20 October 2015

Teori dan Cara Membuat MPASI Sederhana

Kemarin dulu, ada beberapa teman dengan malu-malu nanya cara bikin bubur dan puree MPASI. Padahal mereka ga perlu malu lho... aku juga banyak nanya orang dan googling kok hehehe! 

Hasil sharing-sharing ilmu sama teman-teman dan dokter-dokter anak, aku kumpulkan demikian (BTW soal usia perkenalan MPASI ke anak kita sepakati 6 bulan yaa, ga perlu dibahas lah yaa) :

1. Peralatan MPASI ga perlu ribet-ribet. Peralatan masak sehari-hari di rumah bisa dipakai kok. Ini list peralatan MPASI minimalis yang saya pakai.

2. Ada beberapa teori tentang jenis makanan pertama bayi. Ada yang bilang sebaiknya serealia dulu (minim potensi alergi). Ada yang nyuruh buah dulu (lebih mudah dicerna). Ada yang bilang (termasuk WHO) semua udah boleh asal diberikan satu-per-satu.
Ada juga teori yang kontradiktif, misal HARUS kasi serealia dan sayur duluan karena buah bikin bayinya jadi sweet-tooth (maunya makanan manis doang). Ada yang bilang cerealia lebih susah dicerna, tapi malah ada juga yang bilang sayur dan buah lebih susah dicerna. Mabok kan hahaha... In the end, hak orang tualah untuk memutuskan.
Saya sendiri langsung ngasih buah dan serealia diselang-seling, ngikutin WHO aja deh hehehe... Aku sempat takut anak bakal doyan manis-manis doang, tapi toh kalaupun aku kasi serealia duluan, in the end pasti bakal ngasih buah juga kan, gitu pikirku.
Kalau menurut sejumlah teori, beberapa makanan tuh ditunda ngasihnya untuk mencegah intoleransi (in case pencernaan dan tubuh si anak belum siap). Misalnya: protein hewani nunggu umur 7 bulan, bahkan ada yang nunggu umur 9 bulan. Wortel dan kol nunggu umur 7-9 bulan. Telur cuma boleh dikasi kuningnya aja sebelum umur setahun. Dan seterusnya, listnya puanjang dan macem-macem! In the end saya tetep menganut prinsip WHO aja, semua boleh dikenalkan satu per satu mulai usia 6 bulan hehehe... tentunya sambil tetap memantau reaksi alergi yaa! Misal si enengku PASTI langsung sembelit tiap makan pisang atau pepaya, nah udah ga pernah kukasi lagi selain waktu dia diare.

3. Apapun jenis makanan pertama yang ibu pilih untuk si baby, beri masa tenggang 3 hari untuk cek alergi.
Jadi gini misalnya : hari pertama sampai ketiga kasih alpukat terus. Kalau nggak ada gejala alergi (kulit bruntusan, merah, gatal, sembelit, kembung, dll), hari keempat bisa mulai kasih pir sampai hari keenam. Alpukat tetap boleh diberikan di hari keempat sampai seterusnya karena sudah terbukti tidak alergi.
Kalau anak alergi, tunda pemberian jenis makanan tersebut selama 1-2 bulan.
Saya sih kalau gejala alerginya nggak parah (hanya kulit pipi beruntusan tapi anaknya ga rewel dan ga kelihatan terganggu), makanan tersebut tetap saya berikan supaya kekebalan tubuhnya bisa melawan si alergen.

4. Porsi dan jadwal makan pun banyak teorinya.
Kata beberapa DSA, sebaiknya dari awal bayi dibiasakan langsung makan 3 kali sehari supaya nantinya nggak ketergantungan susu melulu. Hal ini belum saya buktikan karena dulu telanjur cuma ngasih makan 1 kali sehari dulu selama perkenalan terus 2 minggu kemudian anaknya GTM gara-gara teething hahahaa...
Porsinya tergantung kesiapan dan kemauan bayi, tapi basically sih mirip-mirip gini guidancenya :
- Untuk perkenalan, 1-2 sdm cukup. Kalau bayinya masih mau, bisa ditambah 1 sdm lagi. Jadwalnya bisa 1-2 kali sehari. Dalam hitungan hari sampai 1 minggu, tingkatkan porsi sedikit demi sedikit dan tambahkan jadwal makan.
- Usia 7 bulan : makan 4-8 sdm makanan lembut, 2-3 kali sehari.
- Di usia 8 bulan, sebaiknya bayi sudah rutin makan 3 kali sehari, 6-9 sdm makanan yang lebih padat (nasi tim saring).
- Usia 9 bulan dst : 9-12 sdm makanan padat (nasi tim), 3 kali sehari.
- Usia 1 tahun : sudah bisa makan table food 3 kali sehari, sekitar 9-12 sdm.

5. Tekstur makanan pertama bayi pun macam-macam teorinya.
Ada yang nyuruhnya encer dulu menyerupai susu, lalu perlahan meningkatkan kekentalan. Ada yang bahkan memberikan makanan apa adanya (BLW method). Beberapa DSA menyarankan puree dan bubur kental (ketika sendok dibalik, makanan tidak tumpah, contohnya seperti yoghurt Elle Vire).
Believe me or not, babies bisa lho ngunyah makanan bertekstur walau tak bergigi. Tentunya ya dengan berbagai sikon yaa... Makanannya ga boleh yang terlalu alot. Sebisa mungkin makanan langsung lumat ketika dikunyah gusi bayi (misalnya dengan dikukus terlebih dulu). Pengawasan dan kesiapan orang tua juga sangat penting. Kalau bayi kelolotan, harus tetap tenang supaya bisa menolong si bayi.

Tapi yaa ini balik lagi ke preferensi orang tua dan bayi yaa... Yang perlu diingat, sebaiknya tidak kelamaan membiarkan anak makan yang encer-encer. Dalam hitungan hari, musti cepat ditingkatkan kekentalan makanannya. Saya lihat beberapa kasus, anak-anak teman saya susah beralih ke makanan padat karena kebiasaan makan yang encer dan lembek.
DSA teman saya ngasih panduannya gini :
- Perkenalan usia 6 bln : lembut tapi kental (ketika sendok dibalik, makanan tidak tumpah).
- Usia 8 bulan : nasi tim saring.
- Usia 9 bulan : nasi tim.
- Usia 10 bulan : nasi lunak dan lauk dicincang / dipotong kecil-kecil.
- Usia 12 bulan : table food (hindari yang alot dan keras).

6. Sebelum bayi berusia 1 tahun, tidak perlu memberikan garam dan gula. Bumbu-bumbuan (merica, oregano, ketumbar, kunyit, bawang-bawangan dll) boleh diberikan sedikit-sedikit supaya bayi tahu rasa. Untuk memberi rasa gurih pada makanan, bisa mengoseng makanan dengan mentega/butter atau olive oil dan menggunakan air kaldu pada makanan. Biarkan anak mencoba rasa asli makanan.

7. Memperkenalkan air putih. Ada yang menggunakan sendok. Ada yang dengan sippy cup atau gelas. Ada juga yang pakai dot. Anak saya pakai gelas biasa. Kalau di awal-awal anak nampak ga suka air putih, sabar aja dan tawarkan terus (terutama setelah usianya lewat 12 bulan). Kalau berat anak kurang, mending kasi ASIP daripada air putih.
Panduan kebutuhan harian cairan bayi (berupa susu dan air putih) :
- Trimester I : 150 cc / kilogram berat anak. Misal berat 5 kg x 150 cc/kg = sehari butuh 750 cc cairan (ASI/sufor).
- Trimester II : 125 cc / kilogram berat anak.
- Trimester III : 115 cc / kilogram berat anak.

8. Madu dan susu sapi tidak diberikan ke bayi sebelum usianya 1 tahun, tapi UHT boleh digunakan dalam MPASI (misal dijadikan puding, dimasak bersama nasi atau pasta, dll).

9. Porsi protein, lemak, karbohidrat, dan sayur-buah dalam makanan si kecil. Disarankan anak usia di bawah 2 tahun diberi banyak protein dan lemak (lebih banyak daripada karbohidrat) untuk pembentukan otaknya. 

10. Ada bayi yang oke-oke aja nggak ganti menu seharian, tapi ada juga bayi yang bosenan dan maunya ganti menu setiap kali makan. Selama bahan-bahannya sudah dipastikan tidak membuat alergi, pinter-pinter aja mengcombine lauk pauk.

Nah dari teori-teori di atas, nggak berarti harus dilaksanakan sepenuhnya. Balik lagi ke kenyamanan bayi dan pilihan orang tua aja. Perlu diingat bahwa tiap anak berbeda-beda. Ada anak yang sebelum umur 12 bulan, susaaaah banget dan moody makannya kaya anak saya, tapi membaik begitu dia bisa makan table food. Ada anak yang umur 10 bulan udah bisa makan 1 mangkok ayam full kaya anak teman saya! Ada anak yang makannya dikit-dikit tapi sering. Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa sebelum usia 1 tahun, kebutuhan gizi anak masih bergantung pada ASI/susu dan makanan hanya untuk perkenalan. Kenalkan anak dengan sebanyak mungkin jenis makanan sebelum dia berusia 2 tahun, supaya kelak (in sya Allah) tidak picky eater! Tidak perlu memaksa bayi/balita menghabiskan makanannya kalau dia sudah tidak mau meneruskan makan; sebisa mungkin kita menciptakan suasana makan yang menyenangkan. Salah satu caranya adalah dengan duduk bersama sekeluarga dan makan beramai-ramai.

Berikutnya, saya share cara sederhana kami menyiapkan makanan si eneng semasa dia MPASI yaa :
1. Biasanya begitu belanja lauk pauk, langsung dibersihkan dan dipotong kecil-kecil sesuai porsi makan si kecil. Misalnya ikan kakap dipotong seukuran 5 x 5 cm. Lalu dipisah-pisah pakai plastik kecil atau kotak IKEA Pruta yang kecil-kecil dan dimasukkan ke freezer.

2. Sayuran kami beli fresh tiap hari dan buah setiap 3-4 hari.

3. Cara bikin puree buah / sayur : tempatkan buah dan/atau sayur di wadah tahan panas (sebaiknya keramik, beling, atau stainless steel), kukus menggunakan kukusan atau rice cooker selama 3-10 menit (tergantung jenis makanan). Lumatkan menggunakan garpu dan saringan. Kalau anaknya bisa makannya, kasih juga sisa seratnya. 

Contoh buah yang sebaiknya dikukus di masa perkenalan sampai anaknya bisa mengunyah lebih baik : melon, pir, apel, plum.
Beberapa buah yang bisa diberikan begitu saja tanpa dikukus : semangka, pisang, alpukat, pepaya, jeruk, kiwi, peach. Bahkan bisa dipotong doang dan dikasi ke baby buat finger food. Jambu bangkok enak dijus/puree. Kalau anak sudah lebih lihai makan finger food : strawberry dan other berries, anggur (hati-hati dengan buah berbentuk bulat karena rentan membuat bayi tersedak, sebaiknya dipotong dulu).
Beberapa buah yang saya tunda ngasihnya karena bikin 'panas dalam' atau seratnya tajam: mangga, nanas.
Sayur yang cocok jadi finger food setelah dikukus : brokoli, zucchini, labu-labuan, terong, dan wortel. Kalau sudah lebih lihai : jagung rebus.

4. Cara bikin bubur saring : tempatkan nasi, lauk, dan air kaldu secukupnya di wadah tahan panas, kukus sampai lauk matang (sayur ditambahkan belakangan karena lebih mudah matang), saring. Tingkat kekentalan bisa diatur sesuai jumlah air kaldu yang dipakai. Gile gimpil abis ya metode di rumahku hahaha... 
Kalau mau, bisa bikin bubur di slow cooker, tapi kami rasa lebih praktis ngukus nasi matang pakai air kaldu.
Ibu-ibu lain banyak yang menumis lauk pakai mentega atau olive oil sebelum dimasukkan ke bubur untuk menambah rasa dan sebagai weight-booster. Anak di bawah 2 tahun perlu banyak protein dan lemak lho!

5. Kami tidak menggunakan blender karena beberapa hal: Satu, tidak praktis karena si bocah maunya ganti menu setiap makan dan kami tidak suka membuat puree in bulk. Dua, karena katanya karet blender cenderung mudah menangkap bakteri (ya lebih jaga-jaga aja sih buat si baby, kami mah masih suka pakai blender buat masakan orang dewasa). 

6. Cara membuat nasi tim : tempatkan 4 sdm beras, 400 ml kaldu, bumbu-bumbuan, dan sekitar 40 gram lauk pauk di wadah tahan panas, kukus.

7. Menunya kami gonta-ganti sesuai ketersediaan di pasar dan abang sayur aja, jadi rata-rata ya mirip menu orang dewasanya. Contoh : nasi + bawal + brokoli + kacang merah, kakap + bayam + jamur, kentang goreng tumbuk (anaknya ga doyan kentang rebus) + tomat + daging giling, misoa + telur + daging giling, nasi + tumis soun + wortel + telur, dll. Bisa dilihat di posting-postinganku soal MPASI dan iseng-iseng berkreasi sendiri. Teman-temanku malah JAUH lebih keren menu-menunya hehehe...

Sekian, hope to help. Silakan kontek kalo ada yang mau ditanyain lebih lanjut.  :)


No comments:

Post a Comment