31 March 2015

Trying to Conceive And Pregnancy Jealousy

I came from a family with history of infertility. Not my parents sih, tapi om tanteku. Beberapa teman baikku juga ada yang mengalaminya. Penyebab ketidaksuburannya macam-macam (sperma lemah, posisi rahim tidak kondusif, imunitas calon ibu terlalu tinggi sehingga 'membunuh' sperma yang masuk, hormon prolaktin terlalu tinggi) tapi kebanyakan sih nggak jelas penyebabnya. Untuk hamil, mereka butuh 3 sampai 12 tahun, bahkan ada juga yang sampai sekarang belum hamil. Beberapa sempat keguguran. Kondisi yang pastinya beraaaat banget buat mereka, apalagi melihat orang-orang di sekitarnya beranak pinak dengan mudahnya, apalagi yang pada embiei. No offense ya buat yang MBA; aku mah malah salut karena mereka mau mikul tanggung jawab dan menghadapi tantangan parenting dan berumah tangga (mostly) tanpa persiapan.

Begitu merid bulan Juli 2013, aku juga ngebet punya anak. Kami nggak melakukan tes kesuburan sebelum nikah; just go with the flow. Tapi setelah mencoba selama 3 bulan (I was jobless, staying at home, rest well and in good shape; we were also in 'honeymoon phase' so we were quite lovey dovey... Ok, too much information hahaha) dan tak kunjung hamil, muncul perasaan waswas. "Gimana kalo ternyata aku juga nggak subur? Gimana kalo kami ternyata emang nggak akan punya anak?" Suami kucecaaarr terus dengan pertanyaan-pertanyaan itu, padahal udah kami bahas semasa pacaran. Jawabannya udah clear buat kami: we were fine being together just the two of us; if one of us was infertile then it was fine; no we're not gonna adopt. Tapi kami beda pendapat dalam 1 hal: suami pingin jalanin aja hari demi hari karena dia mengimani bahwa Tuhan akan kasih kami anak pada waktunya, tapi aku pingin tes kesuburan karena penasaran pingin kepastian (emang suami orangnya lebih religius daripadaku sih; that's one of the reasons I marry him). Aku maunya tau pasti; kalau kami emang bermasalah ya udah berarti aku bisa berhenti berharap, kalau ga bermasalah ya udah tinggal dijalani. Namanya juga perempuan. Butuh kepastian. *uhuk* Akhirnya kami sepakat nunggu sampai 6 bulan usia pernikahan (yaitu bulan Januari 2014), baru cek ke dokter.

Selama sisa tahun 2013, aku mencoba positive thinking aja menjalani hari-hari.  Aku dan suami juga mencoba hidup sehat lahir batin.
- Aku kembali nyari pekerjaan (yang lokasi, sikon dan jam kerjanya kondusif buat working mother tentunya) and thank God I got it.
- Makan home-made food yang sehat. Pulang kantor, aku nyampe rumah jam 6, lanjut masak. No gorengan. Suami yang nggak doyan sayur pun kumasakin toge, terong, dan sayur-sayuran lain.
FYI, makanan yang katanya bisa bantu perempuan supaya cepet hamil: yang kaya asam folat (sayuran hijau, biji-bijian, kacang-kacangan, hati. Tapi konsumsi hati musti dibatasi begitu hamil beneran), kaya vit B6 untuk wanita dan B12 untuk pria (susu, telur, gandum, ikan laut), vit D (sereal, keju, jamur), zat besi (daging sapi, salmon, tahu, selai kacang, kismis), omega 3 (minyak ikan, olive oil, alpukat), dan banyak minum air putih. Beberapa makanan mengandung beberapa zat jadi nggak kusebut ulang yah.
Makanan yang baik buat calon ayah: terong ungu, tiram, pisang, pare, seledri, jahe, dan bawang putih. FYI lain: katanya mandi air dingin pun bagus lho hahaha... Lupa alasannya.
- Minum Prenagen Esensis buat sugesti hahahaha... Buat asupan asam folat juga sih ceritanya. Sama minum madu yang ada royal jellynya.
- Jalan kaki sebanyak yang dimungkinkan sewaktu berangkat ngantor.
- Berdoa, "Ya Tuhan, kiranya jika Kaurasa kami belum layak menerima titipan harta yang berharga dari-Mu, tolong layakkanlah kami. Ajari kami. Bimbing kami. Kami percaya Engkau yang sertai kami, Kau dengar doa kami. Kami yakin Kau akan berikan kami seorang anak pada waktu yang tepat, yaitu waktu-Mu."
- Ngitung masa ovulasi, bahkan sempet nyoba alat yang pake liur itu tapi kurang guna tuh.
Hanya saja, saking ngarepnya hamil, siklus menstruasiku malah jadi berantakan. Biasanya  28-29 hari, tapi begitu aku TTC (trying to conceive), bisa telat semingguan. Itu pun baru bisa keluar setelah aku pakai tespack dan liat hasil negatif hahaha...ternyata menstruasi tuh sangat terpengaruh kondisi psikologis ya. Kuakui ada momen-momen sentimentil setiap liat satu strip di testpackku. Kuciwa... cedih...

Image result for sensitif liur cek masa ovulasi
Ini lho alatnya. Menurutku dan sohibku mah, kurang guna yah hahaha...

Image result for sensitif liur cek masa ovulasi
Soalnya rasanya setiap hari hasilnya masa transisi mulu sih! Malesin jadinya ngecek eces tiap hari!


Desember tiba dan aku tetep belom hamil. Di situ aku malah merasa rileks. "It's okay," I thought, "bulan depan kami ke dokter." Aku jalan-jalan ke Bali buat nemenin suami mudik dan ke Singapore menghadiri nikahan temen deket. Main sama anaknya temanku yang masih toddler (yang entah kenapa sempat nemplok sama aku, padahal biasanya anak-anak ga segitunya ke aku). Tahun baruan di rumah temen bikin BBQ, ngebir dikit hihi.

Bulan Januari, mensku telat lagi. Kali ini feelingku bilang hamil. Nyoba pake testpack yang rada murah, strip 2 tapi samar. Deg-degan, beli lagi yang lebih sensitif. Bener strip 2! Ya Tuhan, aku hamiiil! What a great birthday and new year present! Kaya mimpi rasanya... Ternyata emang musti rileks kali yaa? Waswas juga sih pake sempet ngebir segala walau cuma beberapa teguk, puji Tuhan anakku gapapa.

Dari sudut pandang diriku kalo lagi inget masa-masa ngarep hamil, kira-kira gini pemikiranku kalau ada temen atau sodara hamil:
- Pas dikabarin soal kehamilannya, I'd immediately say, "Oooh, congratulations!!!"
Mungkin karena aku belom lama TTC, aku belom bitter. Tapi kuakui ada lho pemikiran "Damn, another one? Aku kapan dong yaa?"
Tapi kurasa semakin lama seorang perempuan menunggu datangnya anak, probability dia menjadi bitter tuh makin tinggi. Mungkin kalau mau ngasi tahu kehamilan, musti secara terpisah atau dengan hati-hati. But still, tell her. Kalo disembunyiin juga kan kesannya gimanaa gitu, mungkin malah bikin dia makin sedih.
Kami juga nggak bikin 'announcement' bahwa kami lagi expecting. Kami hanya inform via whatsapp aja, terutama supaya orang-orang terdekat kami yang juga lagi TTC bisa menerima kabar itu tanpa harus memaksakan senyum dan ngucapin selamat di depan kami, kasihan kan.
- Pas ada yang ngeluh mulu soal pregnancy symptoms-nya, aku mikir, "Jangan ngeluh deh! Banyak kali, perempuan yang siap gantiin lu sekarang juga!"
So no matter what, mending jangan ngeluh lah soal kehamilan di depan orang yang lagi TTC. Ngeluh aja sama yang udah jadi ibu, mereka pasti lebih simpatik pula karena pernah ngalamin.
Waktu aku hamil juga aku memang berusaha nggak ngeluh. Selain menjaga perasaan orang lain, aku juga pingin menikmati berkah Tuhan tersebut. Mual 8 bulan, sakit pinggang, dll ya kujalani aja, paling sambil bilang aja ke mama atau suami, "Eneg...pingin air jahe. Pegel...boleh tolong pijitin ga?" Manja dikit boleh lahh hihihi...

Walau hanya dalam intensitas yang minim, aku cukup kebayang perasaan perempuan yang lagi TTC dan disodori berita kehamilan orang lain secara berentetan. I know, I know, I didn't experience infertility and 6 months of waiting can be considered short, tapi sungguh aku kebayang kok. Ketika aku hamil dan melahirkan, aku cukup ngerti ketika beberapa orang tampak 'menghindar' dari kami. Aku pingin bilang sama mereka: "It's totally acceptable to be jealous when other women get pregnant and you don't, especially after you've tried everything. I hope you won't be bitter about it. And I sincerely wish you to experience healthy pregnancy and joyful parenthood, as you deserve."

Semoga kehamilan nggak membuat kita kehilangan relationship lain yang berharga dengan perempuan-perempuan terpenting dalam hidup kita yaa. Semoga di balik euforia kebahagiaan kita, kita masih bisa hati-hati ngejaga perasaan mereka. Dan semogaaaa semua perempuan yang sedang berusaha untuk hamil (atau memiliki anak) pun dikabulkan doanya!

29 March 2015

Book Review: Big Little Lies by Liane Moriarty (No Spoiler)

19486412

Waktu baca sinopsisnya di Amazon, aku dan paksu udah ilfeel duluan, "Ih kok kaya Chicklit for Desperate Housewives ya?" Tapi ternyata genrenya masuk 'mystery' dan dapet penilaian bagus dari Goodreads readers, jadi dibeliin deh sama paksu bareng sama The Girl on The Train yang udah kubaca duluan.

Kesan pertama setelah baca 5 chapters: SUKAAA! Dalam sehari pertama aku bisa abisin 20 chapter. It's a record since I became a working mom. Ternyata Big Little Lies ini bisa kuselesaikan dalam 3 hari.

Karakter utamanya ada 3 perempuan, kaya di The Girl On The Train, tapi bedanya novel ini ga bikin 'gemes-jengkel' sama tokohnya. Pembentukan karakternya juga dapet; they got flaws in adorable and natural way. Sebagai pembaca, aku bisa relate sama perasaan tokoh-tokohnya.  Kekurangannya: penggunaan deskripsi yang berulang-ulang terhadap suatu karakter. Misalnya A nganggep si B 'feisty', terus ternyata C juga bilang B 'feisty'. Padahal kan bisa aja lively, gutsy, ato apaa gitu?

Interaksi para tokohnya nyindir ibu-ibu banget... judgey gitu satu sama lain, kepo tapi gengsi, cynical. Conversation-nya jail, gengges, witty, dan lebay; gaya bahasa kesukaanku! Ceritanya tentang ibu-ibu anak TK yang geng-gengan, lumayan menarik buat diriku yang 3 taon lagi jadi ibu anak TK. Jadi kebayang mungkin mirip-mirip gitu yaa... walau pastinya didramatisasi.

Settingnya juga adorable deh, aku sukaa... kota kecil di pinggir pantai utara Sydney. Trus ada cafe asoy dengan pemandangan ke laut dan sedia buku-buku bekas. Ihhh sorgaa!

Satu-satunya yang buatku agak annoying adalah adanya snippets di awal ato ending tiap chapter, isinya komen beberapa tokoh sampingan (biasanya para ortu lain di TK tersebut) tentang pembunuhan yang terjadi. Nah ortunya kan banyak, jadi awalnya aku agak bingung, ni penting ga sih buat dihapalin nama-namanya, apa perlu diperhatikan siapa ngomong apa? Siapa tau di situ letak clue-nya, soalnya pengarangnya niat banget. Ga cuma pembunuhnya yang dirahasiakan, korbannya juga (di awal-awal) ga dikasih tahu identitasnya. Dia juga bisa bikin pembacanya ngakak padahal novel ini kan bertema pembunuhan! Jagoan kan?

Penasaran... aku buka profilenya Liane Moriarty di Goodreads. Lucuuuk! Gini nih katanya:
About this author

 
 
Liane was born on a beautiful November day in 1966 in Sydney. A few hours after she was born, she smiled directly at her father through the nursery glass window, which is remarkable, seeing as most babies can’t even focus their eyes at that age.

Her first word was ‘glug’. This was faithfully recorded in the baby book kept by her mother. (As the eldest of six children, Liane was the only one to get a baby book so she likes to refer to it often.)

As a child, she loved to read, so much so that school friends would cruelly hide their books when she came to play. She still doesn’t know how to go to sleep at night without first reading a novel for a very long time in a very hot bath.

She can’t remember the first story she ever wrote, but she does remember her first publishing deal. Her father ‘commissioned’ her to write a novel for him and paid her an advance of $1.00. She wrote a three volume epic called, ‘The Mystery of Dead Man’s Island’

After leaving school, Liane began a career in advertising and marketing. She became quite corporate for a while and wore suits and worried a lot about the size of her office. She eventually left her position as marketing manager of a legal publishing company to run her own (not especially successful) business called The Little Ad Agency. After that she worked as (a more successful, thankfully) freelance advertising copywriter, writing everything from websites and TV commercials to the back of the Sultana Bran box.

She also wrote short stories and many first chapters of novels that didn’t go any further. The problem was that she didn’t actually believe that real people had novels published. Then one day she found out that they did, when her younger sister Jaclyn Moriarty called to say that her (brilliant, hilarious, award-winning) novel, Feeling Sorry for Celia was about to be published.

In a fever of sibling rivalry, Liane rushed to the computer and wrote a children’s book called The Animal Olympics, which went on to be enthusiastically rejected by every publisher in Australia.

She calmed down and enrolled in a Masters degree at Macquarie University in Sydney. As part of that degree, she wrote her first novel, Three Wishes. It was accepted by the lovely people at Pan Macmillan and went on to be published around the world. (Her latest books are published by the equally lovely people at Penguin in both the US and the UK)

Since then she has written two more novels for adults, as well as a series of books for children.

Liane is now a full-time author. She lives in Sydney with her husband, her new baby daughter Anna, and her son George, who likes to sit on her lap while she works, helpfully smashing his fist against the keyboard and suggesting that she might prefer to be watching the Wiggles instead.

Once upon a time she went heli-skiing and skydiving* and scuba diving. These days she goes to the park and ‘Gymbaroo’ and sings ‘I’m a Little Cuckoo Clock’ at swimming lessons. She has discovered that the adrenaline burst you experience from jumping out of a plane is remarkably similar to the one you get when your toddler makes a run for it in a busy car park.
Besok-besok mau baca lagi buku-buku dari pengarang ini ah, tapi mau kuseling pengarang lain dulu. Takut keburu bosen.
Satu hal lagi yang menarik: buku ini katanya sedang dibikinkan filmnya oleh bintang-bintang kece Aussie: Nicole Kidman dan Reese Witherspoon! Plus katanya penulis skenarionya adalah David E. Kelley (penulis skenarionya Doogie Howser, LA Law, dan Ally McBeal sekaligus suaminya Michelle Pfeiffer). Hmm... siapa memerankan siapa yaa? Aku sih pinginnya sih Reese jadi Madeline, Nicole jadi Celeste. Trus Rose Byrne jadi Jane dan Hugh Jackman jadi Perry. Semoga beneran jadi difilmkan!


26 March 2015

Book Review: The Girl On The Train by Paula Hawkins



Image result for the girl on the train

Sesudah bulan lalu kelar baca Gone Girl-nya Gillian Flynn, aku jadi kepingin baca novel psychological thriller lagi. Paksu cariin deh di Amazon, lalu download-in di Kindle. Salah satu judul yang dia temukan: The Girl on The Train. Pengarangnya Paula Hawkins. Jujur belom pernah denger, soalnya walaupun aku kutu buku, aku cuma hapal pengarang mainstream alias yang sedunia tahu kaya JK Rowling, Dan Brown, Paulo Coelho, Enid Blyton gitu deh... *cupu* Novel TGOTT ini termasuk salah satu novel yang suka dibanding-bandingkan sama si Gone Girl.


Kesan pertama dari buku ini: ih, story-nya mulai sehari sebelom tanggal pernikahanku! Eh ga penting amat ya hihi...

Kesan berikutnya setelah membaca sekitar 5 chapter: Hmmm prospektif, belom menemukan sesuatu yang bikin aku males. Aku suka chapter-chapternya yang pendek, sangat cucok buat working mother sepertiku yang sering baca ngaclok-ngaclok sesempatnya di jalan menuju kantor atau rumah, jam makan siang, atau sambil nyusuin bocah. (Aku ga keburu menyelesaikan Game of Thrones kan gara-gara itu juga, begitu sempet baca dah lupa ceritanya sebelomnya gimana. Maklum lah ya hormon kehamilan yang bikin pikun itu masih nyisa lhoo sampe bulan ke-7 iniii...)

Ke belakangnya pun ceritanya semakin bikin aku terpikat (halah bahasanyaa) sampe agak susah stop, tapi apa boleh buat musti maen dulu lah sama anak, musti bikin report, dll dll. Untungnya pola penceritaannya simple walau timelinenya maju mundur. Jadi misalnya abis cerita yang bulan Juli, chapter berikut flashback ke awal tahun, lalu balik lagi ke Agustus, ehh flashback lagi, gitu terus. Tapinya si pengarang ga bikin ini ribet kok, ingatanku yang kaya Dory temen papanya Nemo ini pun masih sanggup ngikutin.

Penggunaan bahasa Inggrisnya pun sederhana, ga banyak kalimat majemuk nan belibetan. Nyantai lah bacanya, ga perlu bolak-balik mencet dictionary. Tapi kenapa ya aku berasa kurang dapet aksen Britishnya, padahal settingnya di Inggris. Aku bacanya tetep kaya English amiriki aja.
Pembentukan karakternya juga dapet. Kayanya pengarangnya manteb riset psikologinya. Aku suka cerita yang bisa ngasih perspektif dari berbagai tokohnya seperti di dunia nyata. Kaya punya temen yang nyebelin tapi tetep kita temenin, gitu. Nobody's perfect. Nggak ada pengantagonisan tokoh di novel ini, beda tipe dengan novel-novel Dan Brown yang jelas siapa penjahatnya (ya walaupun biasanya mastermindnya disembunyiin yaa). Nah kalo di novel ini kita dibikin nebak-nebak siapa sih penjahatnyaa... Etapiii... walau ga ada antagonisnya sampai akhir cerita, semua tokoh di novel ini....

Spoiler Alert for next paragraph including things I don't like from this novel.

24 March 2015

Baby L's Milestones : 7 Bulan (181-212 hari)

Umur 6 bulan BB: 9,9 kg; panjang 71 cm. Makin mbrot kaya pesumowati. Gigi seri bawahnya dah nongol.
Umur 6 bulan 29 hari BB sekitar 10,3 kg.

MPASI 6 bulan:
- Makanan yang disuka: Pisang, melon, brokoli, zucchini, bubur saring (isi sayur, wortel, kacang merah, ikan gurame, dll), kabocha, pear, plum, semangka, pepaya.
Pokonya 80% buah dia suka banget.
- Makanan yang biasa aja: bubur tepung beras + kaldu plain, puree apel, alpukat.
- Makanan yang ditolak mentah-mentah (maupun mateng): buah naga merah, kentang, tahu sutra Kongkee.
Keliatannya sih ga suka yang tawar dan seret. Sukanya yang berair apalagi kalo manis.

Milestones:
- Akhirnya bisa guling-guling telentang dan tengkurap sendiri. Sebenernya sudah dua bulan diajarin muter sendiri karena doi marah-marah mulu kalo kelamaan tengkurep, tapi baru bisa sekarang. Ndut sihh! *uyel-uyel* Pertamanya dia mencoba telentang sendiri karena ogah disuruh tummy time; tiap kita tengkurapkan dia ngebalik sendiri. Dasar pemalas. Seminggu kemudian dia mau nengkurep sendiri karena dipancing mainan. Abis itu baru gegulingan ngejajah kasur.
- Mencondongkan badan dan ngulurin tangan kalo minta digendong.
- Duduk tanpa ditopang (tapi kalo doi dah condong-condong mau ambil mainan ya masih ngegabruk deh ke kasur).
- Menggapai barang dan mencari barang yang tersembunyi benda lain (misal hape mama yang ketutup kain, muka mama yang ketutup rambut).
- Cilukba.
- Makan finger food. Paling mudah megang dan makan brokoli sendiri; kalau yang lain kadang masih musti dibantu pegangin dan arahin ke mulutnya.
- Ongkekin (bahasa apa ini) gumpalan makanan yang masuk ke mulutnya tapi ga kekunyah. 'Ohok ohok hoek' trus dia sodorin di lidah buat kita ambil.
- Poop di kloset, dipegangin.
- Ketawa tengil kalo dibilang 'no!'

Kebiasaan:
- Masih harus digendong sebelum tidur siang, tapi udah lebih betah main di kasur karena bisa guling-gulingan. Kalo siang neneknya (yang ngasuh dia) mau ke toilet, musti ditaruh di lantai dan dialasin bed cover karena ditinggal di kasur bentar aja bisa jatoh tuh. Kadang gegulingan nyampe lantai keramik tapi dia malah kegirangan, enak kali adem. Akhir-akhir ini kan gerah.
- Masih suka minta ditarik berdiri tapi pada ngelarang ditatih, takut pertumbuhan tulangnya terganggu.
- Caper bukan main, sangat seneng ngeliat orang, dan cekikikan kalo diajak ngomong. Tapiii... mulai muncul separation anxiety: kalau ga liat ada orang terdekatnya (mama atau neneknya) langsung mewek. Kadang menjauh 1 meter aja udah merengek takut ditinggal.
- Masih suka susah poop nihhhh, haduuuuh! Kalau mules mau poop pasti nangis kejer trus malah brenti ngeden. Ngeden atuh Nak, jangan nangiis! Kayanya dia masih adaptasi dari pup cair ke solid. Minum masih musti disendokin, ga mau pakai gelas.
- Bangun pagi makin pagi, dari jam 6 geser ke 5.30, geser ke 5.00, dan kadang jam 4. Mana kadang banguninnya pake nyakar. Mamakmu ngantuk, sayaang! Untung jam 20.00-an dia udah ngajak bobo. Tapi mamanya makin gendud dong, abis dinner langsung bobo...
- Kadang gigit-gigit kecil kalo lagi nyusu tapi bentar aja; belom pernah sampe harus dipencet idungnya.
- Babbling kalo diajak ngobrol atau nyanyi.
- Mencengkeram kalo gemes. Kecil-kecil pedess booo cubitan jari bayi.

Pengalaman:
- Fifth trip to Bandung: 21 Feb 2015 buat Imlekan.
- Gigi pertama keluar: umur 193 hari yaitu gigi seri bawah kanan. Sekitar seminggu kemudian keluar yang kiri. Teething period: 2 minggu (ngacai, manja, ga demam).
- Pertama kali foto studio dan kena blitz (semoga ga berimbas buruk). Sekitar 20 menit pertama sih hepi aja dijepret-jepret, tapi lama-lama amsiong juga.
- Lagi dihipnotis tiap malem supaya kalo siang mau bobo sendiri di kasur dan kalo pergi mau duduk anteng di car seat atau stroller. Hasil: so far biasa aja, tergantung moodnya hahaha... Kalo macet mah dijamin bangun dan ngamuk.

Home-Made MPASI 6 Bulan

Nggak kerasa, baby Euis udah makan sebulan lamanya. Karena anaknya ndut (umur 6 bulan 10 kg, 71 cm) jadi saya nggak start MPASI dengan cerealia (karbohidrat dari biji-bijian seperti beras dan gandum). Takut obesitas bok! Kami kasih buah dan sayuran dulu aja. Awal-awal malah perkenalannya pake finger food (sok-sokan BLW gitu deh) tapi karena anaknya sewot kalo ga bisa ngarahin makanannya ke mulut, kami suka bantu pegangin, trus akhirnya umur 6,5 bulan mulai kami perkenalkan ke bubur beras. Sayurannya dilumat di buburnya.

MENU

Untuk aturan menu, aku ga ngikut metode Pak Wied Harry ataupun food combining. Aku percaya sama WHO aja deh kalo anak umur 6 bulan udah bisa makan apapun, tapi aku perkenalkannya satu-satu sesuai urutan sbb:
  1. Buah dan sayur (termasuk labu-labuan dan kacang-kacangan).
  2. Karbohidrat.
  3. Kaldu (dari ayam dan bawang bombay).
  4. Daging hewan (ayam, ikan air tawar), jamur, tahu plain.
  5. Agar-agar (ditambahkan di puree buah dan buburnya) supaya lancar poop.
  6. Yoghurt plain, bayam, ikan laut, hati ayam dan telur mau kukenalkan di bulan ke-7. Takut defisiensi zat besi nih, si eneng emang ga kukasih suplemen.
  7. Bumbu-bumbuan (oregano, ketumbar, kunyit, dll) dan daging sapi juga akan mulai kupakai umur 7-8 bulanan. Teman-temanku udah pada ngenalin olive oil, butter, dan santan di usia anak 6,5 bulan buat boost BB dan memenuhi kebutuhan lemak bayi tapi aku nggak. Lagi-lagi karena takut obesitas hahaha... Lagian mamahku ga setuju bubur dipakein mentega. "Aneh atuh, emangnya risotto," gitu ceunah, "lagian ASI kamu juga masih berlemak gitu, ga usah kebanyakan lemak dari makanan lah". Ya daku nurut aja lah secara beliau yang masak hahaha...
  8. Keju dan pasta akan kukenalkan di usia 8 bulanan (lebih karena takut anaknya obesitas aja sih).
Perkenalan dimulai dari buah karena kebetulan anaknya mau kukasih buah melon yang kumakan. Lanjut sayur, puji Tuhan doyan juga. Pas kenalan bubur plain, anaknya nampak ga terlalu tertarik dibanding buah/sayur. Waktu buburnya dipakein ASIP atau kaldu jadi mendingan tapi masih hare-hare (mau-mau-nggak gitu deh). Begitu mulai pake lauk pauk (awalnya sayuran dan kacang merah dulu) ternyata dia suka, apalagi waktu pake gurame. Umur 6,5 bulan kami udah kenalkan ke wortel dan protein hewani. Nah aku bukan tipe yang ngasih bubur beras pake buah, soalnya risih sendiri aja ngebayangin nasi pake buah hahaha... Sebenernya sih dianjurkan kok oleh beberapa DSA supaya anaknya eksplorasi rasa tapi akunya dan mamahku ngerasa aneh. Ngasih ASI di puree dan bubur juga cuman kucoba 2-3 kali trus stop karena anaknya doyan-doyan aja rasa asli makanannya.

So far makanan yang udah kita kasih coba :
Sayur: brokoli, kabocha, tomat (kuanggap aja sayur ya), waluh, wortel (beberapa literatur sarankan start usia 7-8 bulan), zucchini.
Buah: apel (beberapa anak including mine ga suka teksturnya jadi harus dicampur buah lain), red dragon fruit, melon (beberapa literatur sarankan start usia 7-8 bulan), pepaya (pada beberapa anak menyebabkan sembelit), pir, pisang (tidak diberikan sampai pusat/bijinya karena bisa mengakibatkan sembelit), plum, semangka, xiang li. Pernah juga dicuilin duren, jeruk bali, dan dukuh (maap emaknya gendeng, abis anaknya kaya kalong buah sih, dikasi yang asem juga doyan).
Buah-buahan rata-rata kami puree dulu dengan cara dikukus baru dilumatkan pakai sendok. Buah yang nggak usah dikukus: dragon fruit/buah naga (tapi anaknya ga doyan), pepaya, pisang, semangka.
Cerealia dan karbohidrat: beras putih, kentang dan jagung (seret, musti dicampur makanan lain).
Protein: kaldu ayam (awalnya agak bruntus kecil-kecil di muka tapi hilang sendiri), kacang merah, tahu Kong Kee, jamur, ikan gurame, ayam giling.

Semua makanan yang baru dicoba kami berikan 3-4 kali sebelum mengenalkan makanan baru lainnya untuk melihat reaksi alergi dan konstipasi. Kalo cuma bruntusan dikit mah hajar aja, lanjuut.. Kalo udah ga pup 2 hari, naah.. langsung kustop. Aku ga selalu kasih yang organik, misalnya brokoli seadanya di tukang sayur aja, tapi kalau ayam selalu ayam kampung.

JADWAL
Jadwal makan minggu pertama dan kedua: Makan buah atau sayur jam 09.00. Mimi seperti biasa, 2 jam sekali x 100 cc jam 08.00, 10.00, 12.00, 14.00, 16.00. Minggu kedua pas iseng anaknya sore dikasi icip makanan lagi, kalo dianya mau aja.
Jadwal minggu ketiga: Makan buah atau sayur jam 09.00. Makan bubur jam 12.00. Mimi seperti biasa, 2 jam sekali tapi takarannya jadi tricky, tergantung gimana mood si anak dan tingkat kekenyangannya.
Minggu keempat mulai coba kasih snack sore buah kalo anaknya mau.

Jadwal MPASI usia 6 bulan


Minggu Pertama

1
2
3
4
5
6
7
09.00
Pisang lumat
Pisang lumat
Buah naga
Pisang lumat
Brokoli kukus utuh
Brokoli kukus utuh
Brokoli kukus utuh
Alpukat
Zucchini kukus utuh
Minggu Kedua

8
9
10
11
12
13
14
09.00
Zucchini kukus
Kabocha kukus
Zucchini kukus
Kabocha oven
Zucchini kukus
Puree Kabocha
Puree kabocha
Jus Pir
Pir potong
Tomat kukus
Brokoli kukus
Tomat kukus
15.00


Pisang lumat
Pisang lumat
Kentang
Bubur tepung
Bubur tepung + kaldu
BS + brokoli
Minggu Ketiga

15
16
17
18
19
20
21
09.00
Jus pir
Puree apel plum
Puree apel plum
Puree PPS
Puree PPS
Puree PPS
Puree PPS
12.00
BS +  kc merah, tomat
BS + brokoli, kc merah, tomat, wortel
BS + brokoli, kc merah, tomat, wortel
BS + brokoli, tofu, tomat, wortel
BS + brokoli, tofu, wortel
BS + brokoli, tofu, wortel
BS + brokoli, gurame, wortel
Minggu Keempat

22
23
24
25
26
27
28
09.00
Puree APPT
Puree APPT
Puree melon + apel + plum
Puree melon + pir + plum
Puree melon,plum, xiang li
Puree melon + xiang li
Puree melon + xiang li
12.00
BS + brokoli, gurame, wortel
BS
BS + brokoli, gurame, kentang
BS + brokoli, gurame, wortel
BS
BS + brokoli, gurame, wortel
BS + brokoli, gurame, wortel
15.00
Jus pir
Sisa puree
Sisa puree
Jus pir
Sisa puree
-
Sisa puree

Keterangan:
Yang dicoret seperti ini artinya gagal karena anaknya  nolak (either milih nyusu atau ga doyan) atau salah masak atau lagi distop karbo karena susah poop.
Jus: buah diblender, tidak disaring, tidak ditambahkan air atau gula.
BS   = Bubur Saring (menggunakan kaldu ayam) + bahan tambahan yang dilumatkan
PPS = plum, papaya, semangka
APPT = apel, pir, plum, tomat
Minggu keempat emaknya ga sempet belanja groceries jadi anaknya cuma dikasih apa yang ada di tukang sayur keliling aja hihihi... 
.

PORSI
Tergantung mau anaknya aja. Kalau menu bubur saringnya dia doyan, bisa habis sekitar 3-4 sdm dewasa, kalau ga doyan paling ngicip 1-2 suap. Buah sih hampir selalu habis 60-100 gram. Kami nggak pernah paksa makanan harus habis, sesuka dia aja. Namanya juga perkenalan.

Share Pengalaman
Kalo aku rasa sih MPASI awal ini termasuk hepi, soalnya ekspektasiku ga tinggi. MPASI ini bener-bener buat perkenalan makanan aja, bukan buat boost BB jadi aku santaiiii banget kalopun anaknya ga mau makan. Yang penting anaknya doyan buah dan sayur, horeee... Mamahku juga luar biasa banget semangatnya bikinin MPASI rumahan (padahal jamanku dulu kadang dikasi biskuit pake sufor hahaha... katanya dulu mah ga lazim mompa ASI buat dicampurin ke makanan bayi) dan ngizinin aja aku ngasi finger food (kebanyakan kakek nenek kan takut kelolotan). Seneng juga sih bereksperimen ngasi suatu makanan ke si bocah dalam berbagai metode penyajian. Ada yang dia sukanya dimashed (alpukat, kabocha) dan ada yang dia lebih suka gerogotin (melon, zucchini, brokoli - semua dikukus). Dia juga cepet belajar kalo ada gumpalan yang kegigit tuh musti dikunyah atau dibatukin/disembur keluar. Anehnya anak ini kurang suka kalo buburnya grindil-grindil, maunya yang halus. Kalo puree buah malah dia semangat walau grindil-grindil (buah biasanya cuma kami kukus-lumat, ga pake blender).


Trus gimana kira-kira dukanya MPASI bulan ini?
  1. Gagal masak. Mamahku ga ngerti cara bikin bubur pake beras giling, dikiranya cukup diseduh aja pake aer panas, aduk-aduk, kasiin. Hahahaa... Untung anaknya makan 3-4 suap doang trus ogah. Abis itu kupikir mending bubur saring aja kali ya, entah napa aku jadi ga sreg sama pertepungan ini. Nah untuk bubur ini aku berdayakan TAKAHI slow cooker doong... secara aku udah request yang 1.2L di wish list pas lahiran hihii (makasih gossip girlskuuu). Dari hasil googling trus trial and error, kayanya takaran paling pas tuh 4 sdm beras yang sudah dicuci + 200 cc kaldu + 100 cc air, lamanya sekitar 4-5 jam. Mau kaldu semua juga oke... Ntar hasilnya dibiarkan mendingin ke suhu ruang, dimasukin ke wadah tertutup trus taro di kulkas. Keluarin secukupnya yang mau dimakan, angetin di kukusan / rice cooker sekalian ngukus lauknya, trus saring deh. Kalo masih terlalu kental tinggal tambahin air hangat dikit.
  2. Anaknya ga mau disuapin kalo sama emaknya (mending nenen). Kayanya banyak anak kaya gini yaa... Biasanya aku sukses nyuapin tuh pas makan puree buah atau bubur gurame, anaknya doyaaan! Menurut hasil observasi, mood makan si Euis juga tergantung sama suhu makanannya. Kalo bubur saring maunya anget, kalo buah sukanya dingin. Padahal ga dibiasain lho...
  3. Anaknya sembelit! Nahh ini paling nyiksaa....ga tega kan ya liat anak jejeritan gitu. Ternyata kata temenku (dia dokter beranak dua), sebenernya boleh aja kasi Microlax suppository lewat rektum gitu, masukin 1/3 tube, rapetin pantatnya, ntar ga lama bisa keluar sendiri. Tapi belom kebayang beneran ngelakuin ini. Kalo aku perhatiin, si bocah pupnya sih masih lembek, jadi kayanya dia ga suka rasa mulesnya atau masih bingung sama tekstur baru pupnya deh... So far yang paling cocok buat lancarin pupnya tuh melon. Yang ga cocok malah pepaya, jadi susah keluarnya! BTW poop dan ntutnya sekarang jadi aduhay harumnyaa hahaha!
  4. Anaknya ga doyan air putih, padahal kan bisa bantu sembelitnya. Diakalin pake dot atau ditambahin sari buah juga ga bisa. Yasud sabar-sabar aja disendokin air putih setiap ada kesempatan.
  5. Demand ASI ga gitu berkurang; kadang jadi 400an cc tapi kalo anaknya lagi rakus ya tetep aja 500cc. Hahaha... pompa teruuuss!
  6. Salah porsi. Kami kebanyakan pakai nasi. Ternyata, menurut temenku yang kerja di depkes, mustinya porsi makan bayi tuh kaya gini.
    Bayi butuh banyak lemak dan protein buat pembentukan sel otak
  7. Anaknya ga betah duduk di booster chair. Keras kali ya hehe... maklum plincess... Yang nyuapin juga musti gesit kalo ga mau jadi medan perang. Gelas lah dijungkirin, sendok direbut, mangkok dicaplok. Ramee hahaha...
 
Memasuki bulan ke-7, MPASInya bakal makin rame nih. Semoga baby Iis makannya pinter, mau minum air putih makin banyak, gizinya tercukupi, ga sembelit, dan bisa naik tekstur ya sayaaang! *kecuppp pipi mbemnya*