makan
malam di kantin dekat kost hehehe… Kami sengaja tidak booking lebih awal karena
tadinya nggak seniat itu untuk romantic cruise-romantic cruise-an. Emang dasar
pasangan ga romantis!
Sunset di Chao Phraya |
River City ini bentuknya seperti
mall tapi sepiiii dan banyak outlet kosong. Provider-provider dinner cruise itu
sendiri tersebar di lantai dasar dengan bentuk stand-stand mirip stand promosi property
di mall-mall Jakarta. Tiap provider punya jadwal departure masing-masing. Mungkin
karena weekdays, kebanyakan masih menyediakan vacant seat. Padahal kami lihat peminatnya lumayan banyak lho.
Mayoritas turis. Setelah muter-muter, kami ambil yang paling murah: Princess
Cruise. Kami dikasih tiket dan korsase anggrek buat dipasang di baju.
Penampakan salah satu kapal Princess Cruise |
God blessed us. Entah gimana
caranya, kami pasangan pertama yang masuk kapal (tamu lain kebanyakan keluarga
dan mejanya lebih besar jadi ditaruh di area indoor) sehingga kami kebagian
couple table paling depan di dek atas! Posisi strategis buat lihat pemandangan dan
foto-foto tanpa terhalang orang dan dinding, dan sebetulnya agak mubazir karena
kami bukan tipe banci kamera. Kami sempat pinjamkan meja kami buat sepasang bapak ibu tua foto-foto. Kasihan lihat mereka susah payah cari spot hihi...
Kami juga foto-foto selagi meja kami (yang di belakang itu) dipinjam |
Harus saya akui kalau pemandangan
Chao Phraya di malam hari tuh emang romantis hihi… Banyak spot wisata terkenal
yang dikasih penerangan seperti Wat Arun, Grand Palace, dan Rama VIII Bridge.
Cakep-cakep deh!
Makanannya sendiri enak tapi nggak
begitu berkesan buat kami. Porsi sih bisa sesukanya karena pakai sistem buffet. Tinggal berdoa aja semoga tamu
lain ga rakus ngabisin makanan yang enak-enaknya. Yah itung-itung beli
pemandangan lah. Hiburannya juga 90s banget: live music dengan lagu-lagu tempo dulu macam La Bamba gitu di mana
tamu-tamu bebas ikutan disko di dek bareng penyanyinya.
Rama VIII Bridge |
Setelah melewati Rama Bridge,
kapal berbalik kembali dan kami diturunkan lagi di River City. Di sinilah kami
mulai deg-degan. Express boat udah nggak ada dan ternyata daerah River City ini
agak susah taksi! Taksi sana pun suka sadis kalo lihat turis yang kepepet.
Sambil doa, kami berjalan mencari jalan raya (yang juga ternyata sepi). Ketemu tuktuk.
Kami sodorkan alamat guest house. Syukurlah supirnya mau bawa kami walau dia
nggak ngerti bahasa Inggris. Ngeeeng… kami ngebut di jalan Bangkok yang sepi.
Serasa Amazing Race.
Waktu kami diturunkan, kami mulai
bingung. Kok beda ya sama Thewes Pier yang kami lihat tadi siang? Apa karena
malam-malam udah sepi? Kami coba berjalan mencari Baan Manusarn. Lho kok? Ini
bukan Thewes Pier! Mateng deh! Mana sepi banget kaya abis diserang zombie! Buru-buru
kami datangi satu-satunya warung yang menunjukkan kehidupan. Ada seorang bapak
dan 2 orang ABG. Duh, semoga ABGnya ngerti bahasa Inggris. Kami tunjukkan
alamat Baan Manusarn, dan mereka langsung mengangguk-angguk paham. Hore! Eh
tapi… Mereka ga bisa bahasa Inggris jadi kami sama-sama pakai bahasa isyarat hahaha!
Penjelasan mereka juga panjaaang sekali (harus lewatin sungai, jembatan, dll)
bikin kami cemas: sejauh apa sih kami nyasar?
Di tengah kondisi bingung itu,
sebuah motor melintas. Kedua anak ini teriak memanggil-manggil. Sepertinya
mereka kenal di pengendara motor. Mereka memberi dia penjelasan, lalu memberi
isyarat supaya kami naik ke motor itu. Rupanya si bapak pengendara motor mau
dijadikan ojek. Alleluya! Kami ber-khapkunkha/khapkunkhap
sama 2 ABG baik hati nan heboh dan ceria itu. God, bless them please. Tanpa
mereka apa jadinya kami…
Dan… finally sampailah kami di guest house tercinta! Rupanya tadi kami diturunkan
dari tuktuk masih di area bernama Thewes, tapi jauh dari piernya. Ketika kami
tiba, area sekitar sudah sepi banget. Sungkan juga sama penjaganya karena
kemalaman pulang; kami sibuk minta maaf tapi dia tetap ramah menyambut kami. What a tiring day. Kami tidur sangat
nyenyak malam itu.
No comments:
Post a Comment