18 April 2015

Honeymoon at Lombok July 2013 (Part 1)

Booo... udah mau 2nd anniversary masih berani-berani ngeblog soal hanimuuun? 
Ya maap atuh yaa... pingin ngeksis. Jujur saja yah, bulan ini saya bakal rajin ngeblog dalam rangka peningkatan traffic, yang baru sekarang kusadari, ternyata penting yak! Muahaha... *wink to buk-ibuk ABC* Tapinya ini nulis ceritanya udah sejak jaman saya menjadi IRT selama 3 bulan sesudah nikah lho, hanya saja tak terpikir untuk dimasukin di blog.

Nah ceritanya, plan kawin lari - eh, nikah backpacking - ke Eropa batal karena ditentang keluarga besarku. Duitnye dipake resepsi deh... Lalu saya teringat! Percaya gak, calon suamiku (yang dibesarkan di Denpasar ituuu) selama 28 tahun hidupnya belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di Lombok (padahal kan tetanggaan deket banget, tinggal naik boat atau pesawat bentarr)? 

Saya sendiri sudah pernah ke Lombok tahun 2011 bareng beberapa teman jadi saya udah cukup ada bayangan. Pastinya, I fell in love instantly with Lombok begitu ngeliat Pantai Kuta di Lombok Selatan.
No edit! Serasa di manaaa gitu... Pingin kaaan honeymoon di sini?
Dengan alasan itu, jadilah kami putuskan buat honeymoon ke Lombok segera begitu kami resmi nikah. H plus 1! Hahaa… emang nasib punya suami ga mau rugi cuti!

Tiket yang kami beli jauh hari (6 bulan di muka) adalah tiket Lion Air seharga Rp 2,7 juta PP (berdua) direct dari Jakarta. Not bad lah karena tiket ke Lombok bulan Juli bisa mencapai Rp 2 juta per orang. Kami berdua ini tipe flashpacker jadi kalo soal naik budget airline sih ga pernah jadi masalah (puji Tuhan belom pernah kena delay parah, cuma pernah kena cancellation sepihak saja gara-gara airlinenya bangkrut hahahaa). Kelebihan budgetnya kan bisa dialokasi buat makan dan hotel (ciihhh… sok-sokan kelebihan budget).

Seru deh masa-masa itu. Sibuk ngerencanain wedding (heran yah, wedding sesimple apapun tetep aja preparationnya rempong?) dan renovasi rumah, lalu bikin honeymoon itinerary dan booking ini itu, plus kerja sambil sakit-sakitan. Gimana ga bengek ya… Supaya bengeknya sembuh, saya bikin itinerarynya keliling pantai semua hahaha... Si abang pun udah pasrah denger itinerary beach honeymoon kami. Kesian sih, jadi makin item aja doi. Tapi saya kan ga suka cowo putih, jadi saya mah seneng hahaha…

DAY 1
Hari pertama setelah kami resmi nikah, kami bangun subuh di hotel, langsung grabak-grubuk siap-siap, pamitan sama mertua (awww akuh punya mertuaaa) dan keluarga di kamar lain, trus naik taksi ke stasiun kereta Bandung menuju Gambir. Kami ga berani naik travel karena saat itu Cipularang udah berminggu-minggu macet berat akibat penyempitan jalan. Sesampainya di Gambir, kami cari bus DAMRI ke bandara Soekarno-Hatta lalu cari makan di bandara. Tips to keep hubby happy selama vacation: menjaga perutnya agar tidak kelaparan! 

Pesawat kami seharusnya tidak delay, tapi sayangnya lepas landas tertunda 45 menit gara-gara banyak penumpang dengan barbarnya membawa dus-dus besar dan koper-koper segede gaban ke dalam kabin. Ada yang bawa TV! If only you could see gimana rempongnya pramugara-pramugari GELANTUNGAN di pintu bagasi kabin (ciyus ini) supaya bagasinya bisa ditutup! Usut punya usut, para penumpang nekat itu adalah orang-orang Lombok yang kerja di luar pulau dan luar negeri yang mau menikmati Ramadhan di kampung halaman. Bawaan mereka itu adalah oleh-oleh buat keluarga dan mereka ketakutan barangnya rusak kalau masuk bagasi pesawat. Ciyan, niat baik tapi malah nyusahin pihak airline, hihi…

Setelah menaiki 4 jenis alat transportasi umum Bandung-Jakarta-Lombok dalam jangka waktu kurang dari 12 jam, kami akhirnya mendarat di Bandara Internasional Lombok pada suatu sore yang cerah ketika angin bertiup semilir dan matahari bersinar ceria *halahhh*; pokoknya beda banget sama cuaca Jakarta-Bandung yang hujan melulu defying the season (itu Juli loh tapi masih ujaaan terus). Kami dijemput oleh Pak Muchlis dari Mahardika Travel yang saya temukan di Kaskus. Testimoni penumpang-penumpang doi penuh puja-puji; kami pun langsung berekspektasi hihi…

Kami minta diantar makan malam ayam taliwang Irama di Mataram, ibukota Lombok. Hmmm heran, ayamnya kok ga seenak dulu ya. Kayanya karena sambelnya lagi kurang pedas. Tapi lumayan lah mengganjal perut. Kata Pak Muklis sih Irama memang cuma terkenal di kalangan turis doang.

Sehabis makan, kami ga ke mana-mana lagi selain straight to the hotel: Kebun Villa & Resort di Senggigi. Kamar yang kami ambil untuk semalam ini adalah sunset double room. Kamarnya bersih, cukup luas dan isinya sih standar, tapi view di depannya langsung kolam renang dan pegunungan. Asoooyy… Dengan harga promo yang kami dapat, lokasi hotel yang sangat mudah diakses (di Jalan Raya Senggigi), dan kebutuhan kami yang minim (cuma numpang tidur semalam), kami rasa hotel ini sungguh memberikan good value to money.

Ternyata capek juga walau cuma duduk di bus/kereta/pesawat ya.
Tips lain saat honeymoon:
- Jangan memaksakan diri walau pingin ke sana ke mari, istirahat harus cukup karena biasanya pasangan honeymoon itu sibuk siang malam. Ehh bukan mesum nih, seriuus!
- Saat mencari hotel, coba compare Agoda dan booking.com dengan website asli hotelnya. Ini tips STD sih, tapi ada juga yang gatau kalo T&C-nya bisa berbeda dan kadang salah satunya menawarkan promo yang lumayan, misalnya diskon 25-50%.

Keesokan paginya setelah kami sarapan buffet (pancake, nasi goreng, telur, cereal, dll) yang untungnya cukup oke, Pak Muchlis menjemput kami untuk membawa kami ke Bangsal. Kami akan menginap di Gili Trawangan, jadi tas besar kami titipkan di concierge hotel dan kami hanya membawa perlengkapan secukupnya. Penyesalan saya sampai sekarang adalah kelupaan bawa tripod ke Lombok! Hiks…
Sarapannya di resto di pinggir kolam renang bawah ditemani kalkun bulet
Kaya gini kolam renang bawah di Kebun Resort; di atas ada lagi kolam gede
Nah biasanya sebelum nyampe Bangsal, orang travel akan mengajak kita brenti dulu di Pantai Malimbu buat foto-foto. Pantai ini kerasa Lombooook banget. Padang hijau membentang berbatasan langsung dengan laut tosca dan langit biru.
Napa juga saya pake cardigan? Karena new hubby nampak kurang setuju pas denger saya mau tanning hahahaa... (dan kalo baca ini dia akan bilang "ih gue mah bebas lho asal kamu seneng!" yah maklum, punya suami passive aggressive)
Di Bangsal, mobil pengantar biasanya tidak boleh mengantarkan sampai port area. Mobil harus stop di parkiran lalu penumpang menaiki cidomo sampai port. Pak Muchlis langsung menunjukkan skillnya menjalin relasi dan menunjukkan cidomo kenalannya dengan harga diskon.” Ih, makasih loh Pak, besok tolong jemput kami yaa,” kami mendadahi doi dari atas cidomo. Di port Bangsal, kami mendatangi kantor penjualan tiket kapal penyeberangan ke Gili Trawangan dan membeli tiket. Suasana Bangsal ini ramai, agak dekil, tapi cukup aman. Hati-hati aja jangan beli tiket di calo. Saya lupa harganya, tapi kalo ga salah cidomonya Rp 10.000-15.000 dan tiket kapal Rp 10.000 per orang.

Kapalnya sendiri ga bisa dibilang bagus. Ya harga ga akan ngebodoin lah ya. Kalo mau naik boat yang bagus musti sedia dana Rp 400 ribuan hahaha… Kami sih yang penting sampai. Saya malah merasa naik kapal butut begini adalah kesempatan berinteraksi dengan sesama traveller dan warga asli Lombok *halaaah*. Untungnya saat itu cukup ramai jadi kami nggak perlu nunggu terlalu lama sampai boat penuh dan diberangkatkan. Tahun 2011, saya nunggu sejam setengah karena pengurus boat pingin ngisi boatnya 2 kali lipat dari kapasitasnya!

Gili Trawangan sendiri menurut saya ga beda jauh sama suasana Bali. Terlalu kebule-bulean. Sudah sangat dikomersialisasi. Tiap malam ada party. Bedanya, ga ada kendaraan bermotor di sana. Not my favorite place in Lombok, tapi penting buat first timer. Di site Indotraveler ada penjelasan yang cukup oke tentang GT. Nah di sana tuh enaknya keliling pakai cidomo atau sepeda. Cidomo mihil... bisa Rp 150 ribu seputeran pulau. Dan...ehm, saya ga bisa naek sepeda *tersipu-sipu* jadi si suami kepaksa nemenin jalan kaki. Untung masih newlywed ya jadi serasa romantis aja jalan gandengan tangan keliling pulau hahaha… Yak! Sepanjang jalan kenangaan, kita saling bergandeng tangaan...

Kami sampai di Gili sekitar jam 11 siang, dan langsung check in di Manta Dive Bungalow walau sebetulnya belum waktunya check in. Syukurlah kamarnya memang kosong dan sudah siap. Kami taruh barang lalu keluar cari makan. Sepanjang jalan utama Gili Trawangan di dekat port penuh dengan penginapan dan restoran, tinggal pilih. Sehabis makan kenyang, kami ngantuk. Mana cuacanya terlalu panas untuk jalan-jalan. Akhirnya kami malah tidur di bungalow kami nan romantis prikitiw supaya sore kuat jalan-jalan.
Apa ini bed honeymoon kami? Tetoott! Ini bed waktu saya ke Manta Dive tahun 2011 ama temen. Pas honeymoon beneran malah ga dihias bednya hahaha...
Sore jam 3an, kami bangun lalu mandi. Tiap bungalow dilengkapi kamar mandi outdoor dengan nuansa alami tapi modern. Kapan lagi kan mandi sambil lihat pucuk pohon kelapa dan ditiup hembusan angin sambil parno kejatuhan eek burung? Seru!
Siang takut keintip dari pucuk puun kelapa; malem takut gelap. Ga usah mandi aja, apa?
Mengandalkan signal XL yang ternyata lumayan oke dan GoogleMaps, kami mencoba menjelajah Gili Trawangan on foot. Menuju utara beberapa puluh meter, kami menemukan stand gelato. Ah, Tuhan tau aja kami butuh asupan glukosa. Sambil sedikit tanya-tanya penduduk, kami menemukan gang kecil ke arah barat. Jalan ini belum pernah saya lewati dan bentuknya cukup sangar, tapi menurut GoogleMaps sih ini jalur terdekat ke pantai barat. Dulu saya memutari Gili lewat selatan melalui jalan besar di sana yang dibuat memutari pulau dan dekat dengan pantai. Bersyukur rasanya pergi sama suami, jadi lebih tenang di jalan tembus yang sepi itu. Sejauh mata memandang cuma ada pepohonan, semak belukar, dan sapi. Tapi tak lama, kami melihat garis pantai.

Kami menunggu sunset sambil jalan-jalan dan foto-foto di sekitar situ. Dan sunsetnya memang tidak pernah mengecewakan. Si Tim yang sebetulnya sudah meninggalkan hobi fotografinya langsung sibuk jeprat jepret dengan kamera Sony Nex 3 tersayang. Saya pun langsung sotoy menunjukkan spot-spot sunset yang saya temukan tahun lalu.
Mulai deh norak selfie, mumpung ga ada sapa-sapa!
 
One of my fave sunset spot, no edit!

Kami ga berani lama-lama karena tahu jalan pulang akan sangat gelap setelah matahari terbenam seluruhnya. Si abang mengajak saya melewati jalan utama saja walau berputar. Kebayang jalan tembus yang tadi kami lewati segelap dan seseram apa di malam hari. Sekalian melewati jajaran restoran, kami mampir di Scallywags, salah satu restoran yang sudah cukup punya nama. Kebabnya nyummy! Setelah kenyang, kami balik ke bungalow. Ga party? Ah kaga lah, kami mah pasangan cupu.

Sebetulnya kalo malam ada pusat jajanan di dekat bungalow kami (saya makan seafood dan duren di sana taon 2011) tapi kalo honeymoon boleh doong makan agak hedon hihihi...



INFO:

Mahardika Travel dibook via e-mail ke mahardika_travel@yahoo.com.
Sebaiknya itinerary sudah diatur jauh-jauh hari dan diberikan via email ke pihak travel. Mas Dika dan rekan-rekannya juga dapat membantu mengaturkan itinerary dan pemesanan hotel sesuai budget yang kita tentukan.
FYI, price list yang saya dapat untuk Juli 2013
-          Bandara – Senggigi          : Rp 200.000
-          Senggigi – Bangsal          : Rp 150.000
-          All day (10-12 jam)           : Rp 500.000
-          Half day (7-8 jam)            : Rp 350.000
Seluruh jasa antar jemput yang saya ambil bernilai Rp 2,2 juta tapi dibulatkan ke Rp 2 juta karena sudah booking 2 bulan sebelum keberangkatan dengan DP 50%.

Kebun Villa & Resort dibook via Agoda.

Manta Dive dibook via e-mail ke mantadivegili1@gmail.com.
Pembayaran deposit 50% dilakukan via transfer dan pelunasannya ketika check out. Harga kamar double sekitar Rp 625 ribu / malam including breakfast. Manta Dive juga menyediakan paket diving dan didiskon 10% kalau kita nginep di sana.

No comments:

Post a Comment