18 April 2015

Honeymoon at Lombok July 2013 (Part 2)


DAY 3 

Setelah cukup tidur, kami membereskan barang bawaan yang cuma seiprit dan mengambil jatah sarapan di cafeteria. Di Manta Dive, tamu diberi menu sarapan dan dipersilakan memilih 1 jenis roti, 1 jenis masakan telur dan daging, 1 gelas jus, dan 1 cangkir teh atau kopi. Yang ditawarkan berupa masakan ala barat seperti egg benedict dan toast. Kami lalu membereskan sisa pembayaran dan meninggalkan Gili Trawangan untuk kembali ke Bangsal. Yup, saya memilih untuk tidak bersnorkeling ria di Gili Meno dan Gili Air (karena menurut testimoni teman-teman, biasa aja view bawah lautnya) supaya bisa berkeliling pantai-pantai lain.

Tak lama setelah kami mendarat di Bangsal, Pak Muchlis dan mobil barunya datang menjemput kami. Asiikk... joknya aja masih bau pabrik. Lucunya untuk penjemputan, driver biasanya diizinkan masuk sampai area port jadi kami tidak perlu naik cidomo lagi. Sesuai itinerary yang telah kami kirimkan ke Mahardika Travel, kami tidak membuang waktu untuk kembali ke hotel tapi langsung berangkat jalan-jalan.

Dalam perjalanan ke Gili Nanggu, kami mampir di Sekotong dan ngasi makan monyet. Lucu tapi serem, yang jantan alphanya bully banget sampe monyet kicik-kicik ga berani mendekat. Monyetnya juga bisa buka botol Aqua sendiri.
Gaya minumnya asoooy bener, kepanasan kali doi.
Kami menyewa boat seharga Rp 250.000 untuk keliling ke Gili Nanggu, makan siang di Gili Sudat, dan main air di Gili Kedis. Pak Muchlis pun menemani kami. Kami makan siang di sebuah restoran tepi pantai dan membayar Rp 65.000 untuk 2 ekor ikan berukuran sedang, nasi, dan teh. Rasanya sih standar. Yang penting makannya sama suami. Prikitiw!

Si boat sewaan
Najis tralala...
Gapapalah makanan estede kalo viewnya begini


Sekembalinya kami ke Senggigi, kami check in lagi ke Kebun Villa. Kamar kami sudah disiapkan, syukurlaah... jadi kami bisa langsung mandi. Sesudah istirahat sejenak, kami dijemput lagi oleh Pak Muchlis untuk makan malam di Kedai Dakota. Tempat ini dipilihkan oleh Pak Muchlis; lokasinya jauuhhh ke tengah sawah dan gelaaap banget. Kami dibecandain sama beliau, "Saya ga nyulik lho ya, mbak dan mas.. Tunggu ajaa..."

Di sana, kami ditawari paket seharga Rp 100 ribu yang berisi sebakul nasi, semangkuk besar sup ikan (mirip tomyum), seekor ikan bakar yang juga lumayan besar, 5 tusuk sate rembiga khas Lombok, 2 tusuk sate cumi, 2 kerang besar, sepiring plecing kangkung. Wuaaww! Ini mah cukup buat bertigaa... Tapi Pak Muchlis menolak makan bareng, bahkan kami harus maksa untuk membelikannya jus buah. Jangan malu-malu ah Pak, toh kami juga ga akan ntraktir yang mahal hahahaha *pelit*. Kami kembali ke hotel dengan perut super kenyang.


DAY 4
Di pagi hari keempat, sesudah sarapan kami berangkat untuk jalan-jalan ke pantai-pantai selatan Lombok. Yang pertama kami datangi adalah Pantai Selong Belanak. Tentunya di jalan foto-foto dulu berlatar langit biru dan rimbunnya pepu'unan.

Selong Belanak, penampakannya kaya kue lapis warna biru-putih
Berikutnya, kami pergi ke Pantai Mawun. Butiran pasirnya lembut tapi membuat langkah kami bueraatt karena kaki kami langsung ambles!
Dari kejauhan aja udah indaaah!
Jejak langkah dua orang yang akan berjalan bersama sampai akhir hayat *halaaahh*
 
Sebenernya banyak foto-foto selfie kami nan terlalu nista untuk dipublish saking dudulnya (lolompatan gagal lah, nunggu deburan ombak gagal lah). Maklum lah cuman pake timer plus tanpa tripod.
Siang hari tiba dan kami nggak bawa bekal. Mengingat saat itu adalah hari pertama bulan puasa dan banyak rumah makan tutup, Pak Muchlis mengajak kami mencari makan siang di Pantai Kuta aja yang biasanya rame. Namun, dia nggak berani jamin sama kualitas rasa dan harga karena rumah makan langganannya pada tutup. Gapapa kok Paak... Kami asal nyari aja resto yang buka, makan pasta dan minum kelapa muda dengan rasa yang standard. Harga per menunya sekitar Rp 40-50 ribu. Setelah makan, kami jalan-jalan di pantainya. Enak, sepi, lagi ga banyak anak-anak dagang suvenir seperti biasa. Mungkin karena panas banget dan mereka lagi pada puasa. Bulir pasir pantainya gede-gede seperti bulir lada sebelum digiling.
Teriiiikk sekaliiii!
Bongkar deh satu foto aib hahaha.... Berasa pelem India.
Perjalanan kami lanjut. Tempat yang hari itu ingin kudatangi sudah diceklis semua, jadi Pak Muchlis ngajak kami ke Pantai Seger dan lihat Batu Payung. Kalo ga salah tuh ini tempat syuting iklan rokok Dunhill, yang ada cowo bule jalan keluar dari laut bawa ikan. Di sana ada yang lagi syuting juga tapi ga tau apaan. FTV kah? Film independen kah? ABG iseng kah? Gile, padahal jalan ke sana licin dan berbatu (kesempatan buat pegang suamik erat-erat), ga kebayang bawa peralatan kamera ke sana.
Kaya gini Pantai Seger di sore hari
Airnya jernih jadi keliatan bintang-bintang lautnya. Kami ga tega jalan jauh-jauh di situ, takut nginjek mereka, kesian...
Ini medan perwira menuju si batu yang ngehits banget itu.
Kalo di iklan mah cowo bule ganteng yang nongol, kalo ini ikan dugong.

Di perjalanan kami melewati Tanjung Aan tapi nggak mampir karena lagi mendung dan udah sore jadi warnanya udah kurang cantik. Hiiks! Padahal kalo lagi bagus tuh warnanya kaya di Maldives!

Pak Muchlis mengajak kami makan malam sate rembiga di pinggir jalan. Katanya ini tempat favorit para pilot dan pramugari. Eh bener lho... Pada pesennya pun banyak bener. Katanya suka orang bawa pulang jadi oleh-oleh. Harganya Rp 2.000 per tusuk, pake lontong kicik-kicik. Kami beli juga plecing kangkung Rp 27.000. Kali ini Pak Muchlis mau diajak makan, tapi doi cuman ambil sedikit. Mungkin takut aku dan paksu masih laper kali ya... Kami mah makannya kaya kesurupan sih, sampe lupa motret penampakannya *menunduk malu*.

Peyut kenyang, hati senang. Pulang ke hotel!

No comments:

Post a Comment