07 April 2015

Haruskah Bayi Merangkak?

Menurut beberapa informasi yang saya baca: TIDAK.

Hureeiiii....

Ya biasa lah, first-time-paranoid-mother like me ketakutan liat anaknya nggak ada tanda-tanda mau merangkak selagi anak seumurannya udah pada heboh exploring ke sana ke mari. Ya mungkin emang delayed sih... karena in overall, milestone si ndut ini mundur sekitar 1-2 bulan dari standard developmental milestones bayi-bayi lain (mungkin akibat lahir prematur PLUS gemuk), tapi saya sempet waswas juga. Beberapa teman cerita soal bayi yang skip merangkak karena keseringan digendong. Begitu belajar jalan, bayinya jadi nggak seimbang dan/atau nggak punya refleks buat nahan diri dengan tangan ketika jatuh. Auuch!

Jadi seperti biasa, saya (the Google mom yang cuma mau percaya yang bagus-bagus tapi denial kalo baca situs yang ngeri-ngeri) googling. Panduan utama saya tentunya situs What To Expect yang udah saya percaya sejak jaman TTC, hamil, dan pasca-lahiran. Sumber-sumber bacaan saya yang lainnya antara lain: Baby Center dan Kidspot.

Buat yang males buka linknya, berikut ringkasannya:
  1. Kebanyakan bayi mulai merangkak di usia 6-10 bulan, tapi banyak juga yang tertunda hingga usia setahun atau bahkan tidak merangkak sama sekali.                       
  2. Tidak seperti duduk, merangkak bukan skill yang harus dialami setiap bayi, terlebih jika bayi menunjukkan masalah dalam perkembangan motoriknya. Contohnya: bayi dapat duduk tanpa bersandar (walau mungkin masih suka miring-miring lalu jatuh ngegabruk), memegang barang dengan kedua tangan, menggunakan kedua pasang tangan dan kakinya, berguling menelungkup dan telentang, berdiri atau menjejak di kedua kaki jika dibantu (dipegangi atau ditahan menggunakan mainan seperti jumperoo dan static walker).                                            
  3. Merangkak dapat dilakukan dengan berbagai cara, nggak cuma usual style yang menggunakan kedua lutut dan kedua tangan. Beberapa bayi ngesot di pantat (like me and my papa when he was a baby; prinsip kami kan biar lambat asal selamat). Yang lainnya pake yoga doggy style: kaya posisi nyembah tapi kakinya ndorong. Beberapa bayi pakai tripod style: gerakin kedua tangan dan 1 lutut, kaki satunya lagi diseret. Ada juga yang commando style: merayap pakai tangan, perut dan kakinya diseret (mayan ya buat ngepel lantai). Banyak juga bayi yang merangkak mundur atau malah guling-guling aja sampe tujuan (nah ini anakku banget; enak lah dia ngegulundung secara badan udah kaya bola). Bayi juga suka gonta-ganti gaya merangkak dan semuanya lucuuuk. Siapin kamera!
  4. Untuk bisa merangkak, bayi perlu memiliki 3 hal: kemampuan mengendalikan leher dan kepala, duduk tanpa bersandar (yang artinya tulang belakangnya sudah kuat), dan koordinasi bagian kanan dan kiri tubuh (biasanya bayi melakukan onggong-onggong alias crawling position sebelum mulai merangkak; ini adalah fase pembelajaran ketika si bayi belum bisa mengendalikan bagian kanan dan kiri tubuhnya).
    Euis lagi onggong-onggong; bingung ni yee
  5. Sekali lagi, MERANGKAK TIDAK DIHARUSKAN. Milestone yang sesungguhnya adalah usaha si bayi untuk menjelajah secara mandiri dan meraih hal-hal yang menarik minatnya. Ortu baru harus kuatir jika anak tidak menunjukkan ketertarikan ke sekitarnya.
  6. Namun demikian, merangkak juga punya beberapa kegunaan.
  • Memperkuat otot lengan, tangan, dan kaki.
  • Melatih koordinasi tangan dan mata, yang mana akan membantu ketika kelak dia belajar membaca dan menulis, seperti halnya aktivitas fisik semacam menendang bola dan lompat tali.
  • Mengembangkan kemampuan visual ketika si bayi belajar menavigasi area di sekitarnya. Kemampuannya memahami jauh dan dekat meningkat ketika matanya belajar beralih dari hal di depannya ke sesuatu yang jauh.
  • Membantu terjadinya koordinasi otak kanan dan kiri. Otak si kecil terstimulasi untuk memproses gerakan dan berpikir secara bersamaan.
  • Meningkatkan keseimbangannya.
  • Bayi belajar meraih benda yang berada di luar jangkauannya. Hal ini akan membantu mengembangkan kemampuannya memecahkan masalah.
Well tapinyaaa.... beberapa expert (menurut Kidspot) bilang kalo merangkak 'is a critical milestone for motor development and point to evidence that education and developmental problems such as ADHD and dyslexia have been linked to babies who never crawled or crawled for only a short time before walking'. Hihhh... tapinya saya rasa ga bisa digeneralisir juga kan yah! *maksa* Masa semua bayi yang nggak merangkak tuh ADHD dan dyslexia sih? Yasud demi amannya mah si bocah tetep dilatih aja buat merangkak, tapi ga dipaksain.
 
Katanya, begini cara melatih bayi untuk berguling, duduk, merangkak, dan meraih barang:
- Tummy time sering-sering (tapi jangan dipaksain sampai anaknya kecapean) supaya dia bisa melatih kekuatan otot leher, kepala, dan tangannya. Kita juga bisa ikutan tummy time di sampingnya buat memotivasi si bayi.
- Tunjukkan caranya. 
Misalnya untuk mengajari bayi berguling ke kiri, pelan-pelan tarik tangan dan kaki kanannya ke arah kiri tubuhnya. Ajari juga berguling ke kanan.
Untuk mengajari bayi duduk dari posisi menelungkup: letakkan tangannya di depan dada dan bantu dia mendorong badannya ke atas.
Untuk mengajari bayi merangkak, tempatkan si bayi di posisi merangkak tapi kita pegangin badannya.
- Pancing dengan mainan atau barang yang dia suka di tempat yang dekat dengannya tapi belum terjangkau tangan. Tapi jangan terlalu jauh juga, nanti bayinya frustrasi.
- Ketika si bayi berhasil, kasi applause, senyuman, pujian, dan peluk cium.
PS: Jangan lupa child-proofing seisi ruang tempat dia biasa bereksplorasi.

OK catet, umur si buled sekarang 7,5 bulan. So far baru gegulingan aja sambil berusaha merayap.



Akankah doi menguasai cara merangkak? Semangat, baby girl! d(^^)b


UPDATE: Si baby baru merangkak umur 8 bulan lebih. Awalnya suka mencong; tujuan lurus nyamperin kita ehh malah serong kanan trus frustrasi hahahah... Lancarnya setelah 3-4 hari sambil terus disemangetin. Kalo dia cape ya udahan, ga dipaksa.

No comments:

Post a Comment