Update tanggal 30 November 2017 tentang dr. Christiana
1. dr. Ferdy Limawal SpA. di RS Omni Alam Sutera
Dokter ini yang menangani si baby sejak baru lahir sampai sekitar usia 6 bulan. Dipilihin sama rumah sakitnya sesuai ketersediaan di hari Minggu siang itu, karena lahiran dadakan dan aku nggak sempat survey DSA di sana.
Waktu si eneng kena bodong alias hernia umbilicalis, dokter Ferdy nyaranin buat pakai metode jadul. Tutup bodongnya pakai koin dan bilang bahwa karena bodongnya memang besar (diameter 2 cm), mungkin perlu sampai setahun sampai bodongnya rata, dan kalau masih bodong ya bisa dioperasi. Kami pakaikan koin Gulden kuno itu, awalnya satu, trus lama-lama ditambah sampai tiga. Thankfully, dalam 6 bulanan bodongnya udah rata dan nutup. Tadinya mah kerasa kaya ada yang mengalir kalau kita tekan bodongnya, ngeri deh.
Dokter ini juga yang ngasih vaksinasi si eneng sampai usianya 6 bulan, kemudian aku memutuskan pindah dokter dan pindah rumah sakit. Kenapa? Well, bukan karena dokter ini pernah kena tuntutan malpraktik tahun 2009 lho ya (kasus kembar buta yang sempat heboh di media). Juga bukan karena RS ini juga pernah heboh soal pencemaran nama baik oleh Mbak Prita itu.
Dokter ini juga yang ngasih vaksinasi si eneng sampai usianya 6 bulan, kemudian aku memutuskan pindah dokter dan pindah rumah sakit. Kenapa? Well, bukan karena dokter ini pernah kena tuntutan malpraktik tahun 2009 lho ya (kasus kembar buta yang sempat heboh di media). Juga bukan karena RS ini juga pernah heboh soal pencemaran nama baik oleh Mbak Prita itu.
Kuputuskan pindah dokter dan RS karena (kondisi per 2014 yaa) :
- Dokter memberikan pamflet petunjuk MPASI awal yang tidak up-to-date berdasar ilmu gizi bayi saat ini. Resep bubur bayi menggunakan gula. MPASI dimulai usia 4 bulan. Meh. Bahkan langsung kubuang pamfletnya.
- Dokternya nggak ngasih tahu kalau ada vaksin combo DPT-Polio-Hib supaya anaknya nggak usah disuntik berkali-kali. Waktu kami nanya 'Dok, ini ada jadwal yang vaksinnya sekaligus dalam satu bulan, anaknya musti disuntik dua kali ya?' malah dia suruh split dan datang lagi bulan depannya buat vaksin yang lain. Ntah nyari duit apa maksudnya baik... tapi ya menurutku kurang informatif aja.
- Dokternya nggak ngasih tahu kalau ada vaksin combo DPT-Polio-Hib supaya anaknya nggak usah disuntik berkali-kali. Waktu kami nanya 'Dok, ini ada jadwal yang vaksinnya sekaligus dalam satu bulan, anaknya musti disuntik dua kali ya?' malah dia suruh split dan datang lagi bulan depannya buat vaksin yang lain. Ntah nyari duit apa maksudnya baik... tapi ya menurutku kurang informatif aja.
- Buku bayi yang didapat ketika lahiran (Agustus 2014) tidak menggunakan jadwal imunisasi IDAI terkini walaupun poster di ruang dokter sih udah yang terbaru. Jadinya aku musti print sendiri, kan nggak rapi ya.
- Aku kurang merasakan support untuk ASI dari RS Omni. Detailnya mungkin someday kuceritakan ya.
Dari segi service sih sebetulnya acceptable dan recovery post-caesarku
juga oke. Dokter Ferdynya sendiri sih dukung ASI dan waktu si eneng disinar pun disuruh lanjut ASI walau golongan darah ibu-anak berbeda.
Beberapa hal lain yang kualami di Omni di tahun 2014 :
Beberapa hal lain yang kualami di Omni di tahun 2014 :
- Ngantri dokternya sih nggak terlalu lama (kami biasanya datang hari Sabtu pagi), tapi admin kasir Omni menurutku agak lambat di jam tertentu karena sekaligus menangani dokter spesialis anak, obgyn, dan internist.
- Ruang tunggu dokternya standar yang kursi-kursi berbaris depan belakang. Agak susah menjaga jarak sama anak yang sakit kalau lagi jam ramai.
- Nursing roomnya standar (2 buah sofa 2-seater, 1 ranjang dorong untuk taffel, wastafel) tapi wastafelnya seringkali kotor dan nggak ada sabunnya, dan aku pernah lihat ada ibu ngajak anak balitanya pipis di situ. Bukan salah RSnya sih, tapi sejak itu aku ogah cuci tangan di situ.
- Nggak ada sentuhan personal dari dokter Ferdy. Bahkan dia nggak pernah nyentuh pasien selain untuk cek detak jantung atau lainnya. Cold turkey gitu deh hahaa..
2. dr. Johannes Ridwan SpA., DPPS di RS Bethsaida Serpong
Begitu memutuskan buat cari dokter anak lain, aku search DSA yang pro-RUM (Rational use of medicine). Keluarlah nama dr. Jo ini. Aku tertarik karena beliau juga ahli pulmonologi dan riwayat penyakit keluargaku ya di pernapasan. Bengek dan alergi mah udah sering banget. Aku mau nanya apa aja yang musti dilakukan, jaga-jaga kan supaya asma dan alergi nggak nurun ke si eneng atau setidaknya jangan sampai dia ngalamin separah kami.
Sesuai testimoni orang-orang, tampang dokternya lempeng abis, rada galak sama susternya, tapi cekatan dan sebetulnya agak jahil. Kelihatan juga kalo dia suka anak-anak. Anakku dipanggil 'si ndut' sama dia, dan sejak awal dia nggak ragu gendong si babydut buat nenangin tangisnya. Cuma satu aja yang I found weird: dia ngasih vaksin influenza sampai 2 kali dalam jarak 2 bulan, katanya buat booster tapi di mana-mana kubaca vaksin flu mah cukup setahun sekali. Si dokter cepet banget kalau nyuntik jadi anaknya baru nangis udah dia gendong, klep deh anaknya diem lagi.
Waktu si eneng pilek dan mampet parah bulan Mei, kami bawa ke dokter Jo dan dia pakaikan Sterimar. Ngeri banget bok, disemprotinnya sampe air saline dan ingusnya ngalir dari lubang hidung sebelahnya, lalu diulang lagi di lubang satunya. Ya anaknya jelas jejeritan. Dipikir-pikir, kuat juga tuh si dokter megangin kepala si eneng, secara ni bocah tenaganya kan sadis. Kasihan bukan main ngelihat si eneng digituin, tapi abis itu dia bisa tidur nyenyaaaak banget setelah semalaman susah tidur akibat mampet. Yah buat beberapa ortu, dokter Jo pasti masuk kategori sadis dan emang bukan tipe dokter yang lemah lembut. Dia menyarankan penggunaan Vaporizer (suggestionnya sih merk Kaz tapi nampaknya nggak masuk ke Indo) untuk menguap dan kubaca-baca di forum, kalau udah parah bakal disuruh pengobatan pakai nebulizer di klinik pribadinya di BSD. Kemarin sih karena nggak terlalu parah, obat pilek yang dia kasih cuma Rhinos dan Histrine tapi katanya nggak usah diberikan kalau nggak parah melernya. BTW sekali pilek gitu aja mahal yak, dokternya Rp 200 ribu, obatnya total Rp 300 ribu. Dokter Jo sih fine-fine aja dengar aku ngasih Kehongsan (King Fung Powder) ke si baby, katanya dia juga pakai buat anaknya.
Soal kemungkinan asma karena kedua ortunya punya riwayat asma, dia bilang nggak bisa dilihat sekarang, tapi biasanya anaknya akan punya alergi. Betul sih, sejak usia 9 bulanan, si kecil kalau bangun suka agak grak grok. Dokter Jo menyarankan buat nyedot kasur dan bantal pakai vacuum cleaner 2 kali seminggu.
Di bulan Juli, si bocah tiba-tiba demam sampai 39C. Anak ini nggak pernah demam sebelumnya jadi cukup bikin kami panik. Memang sih dikasih Sanmol turun dikit demamnya, tapi balik naik lagi dalam beberapa jam. Baru 1,5 hari demam, buru-buru kubawa ke dokter, ga nunggu 3 hari dah. Kata dokter, di bawah 3 tahun sangat jarang radang tenggorokan (kecuali selalu makan gorengan). Kemungkinannya ada 3: roseola, rotavirus, atau infeksi saluran kencing. Kami diminta cek urine si kecil. Karena gagal (urinenya tumpah ke popok) setelah nunggu 4 jam, kami disarankan pulang dulu aja dan dokter Jo bilang, "Nanti urinenya boleh ke lab yang dekat rumah, lalu hasilnya dibawa ke Omni juga nggak apa-apa, biar dekat rumah. Kasian ke sini jauh." Rupanya dia lihat alamat kami hehe... Karena hasil tes urinenya baru keluar sore, kuturuti sarannya buat berobat di Omni ke dr. Andy Sugoro.
Kurang enaknya sama dokter Jo: orangnya nggak banyak omong. Nah kadang kan emak-emak cerewet macam diriku pingin curhat tuh, doi jawabnya to the point aja hahaha... enak sih jadi singkat. Etapi kalo udah kenal sih doi suka ngobrol juga, asal antrian pasien ga lagi banyak aja. Trus obat-obatan (termasuk vaksin) dari farmasinya Bethsaida lebih mahal daripada kalau beli di apotek lain, jadi mending jangan tebus obat pabrikan di situ kalo ga urgent-urgent amat atau reimburse ke kantor.
Antrian dokter sih wajar, mirip di Omni (kami datangnya Sabtu pagi) dan antri admin juga standar. Ruang tunggu dokternya lebih lega dan berjarak, jadi bisa menghindari anak-anak yang lagi sakit. Nursing room lokasinya agak jauh jadi kalau lagi antri dokter, aku nyusuin di ruang tunggu aja pake apron, supaya tetap kedengeran kalau nama kami dipanggil. Nursing roomnya termasuk kecil, cuma ada 1 sofa 1-seater, wastafel, 1 bench.
Jadwal Praktik dokter Jo
- di Bethsaida Serpong: Senin-Sabtu 07.00-11.00; 17.00-20.00.
Distrik Tivolli Jl Boulevard Gading Serpong, Tangerang
021-29309999
- di Klinik Icon8: Senin-Sabtu 15.00-17.00, 20.00-21.00; Minggu 10.00-12.00.
Horizon Broadway Blok M2/3, ICON Residence, BSD City.
021-33438000
3. dr. Rika Oktarina Rony, Sp. A, MARS di RS Bethsaida Serpong
Kami udah dua kali ke dokter ini karena kesiangan dan dokter Jo udah pulang. Kami pikir toh cuma buat vaksin, jadi sama DSA mana aja yang available. Eh ternyata orangnya baik dan sabar, walau saking lembut, nyuntiknya jadi kelamaan dan si eneng pasti mewek hahaha... Tapi kayanya dokter-dokter anak di Bethsaida pada lebih nunjukin personal touch ya ke anak, mau gendong dll. Dokternya juga mau dengerin curhatanku soal si eneng yang susah makan dan nyaranin buat kasih makanan yang bisa dipegang karena si kecil emang sukanya pegang sendiri. Menurutnya juga nggak apa-apa buat ngasih tambahan zat besi (walau menurut dokter Jo sih nggak perlu) kalau aku kuatir anakku defisiensi zat besi. Aku suka galau ngasih suplemen iron karena anaknya susah pup tiap dikasi iron yang drop. Akhirnya dia usia 2 tahun kami kasih Ferlin syrup dan ternyata cocok, pupnya ga jadi keras.
Jadwal praktik dokter Rika di Bethsaida:
Senin, Rabu: 14.00-17.00
Selasa, Kamis, Jumat: 11.00-14.00
Sabtu: 10.00-12.00
4. dr. Andy Sugoro, Sp.A. di RS Omni Alam Sutera
Ketika hasil tes urine si neng keluar, udah jam 4 sore dan saya emoh bawa si eneng jauh-jauh, jadi saya turuti saran dr. Jo buat ke Omni. Malam itu yang praktik ada dr. Ferdy, dr. Cynthia, dan dr. Andy. Saya pilih dr. Andy karena baca artikel di mana dia membahas cara tepat penggunaan obat untuk anak (jadi saya asumsikan beliau ga akan sembarang ngasih obat). Weekday sore gitu sih ga ada pasien selain kami tapi nunggu dokternya lamaaaa, 30 menitan (maklum saya mah paling ga sabar nunggu-nunggu). Taunya lagi visit pasien.
Melihat hasil tes urinenya, dipastikan si kecil kena ISK (infeksi saluran kemih). Menurut penelitiannya, biasanya ada 3 penyebab utamanya: 1. Berenang. 2. Simply karena anak perempuan rentan kena ISK. 3. Popok kotor. Pemakaian pospak tidak apa-apa tapi harus ingat diganti setiap 3 jam dan setiap pup atau pipis langsung dicebokin.
Si eneng dikasih antibiotik buat 8 hari dan harus dipastikan habis. Mengingat si eneng sampai demam, biasanya infeksi sudah mengenai saluran kencing atas dan sebetulnya dokter biasanya menyarankan rawat inap supaya bisa diobservasi, tapi coba dulu aja rawat di rumah dulu. "Kalau dalam 2 hari demamnya masih tinggi, bawa lagi ke sini," katanya, "dan boleh tetap diberi Sanmol tiap 4 jam kalau suhunya mencapai 38C". Dia juga memberi pengantar buat cek urine lagi setelah antibiotik habis dan sebulan setelahnya untuk memastikan bakterinya sudah betul-betul mati. Malamnya si eneng langsung dikasih puyer antibiotik dan teler, tapi tidurnya nyenyak dan demamnya langsung turun tanpa Sanmol.
Setelah 8 hari, kami cek lagi urinenya dan ternyata masih ada infeksi (leukositnya udah turun tapi masih di atas batas normal) jadi balik lagi deh ke dr. Andy dan dikasih antibiotik lagi buat 5 hari. Kali ini lagi sepi jadi kami cepat bisa masuk dan antri obatnya pun cepat.
In overall, kesan dokternya biasa aja sih, tapi aku kurang sreg gara-gara dia nyambi nonton TV waktu nulis resep dll. Aneh aja gitu, takut ga konsen hehehe... Lagian kok tontonannya berita TV One yang suka ngaco itu hahahaa... *ga penting*
4. dr. Christiana Rachmawati, Sp.A. di RS Bethsaida Serpong
Mulai ke dokter ini adalah ketika Dede lahir tahun 2016 dan kami nyari dokter lain karena dokter anak yang mengurus Dede ketika lahir bikin kami gak sreg. Storynya ga usah saya share deh, takut dianggap pencemaran nama baik. Pokoknya waktu itu kami putuskan coba cari dokter lain. Kebetulan dokter Jo sedang tidak praktik. Ehhh ternyata langsung cocok sama dokter Christiana ini. Pembawaannya lembut, ramah, dan nyuntik vaksinnya gesit hihi... Jadilah sekarang anak-anak dipegang sama dia.
Beliau juga pengertian dengan concernnya ibu-ibu soal harga obat, jadi biasanya dia ngasi tau dulu obatnya apa, dan nanya apa mau tebus di apotek RS atau di luar, atau apa sudah ada obat tersebut di rumah dan dia mau buatkan 2 resep terpisah. Waktu Dede kena dermatitis atopic, saya jadinya bisa cari krimnya di apotek lain sedangkan obat racikan saya tebus di apotek Bethsaida.
Jadwal praktik : Senin-Jumat 08.00-14.00, 16.00-20.00.
Sabtu 08.00-15.00
- Ruang tunggu dokternya standar yang kursi-kursi berbaris depan belakang. Agak susah menjaga jarak sama anak yang sakit kalau lagi jam ramai.
- Nursing roomnya standar (2 buah sofa 2-seater, 1 ranjang dorong untuk taffel, wastafel) tapi wastafelnya seringkali kotor dan nggak ada sabunnya, dan aku pernah lihat ada ibu ngajak anak balitanya pipis di situ. Bukan salah RSnya sih, tapi sejak itu aku ogah cuci tangan di situ.
- Nggak ada sentuhan personal dari dokter Ferdy. Bahkan dia nggak pernah nyentuh pasien selain untuk cek detak jantung atau lainnya. Cold turkey gitu deh hahaa..
2. dr. Johannes Ridwan SpA., DPPS di RS Bethsaida Serpong
Begitu memutuskan buat cari dokter anak lain, aku search DSA yang pro-RUM (Rational use of medicine). Keluarlah nama dr. Jo ini. Aku tertarik karena beliau juga ahli pulmonologi dan riwayat penyakit keluargaku ya di pernapasan. Bengek dan alergi mah udah sering banget. Aku mau nanya apa aja yang musti dilakukan, jaga-jaga kan supaya asma dan alergi nggak nurun ke si eneng atau setidaknya jangan sampai dia ngalamin separah kami.
Sesuai testimoni orang-orang, tampang dokternya lempeng abis, rada galak sama susternya, tapi cekatan dan sebetulnya agak jahil. Kelihatan juga kalo dia suka anak-anak. Anakku dipanggil 'si ndut' sama dia, dan sejak awal dia nggak ragu gendong si babydut buat nenangin tangisnya. Cuma satu aja yang I found weird: dia ngasih vaksin influenza sampai 2 kali dalam jarak 2 bulan, katanya buat booster tapi di mana-mana kubaca vaksin flu mah cukup setahun sekali. Si dokter cepet banget kalau nyuntik jadi anaknya baru nangis udah dia gendong, klep deh anaknya diem lagi.
Waktu si eneng pilek dan mampet parah bulan Mei, kami bawa ke dokter Jo dan dia pakaikan Sterimar. Ngeri banget bok, disemprotinnya sampe air saline dan ingusnya ngalir dari lubang hidung sebelahnya, lalu diulang lagi di lubang satunya. Ya anaknya jelas jejeritan. Dipikir-pikir, kuat juga tuh si dokter megangin kepala si eneng, secara ni bocah tenaganya kan sadis. Kasihan bukan main ngelihat si eneng digituin, tapi abis itu dia bisa tidur nyenyaaaak banget setelah semalaman susah tidur akibat mampet. Yah buat beberapa ortu, dokter Jo pasti masuk kategori sadis dan emang bukan tipe dokter yang lemah lembut. Dia menyarankan penggunaan Vaporizer (suggestionnya sih merk Kaz tapi nampaknya nggak masuk ke Indo) untuk menguap dan kubaca-baca di forum, kalau udah parah bakal disuruh pengobatan pakai nebulizer di klinik pribadinya di BSD. Kemarin sih karena nggak terlalu parah, obat pilek yang dia kasih cuma Rhinos dan Histrine tapi katanya nggak usah diberikan kalau nggak parah melernya. BTW sekali pilek gitu aja mahal yak, dokternya Rp 200 ribu, obatnya total Rp 300 ribu. Dokter Jo sih fine-fine aja dengar aku ngasih Kehongsan (King Fung Powder) ke si baby, katanya dia juga pakai buat anaknya.
Soal kemungkinan asma karena kedua ortunya punya riwayat asma, dia bilang nggak bisa dilihat sekarang, tapi biasanya anaknya akan punya alergi. Betul sih, sejak usia 9 bulanan, si kecil kalau bangun suka agak grak grok. Dokter Jo menyarankan buat nyedot kasur dan bantal pakai vacuum cleaner 2 kali seminggu.
Di bulan Juli, si bocah tiba-tiba demam sampai 39C. Anak ini nggak pernah demam sebelumnya jadi cukup bikin kami panik. Memang sih dikasih Sanmol turun dikit demamnya, tapi balik naik lagi dalam beberapa jam. Baru 1,5 hari demam, buru-buru kubawa ke dokter, ga nunggu 3 hari dah. Kata dokter, di bawah 3 tahun sangat jarang radang tenggorokan (kecuali selalu makan gorengan). Kemungkinannya ada 3: roseola, rotavirus, atau infeksi saluran kencing. Kami diminta cek urine si kecil. Karena gagal (urinenya tumpah ke popok) setelah nunggu 4 jam, kami disarankan pulang dulu aja dan dokter Jo bilang, "Nanti urinenya boleh ke lab yang dekat rumah, lalu hasilnya dibawa ke Omni juga nggak apa-apa, biar dekat rumah. Kasian ke sini jauh." Rupanya dia lihat alamat kami hehe... Karena hasil tes urinenya baru keluar sore, kuturuti sarannya buat berobat di Omni ke dr. Andy Sugoro.
Kurang enaknya sama dokter Jo: orangnya nggak banyak omong. Nah kadang kan emak-emak cerewet macam diriku pingin curhat tuh, doi jawabnya to the point aja hahaha... enak sih jadi singkat. Etapi kalo udah kenal sih doi suka ngobrol juga, asal antrian pasien ga lagi banyak aja. Trus obat-obatan (termasuk vaksin) dari farmasinya Bethsaida lebih mahal daripada kalau beli di apotek lain, jadi mending jangan tebus obat pabrikan di situ kalo ga urgent-urgent amat atau reimburse ke kantor.
Antrian dokter sih wajar, mirip di Omni (kami datangnya Sabtu pagi) dan antri admin juga standar. Ruang tunggu dokternya lebih lega dan berjarak, jadi bisa menghindari anak-anak yang lagi sakit. Nursing room lokasinya agak jauh jadi kalau lagi antri dokter, aku nyusuin di ruang tunggu aja pake apron, supaya tetap kedengeran kalau nama kami dipanggil. Nursing roomnya termasuk kecil, cuma ada 1 sofa 1-seater, wastafel, 1 bench.
Jadwal Praktik dokter Jo
- di Bethsaida Serpong: Senin-Sabtu 07.00-11.00; 17.00-20.00.
Distrik Tivolli Jl Boulevard Gading Serpong, Tangerang
021-29309999
- di Klinik Icon8: Senin-Sabtu 15.00-17.00, 20.00-21.00; Minggu 10.00-12.00.
Horizon Broadway Blok M2/3, ICON Residence, BSD City.
021-33438000
3. dr. Rika Oktarina Rony, Sp. A, MARS di RS Bethsaida Serpong
Kami udah dua kali ke dokter ini karena kesiangan dan dokter Jo udah pulang. Kami pikir toh cuma buat vaksin, jadi sama DSA mana aja yang available. Eh ternyata orangnya baik dan sabar, walau saking lembut, nyuntiknya jadi kelamaan dan si eneng pasti mewek hahaha... Tapi kayanya dokter-dokter anak di Bethsaida pada lebih nunjukin personal touch ya ke anak, mau gendong dll. Dokternya juga mau dengerin curhatanku soal si eneng yang susah makan dan nyaranin buat kasih makanan yang bisa dipegang karena si kecil emang sukanya pegang sendiri. Menurutnya juga nggak apa-apa buat ngasih tambahan zat besi (walau menurut dokter Jo sih nggak perlu) kalau aku kuatir anakku defisiensi zat besi. Aku suka galau ngasih suplemen iron karena anaknya susah pup tiap dikasi iron yang drop. Akhirnya dia usia 2 tahun kami kasih Ferlin syrup dan ternyata cocok, pupnya ga jadi keras.
Jadwal praktik dokter Rika di Bethsaida:
Senin, Rabu: 14.00-17.00
Selasa, Kamis, Jumat: 11.00-14.00
Sabtu: 10.00-12.00
4. dr. Andy Sugoro, Sp.A. di RS Omni Alam Sutera
Ketika hasil tes urine si neng keluar, udah jam 4 sore dan saya emoh bawa si eneng jauh-jauh, jadi saya turuti saran dr. Jo buat ke Omni. Malam itu yang praktik ada dr. Ferdy, dr. Cynthia, dan dr. Andy. Saya pilih dr. Andy karena baca artikel di mana dia membahas cara tepat penggunaan obat untuk anak (jadi saya asumsikan beliau ga akan sembarang ngasih obat). Weekday sore gitu sih ga ada pasien selain kami tapi nunggu dokternya lamaaaa, 30 menitan (maklum saya mah paling ga sabar nunggu-nunggu). Taunya lagi visit pasien.
Melihat hasil tes urinenya, dipastikan si kecil kena ISK (infeksi saluran kemih). Menurut penelitiannya, biasanya ada 3 penyebab utamanya: 1. Berenang. 2. Simply karena anak perempuan rentan kena ISK. 3. Popok kotor. Pemakaian pospak tidak apa-apa tapi harus ingat diganti setiap 3 jam dan setiap pup atau pipis langsung dicebokin.
Si eneng dikasih antibiotik buat 8 hari dan harus dipastikan habis. Mengingat si eneng sampai demam, biasanya infeksi sudah mengenai saluran kencing atas dan sebetulnya dokter biasanya menyarankan rawat inap supaya bisa diobservasi, tapi coba dulu aja rawat di rumah dulu. "Kalau dalam 2 hari demamnya masih tinggi, bawa lagi ke sini," katanya, "dan boleh tetap diberi Sanmol tiap 4 jam kalau suhunya mencapai 38C". Dia juga memberi pengantar buat cek urine lagi setelah antibiotik habis dan sebulan setelahnya untuk memastikan bakterinya sudah betul-betul mati. Malamnya si eneng langsung dikasih puyer antibiotik dan teler, tapi tidurnya nyenyak dan demamnya langsung turun tanpa Sanmol.
Setelah 8 hari, kami cek lagi urinenya dan ternyata masih ada infeksi (leukositnya udah turun tapi masih di atas batas normal) jadi balik lagi deh ke dr. Andy dan dikasih antibiotik lagi buat 5 hari. Kali ini lagi sepi jadi kami cepat bisa masuk dan antri obatnya pun cepat.
In overall, kesan dokternya biasa aja sih, tapi aku kurang sreg gara-gara dia nyambi nonton TV waktu nulis resep dll. Aneh aja gitu, takut ga konsen hehehe... Lagian kok tontonannya berita TV One yang suka ngaco itu hahahaa... *ga penting*
4. dr. Christiana Rachmawati, Sp.A. di RS Bethsaida Serpong
Mulai ke dokter ini adalah ketika Dede lahir tahun 2016 dan kami nyari dokter lain karena dokter anak yang mengurus Dede ketika lahir bikin kami gak sreg. Storynya ga usah saya share deh, takut dianggap pencemaran nama baik. Pokoknya waktu itu kami putuskan coba cari dokter lain. Kebetulan dokter Jo sedang tidak praktik. Ehhh ternyata langsung cocok sama dokter Christiana ini. Pembawaannya lembut, ramah, dan nyuntik vaksinnya gesit hihi... Jadilah sekarang anak-anak dipegang sama dia.
Beliau juga pengertian dengan concernnya ibu-ibu soal harga obat, jadi biasanya dia ngasi tau dulu obatnya apa, dan nanya apa mau tebus di apotek RS atau di luar, atau apa sudah ada obat tersebut di rumah dan dia mau buatkan 2 resep terpisah. Waktu Dede kena dermatitis atopic, saya jadinya bisa cari krimnya di apotek lain sedangkan obat racikan saya tebus di apotek Bethsaida.
Jadwal praktik : Senin-Jumat 08.00-14.00, 16.00-20.00.
Sabtu 08.00-15.00
No comments:
Post a Comment