DAY 3
Setelah cukup tidur, kami membereskan barang bawaan yang cuma seiprit dan mengambil jatah sarapan di cafeteria. Di Manta Dive, tamu diberi menu sarapan dan dipersilakan memilih 1 jenis roti, 1 jenis masakan telur dan daging, 1 gelas jus, dan 1 cangkir teh atau kopi. Yang ditawarkan berupa masakan ala barat seperti egg benedict dan toast. Kami lalu membereskan sisa pembayaran dan meninggalkan Gili Trawangan untuk kembali ke Bangsal. Yup, saya memilih untuk tidak bersnorkeling ria di Gili Meno dan Gili Air (karena menurut testimoni teman-teman, biasa aja view bawah lautnya) supaya bisa berkeliling pantai-pantai lain.
Setelah cukup tidur, kami membereskan barang bawaan yang cuma seiprit dan mengambil jatah sarapan di cafeteria. Di Manta Dive, tamu diberi menu sarapan dan dipersilakan memilih 1 jenis roti, 1 jenis masakan telur dan daging, 1 gelas jus, dan 1 cangkir teh atau kopi. Yang ditawarkan berupa masakan ala barat seperti egg benedict dan toast. Kami lalu membereskan sisa pembayaran dan meninggalkan Gili Trawangan untuk kembali ke Bangsal. Yup, saya memilih untuk tidak bersnorkeling ria di Gili Meno dan Gili Air (karena menurut testimoni teman-teman, biasa aja view bawah lautnya) supaya bisa berkeliling pantai-pantai lain.
Tak lama setelah kami mendarat di Bangsal, Pak Muchlis dan mobil barunya datang
menjemput kami. Asiikk... joknya aja masih bau pabrik. Lucunya untuk penjemputan, driver biasanya diizinkan masuk
sampai area port jadi kami tidak perlu naik cidomo lagi. Sesuai itinerary yang telah kami kirimkan ke Mahardika
Travel, kami tidak membuang waktu untuk kembali ke hotel tapi langsung
berangkat jalan-jalan.
Dalam
perjalanan ke Gili Nanggu, kami mampir di Sekotong dan ngasi makan
monyet. Lucu tapi serem, yang jantan alphanya bully banget sampe monyet
kicik-kicik ga berani mendekat. Monyetnya juga bisa buka botol Aqua
sendiri.
Kami
menyewa boat seharga Rp 250.000 untuk keliling ke Gili Nanggu, makan
siang di Gili Sudat, dan main air di Gili Kedis. Pak Muchlis pun
menemani kami. Kami makan siang di sebuah restoran tepi pantai dan
membayar Rp 65.000 untuk 2 ekor ikan berukuran sedang, nasi, dan teh.
Rasanya sih standar. Yang penting makannya sama suami. Prikitiw!
Gapapalah makanan estede kalo viewnya begini |
Sekembalinya kami ke Senggigi, kami check in lagi ke Kebun Villa. Kamar kami sudah disiapkan, syukurlaah... jadi kami bisa langsung mandi. Sesudah istirahat sejenak, kami dijemput lagi oleh Pak Muchlis untuk makan malam di Kedai Dakota. Tempat ini dipilihkan oleh Pak Muchlis; lokasinya jauuhhh ke tengah sawah dan gelaaap banget. Kami dibecandain sama beliau, "Saya ga nyulik lho ya, mbak dan mas.. Tunggu ajaa..."
Di
sana, kami ditawari paket seharga Rp 100 ribu yang berisi sebakul nasi,
semangkuk besar sup ikan (mirip tomyum), seekor ikan bakar yang juga
lumayan besar, 5 tusuk sate rembiga khas Lombok, 2 tusuk sate cumi, 2
kerang besar, sepiring plecing kangkung. Wuaaww! Ini mah cukup buat
bertigaa... Tapi Pak Muchlis menolak makan bareng, bahkan kami harus
maksa untuk membelikannya jus buah. Jangan malu-malu ah Pak, toh kami juga ga akan ntraktir yang mahal hahahaha *pelit*. Kami kembali ke hotel dengan perut super kenyang.
DAY 4
Di
pagi hari keempat, sesudah sarapan kami berangkat untuk jalan-jalan ke
pantai-pantai selatan Lombok. Yang pertama kami datangi adalah Pantai
Selong Belanak. Tentunya di jalan foto-foto dulu berlatar langit biru
dan rimbunnya pepu'unan.
Berikutnya,
kami pergi ke Pantai Mawun. Butiran pasirnya lembut tapi membuat
langkah kami bueraatt karena kaki kami langsung ambles!
Dari kejauhan aja udah indaaah! |
Jejak langkah dua orang yang akan berjalan bersama sampai akhir hayat *halaaahh* |
Sebenernya banyak foto-foto selfie kami nan terlalu nista untuk dipublish saking dudulnya (lolompatan gagal lah, nunggu deburan ombak gagal lah). Maklum lah cuman pake timer plus tanpa tripod. |
Bongkar deh satu foto aib hahaha.... Berasa pelem India. |
Kaya gini Pantai Seger di sore hari |
Airnya jernih jadi keliatan bintang-bintang lautnya. Kami ga tega jalan jauh-jauh di situ, takut nginjek mereka, kesian... |
Ini medan perwira menuju si batu yang ngehits banget itu. |
Kalo di iklan mah cowo bule ganteng yang nongol, kalo ini ikan dugong. |
Di
perjalanan kami melewati Tanjung Aan tapi nggak mampir karena lagi
mendung dan udah sore jadi warnanya udah kurang cantik. Hiiks! Padahal
kalo lagi bagus tuh warnanya kaya di Maldives!
Pak
Muchlis mengajak kami makan malam sate rembiga di pinggir jalan.
Katanya ini tempat favorit para pilot dan pramugari. Eh bener lho...
Pada pesennya pun banyak bener. Katanya suka orang bawa pulang jadi
oleh-oleh. Harganya Rp 2.000 per tusuk, pake lontong kicik-kicik. Kami
beli juga plecing kangkung Rp 27.000. Kali ini Pak Muchlis mau diajak
makan, tapi doi cuman ambil sedikit. Mungkin takut aku dan paksu masih
laper kali ya... Kami mah makannya kaya kesurupan sih, sampe lupa motret
penampakannya *menunduk malu*.
Peyut kenyang, hati senang. Pulang ke hotel!
No comments:
Post a Comment