06 August 2015

Kena Polip Mulut Rahim (Lalu Sembuh Sendiri?)

Cerita ini berawal 5 bulan yang lalu. Waktu itu umur si bayi menginjak 7 bulan, dan emaknya baru menginjakkan kaki lagi di praktik obgyn buat papsmear. Dasar emak-emak pamalesan hihihi... Ya abis gimana ya, sibuk ngurus anak dan kerjaan (cuih). Ceritanya menyadarkan diri buat papsmear. Kaya apa rasanya? Ya awkward siiihh... namanya juga pertama kali. Disuruh buka celana, duduk ngangkang di bangku periksa, terus bangkunya diengkol ke posisi sejajar kepala si dokter (ya Gustiiiii, malunyaa! Mana suami ga ikut). Sakit? Sedikit, pas masukin alat semacam dongkrak ke dalem Madam V terus diusap kerokan buat ambil sampel sel. Malu? Banget lah cuy! Tapi belagak it's nothing aja.

Hasilnya diinfokan dokter via BBM beberapa hari kemudian dan puji Tuhan hasilnya bagus.

Nah pas ceki-ceki tersebut, ketauanlah oleh si dokter bahwa ada polip di mulut rahimku. Bentuknya tipis tapi tersebar di beberapa lokasi seputar mulut rahim. Kata dokter, polip ini musti dicauter dan sebaiknya pakai bius total untuk mencegah akunya gerak-gerak (walaupun sebetulnya bius lokal juga bisa siih). Dengan bius total, dokter juga jadi leluasa untuk cek kondisi di bagian dalam mulut rahim yang nggak nampak dari luar dan buang polip di dalam (kalau ada). Trus kalau aku pakai asuransi, sebaiknya rawat inap supaya bisa di-reimburse walaupun sebetulnya ini operasi kecil dan boleh langsung pulang. Haduduuuu... napa idupku jadi penuh operasian begini yaa? Kirain Caesar will be the first and the last (amiiinn)!

Aku emoooh operasi. Kesatu, ga tau recoverynya gimana. Kedua, kasian kalo bawa si kecil nginep di RS, ranjangnya kan kecil dan anaknya udah motah banget gaya bobonya. Kalo doi ditinggal, aku ga kebayang mompanya secape apa (secara si bocah masih nyusu 4-5 kali sepanjang malam). Nggak mompa? Buset, ini aja stok udah tipis banget! Saking ngeri dan malesnya, aku cuekin dulu aja tuh si polip, tapi dalam hati suka waswas juga. Akhirnya suami nggak sabar, ngajak cek ke dokter lain buat minta second opinion. Aku searching-searching nyari obgyn yang subspesialisnya onkologi (kanker), biar sekalian konsul sama yang expert. Nemu nama dr. Sigit Purbadi di RS PIK dan dia praktik hari Sabtu.

Jadilah Sabtu lalu aku diantar suami dan si unyil main ke RS PIK. Ternyata tipe rumah sakit klasik gitu ya, nggak anyar kaya restoran-restoran di dekatnya (ya iyalah apa hubungannya). Kami nanya arah obgyn ke bagian informasi lalu dipersilakan turun ke basement. Baru kali ini liat ruang praktik dokter di basement. Kami daftar dan ngisi formulir lalu dipersilakan antri di depan ruang anamnesa (buat cek berat dan tekanan darah) lalu tunggu di depan ruang dokter. Dokter Sigitnya sendiri belum datang (saat itu jam 10.30 dan praktiknya harusnya mulai jam 10.00). Aku dapat urutan nomor 6.

Aku dipanggil masuk ke ruang anamnesa, ditimbang (masih sisa 3 kilo padahal hamilnya udah ampir setahun lalu hahahaa), diukur tekanan darahnya (110/70 as always), dan ditanya-tanya riwayat kesehatan (misal: pernah operasi ga, melahirkan kapan, dll). Habis itu, nunggu dokter. Lumayan lama, dia baru nyampe jam 11-an dan kami baru masuk jam 12-an. Akhirnya aku asyik aja ngeliatin ibu-ibu hamil yang pada abis latihan senam hamil dan check up; jadi pingin hamil lagi hihihi... 

Kami sempat hampir dilompat, tahu-tahu suster manggil no 7 (mungkin nomor kami keselip). Untung paksu sigap nanya suster jadi kami tetap masuk sesuai urutan. Udah laper bok hahaha... Aku langsung bilang ke dokter bahwa aku papsmear 4 bulan lalu dan dibilang ada polip mulut rahim. Aku pingin minta second opinion karena di dokter sebelumnya aku diminta operasi kecil. Dokternya menyahut santai, "kalau polip mah gampang kok tinggal dipotek." Dipotek, bo! Dokter buru-buru nyuruh aku duduk di kursi periksa. 

Suster nyuruh aku lepas celana dan gantungin di sisi bangku (posisi gantungannya pendek, cuma sepaha, sebel juga jeansku jadi kena lantai... mohon maklum aku kan bersihan hehe) dan nutupin kakiku lalu menaikkan si kursi. Dokter masang dongkrak dan ngecek. "Ah, mana, bersih kok!" katanya, lalu dia suruh suamiku ikut lihat (ya ampun vulgarnyaaa hahahaha). Dia foto pakai USG via Madam V buat bukti kalau mulut rahimku bersih.

Shocked? Jelas. Tapi bersyukur banget! Sebodo deh apa aku dikerjain dokter sebelumnya atau sembuh sendiri with the power of God, pokoknya yang penting sembuh! PS: menurut kakak iparku yang seorang dokter, polip mulut rahim nggak akan 'sembuh sendiri'. Jadi ya either mukjizat atau dokter lamaku ngaco hehehe... Sayang aku terlalu bloon waktu periksa itu nggak minta foto USG buat barang bukti.

BTW, biaya dokternya yahud bo: Rp 500 ribu! USGnya mah standard lah, sekitar 100ribuan. Yahsudlah buang-buang duit tapi kan nggak usah operasi. Hati pun tenang. Tinggal ngatur jadwal buat program bikinin adek buat si eneng, hihiiiyy! Wish us luck!

No comments:

Post a Comment