02 September 2015

Baby L's 1st Birthday: Trip Mudik ke Bali!

Buat menghadiahi Neng Euis yang berulang tahun pertama (sekalian menghadiahi emaknya yang akhirnya lulus ngASIX 12 bulan, neneknya yang kecapean ngasuh si ndut, dan opa omanya yang udah 8 bulan nggak ketemu cucu bungsunya), kami sepakat buat merayakan ultah pertamanya di Denpasar alias kampung halaman suamiku. Awalnya terbersit ide ini karena aku pingin si kecil punya foto ultah bareng kedua pasang kakek neneknya kumpliitt seperti ultah pertamaku dulu. Walau nggak ingat sama sekali tentang pesta ultah pertamaku, aku seneeeng banget lihat foto itu, apalagi kalo lagi kangen sama almarhum kakek-kakekku.

Tiket sudah kami beli sejak Maret. Yup aku penganut earlier is better. Itu pun aku nyesel sempat nunda beli karena harga tiketnya udah naik sekitar Rp 100 ribu per orang sejak Februari. BTW, kami sempat waswas juga waktu heboh asap Gunung Raung, takut bataal hehehe. Aku juga nyari hotel sejak jauh-jauh hari. Tadinya aku mau sewa villa di AirBnB tapi akhirnya kuputuskan buat nginep di hotel aja.

Walaupun nggak bawa alat masak MPASI, tetap aja bawaannya segambreng! Padahal cuma pergi 4 hari 3 malam! Di luar pakaian kami, aku juga menyiapkan keperluan si eneng (yang memenuhi 1 koper kecil sendiri) sebagai berikut:
- 1 pak diapers isi 64. Males beli-beli di sana.
- Sunscreen Trukid SPF30. Riset (Googling)-nya aja setengah hari hahaha... Menurut FDA dan AAP, anak usia 6 bulan ke atas udah boleh pakai sunscreen. Aku ngikut aja deh merk yang recommendable menurut artikel Posugar ini.
- Toiletries (Johnson's top-to-toe wash supaya ringkas, sikat gigi, krim telon Bebe Roosie, cotton bud), sisir, dan gayung mandi kecil (takut showernya ga bisa dilepas dari tembok).
- Obat-obatan (Sanmol, King Fung, Young Living Thieves, lavender dan lemon essential-oils).
- Baju (10 stel baju main dan 4 stel baju tidur). Kalo kurang, bisa cuci jemur di hotel.
- 4 pasang kaos kaki dan 1 pasang sepatu.
- Popok renang.
- Handuk dan 2 waslap.
- Beberapa pernak-pernik buat mendekor kamar (kan ceritanya rayain ultah hihi).
- Ban renang swim trainer yang dikempeskan (mompanya nanti pinjam punya kakak ipar, tapi in the end suamiku niup sendiri).
- Diaper bag menggunakan ransel Eiger bapaknya yang berisi: perlak kecil, 3 diapers, tisu kering dan basah, salep Myco-Z, satu stel baju ganti, topi, pashmina buat penutup menyusui (karena anaknya udah emoh ditutup apron), botol minum, sticker anti nyamuk, hand sanitizer, 3 buah mainan kecil.
- Cooler bag, satu buah ice pack, 3 botol kosong, pompa, sabun cuci dan spons. Ceritanya pagi-pagi mau mompa mumpung banyak yang jagain si eneng, lumayan suka dapet 1 botol per hari.
- Yang ga jadi dibawa: 2 gelas plastik yang dasarnya dikasih kapas basah jaga-jaga kalau kuping si kecil sakit pas landing. Kupikir mending kususuin langsung aja. Eh ternyata anaknya baik-baik aja.



DAY 1: Ke rumah omanya Euis, check in di Ramada Encore Hotel, dan dinner di Pirate's Bay

Walau aku sempat deg-degan takut si eneng sakit kuping atau rewel kebosenan, ternyata sesuai doa kami, dia memang traveler baby. Di pesawat sempat bobo 40-45 menit (karena flightnya jam 6 pagi dan dia tadi bangun jam 3.30) lalu main-main di pangkuanku. Kubawakan beberapa mainan kecil favoritnya, tapi dia bosenan jadi dalam 15 menit juga udah dilempar semua. Untung ada adikku dengan tasnya yang penuh gadget. Si eneng asyik gangguin omnya, narik-narik kabel headphone, sunglasses, charger, dll sampai waktunya landing dan dia kupaksa nenen hahaha… Kayanya aku terlalu parno soal sakit kuping (soalnya telingaku sendiri sensitif banget sama perubahan tekanan). Anaknya malah sebel dipaksa nenen mulu hahahaa… jadi akhirnya kubiarkan aja dia duduk, dan ternyata dia baik-baik saja. Kebetulan pilotnya mantep dan cuaca di Ngurah Rai kondusif. Penurunan ketinggian bisa dilakukan perlahan jadi telingaku pun nggak sakit, tumben banget lho! Flight kami juga kecepetan 20 menit jadi kami nyampe berbarengan dengan flightnya papa-mama-tanteku dari Bandung.

Setelah bagasi kami semua terkumpul, kami jalan ke depan menemui omnya Tim (suamiku) yang membawakan mobil sewaan kami (yang nggak bisa diantar oleh pemiliknya dan nggak pakai supir). Kami split dua. Aku, Tim dan si eneng ke hotel buat nitip tas-tas kami di concierge. Papa-mama-adik-tanteku ke Pia Legong naik taksi. Kami sudah booking family room di Ramada Encore Hotel di Seminyak via Agoda. Ternyata nyari hotelnya agak susah karena di GoogleMaps malah diarahkan ke belakang hotelnya (yang akses masuknya ditutup)! Untung ada tukang kebun hotelnya yang mengarahkan kami ke jalur yang benar *halah*.

Di hotel kami disambut dengan ramah dan gesit walaupun sedang cukup ramai. Kami belum bisa check-in (sesuai dugaan kami, tapi nggak apa-apa juga sih) tapi barang-barang kami bisa dititipkan di concierge. Dari situ kami berangkat menjemput Para Pembeli Pia yang lagi berang sama penjaga tokonya. Ya lagian, udah dibilangin kalo Pia Legong mah terkenal songong. Kami sudah berkali-kali telepon dan kirim e-mail dari bulan lalu tapi nggak ada jawaban. Lalu oomku ngasih tahu, katanya sekarang belinya harus langsung di tempat, antri dari jam 9 pagi, dan seorang cuma boleh beli 2 dus. Kenapa yah? Apa ketakutan dijual di tempat lain? Ya kalau begitu pun, kan orang-orang juga tahu toko aslinya dan pasti pilih beli di toko asli. Dan dulu setidaknya masih gampang buat pesan 20-30 dus via e-mail atau telepon. Sekarang alasannya ga jawab telpon dan email hanya “oh, mungkin lagi sibuk” . Waw! Malesin deh ah…

Kami sudah ditunggu buat brunch *halah* di rumah mertuaku di daerah pusat Denpasar. Ya sebetulnya lunch sih, tapi kami pada belum sarapan. (Kamiiiii? Lu kan udah makan nasgor di airport, Trid! Hahahaa…) Opa omanya si eneng jelas happy lah ya ketemu cucu setelah 8 bulan nggak ketemu! Kedua keponakan suamiku juga sudah menunggu dan kami juga sudah nggak sabar buat memperkenalkan adik sepupu mereka ini. Ehhh taunya mereka lagi batuk pilek!!! *nangis* Mana Tia si sulung (3,5 y.o) kesenengan ketemu adek bayi, dia pegang-pegang terus tangan si eneng (sehabis ngelap ingusnya) dan batuk di depan muka si eneng. Duh! Stress deh rasanya, tapi aku sungkan buat misahin atau ngelarangnya. Mana si suami nyantai aja lagi… Kalo si bungsu Bi (1,5 y.o) kayanya lebih pemalu, cuma ngeliatin aja sambil main sendiri.

Sehabis makan, papa-mama-tante pamitan mau jalan-jalan ke Beachwalk Kuta. Sekalian ngebucks mumpung tanggal 22 (iya, kami bawa tumbler, bo). Aku, paksu dan si eneng stay dulu buat main sekalian nebeng mandiin si eneng yang udah mulai bau acem. Mandinya lawak banget, dihujanin segala bath toys sama Tia sampai airnya ketutupan mainan semua hahaha… Abis mandi, si eneng kuolesin Thieves oil, trus dia ngantuk deh dan minta dikelonin. Lumayan aku bisa ikutan bobo cantik dulu sejam. Jam 1-an, aku bangun dan adikku ngabarin kalau dia dan papa ngantuk jadi mau naik taksi ke hotel. Mama dan tante masih asyik jalan-jalan di Kuta dan lagi nyobain Johnny Rocket *tsaahh*. Di sini nampak yah perbedaan preferensi lelaki dan perempuan di keluargaku. Yasudlah kami pamitan buat balik ke hotel. 

Papa dan adikku udah check-in dan ternyata kamarnya enaaakk! Luas, bersih, nyaman, dan nggak berbau aneh. Di Ramada Encore hanya ada 2 kamar bertipe family begini (kapasitas 6 orang, tapi kalau mau umpel-umpelan sih masih bisa lho, dan ada 2 sofa). Untuk harga dan ukuran segini mah cengli lah (tapi kalau mau cari villa di AirBnB sih banyak yang malah lebih murah hehehe). Ini foto-foto yang sempat ngebut kuambil sebelum diacak-acak semua.

Bentuknya sih kaya apartment, ada 3 kamar terpisah yang disatukan lewat living room, dapur, dan ruang makan di tengahnya. Di main bedroom ada kamar mandi dalam dan 1 sofa (bisa lah buat sus atau anak yang udah gedean). Lalu di antara second dan third bedroom ada 1 kamar mandi lagi.
Main bedroom (dah diacak si kecil), sofa dan bathroom-nya ga kefoto
Second bedroom dikasi twin bed
Third bedroom dikasi double bed, ukurannya sama dengan yang di main room
Kamar mandi bersama, dikasi handuknya buat 4 orang. Dua handuk lain tersedia di bathroom dalam main room.
Selain handuk mandi juga dikasih handuk muka
Toiletries tiap kamar mandi sama: sikat gigi, cukuran, cotton bud, shampoo, sabun cair, lotion, sabun batang, sisir, dan shower cap
Dapur dan ruang makan lengkap dengan kulkas 2 pintu, kompor, oven microwave. Di lemari sudah disediakan juga peralatan masak dan alat makan. Satu keanehan: nggak ada colokan buat nancepin pemanas air! Hahaa...
View kolam renang dari balkon kamar kami di lantai 3
Sembari bingung mau makan di mana, kami berangkat menjemput mama dan tante di Beachwalk. Ehh si eneng pup! Mana sambil nangis jejeritan pula (soalnya ini hari ketiga sejak pup terakhirnya). Asoy juga tuh di mobil semliwir wanginya sampe paksu dan adikku buru-buru buka jendela. Hebatnya, papaku yang jijikan malah santai aja lho bantuin aku ganti popok di jok belakang! Segitu sayang sama cucu… Di Beachwalk aku turun dulu, cuci tangan sekalian buang popok kotor daripada ditaruh mobil jadi pengharum organik.

Kami memutuskan buat ke Pirate’s Bay di Nusa Dua (bukan channel bajakan yah), mumpung si eneng udah pakai baju sailor juga hahaha.... Ternyata udah hampir fully booked (padahal tamunya masih sedikit) lho! Untung kami masih kebagian saung pohon di tingkat terbawah. Tapi kok kayanya kurang nyaman buat para tua-tua… Untung saung yang persis di depan pantai mendadak kosong, jadi kami boleh pindah ke situ. Kami pesan 3 porsi pasta, 2 pizza (ukurannya kicik), calamari, ayam bir, dan 6 minuman (teh jahe, teh biasa, lime squash, jus lemon). Si eneng ikutan makan apapun yang dia bisa. Pasta dan pizzanya sih quite good. Calamari dan ayam birnya standar. Minuman standar banget tapi marginnya gede (alias kemahalan) dan jus lemon pesanan adikku rasanya tawar (“kaya air kobokan,” kata adikku, yang mungkin diam-diam suka minum air kobokan). Kalau suasana sih enak lah ya, apalagi ditiup angin sepoi sore-sore. Cocok buat fofotoan pula. Plus live musicnya keren. Lagu-lagunya juga ada yang oldies jadi para tetua bisa turut menikmati. Saking enakeunnya, sampe si eneng yang apatis terhadap dunia seni pun melambai-lambaikan tangan pertanda enjoy (dan dibalas lambaian si vocalis, ciyee dadah-dadahan hahahaa). Servicenya juga agak lambat (buat jumlah pemesanan dan pengunjung yang baru segitu) tapi waiter-waiternya friendly, welcoming dan attentive sih bawain kami bantal-bantal tambahan... Total bill kami berenam hampir nyampe Rp 700 ribu; menurut kami agak overpriced buat kualitas dan kuantitas segitu tapi yah beli suasana lah yaa...dan live musicnya oke (ditekankan lagi)!

Nih diaa si tengil berbaju sailor!





Ini saung yang madep pantai itu... terlihat sempit karena ukuran kami pada bomber tapi sebetulnya cukup lega kok untuk selonjoran!
View di depan Pirate's Bay
Pirate's Bay menjelang sunset. Tadinya kami duduk di pelataran paling bawah (di kiri bawah) itu tapi kurang nyaman buat para tetua. Di bawah rumah pohon di kanan itulah para musisinya melantunkan lagu merdu *halah*.
Dari situ kami pulang ke hotel, menikmati mandi air hangat. Ini pertama kalinya si eneng (yang maceuh ini) mandi tanpa bak; lumayan melatih kreatifitas dan kelenturan mamanya hehehe… Dan malemnya dia nggak bisa tidur dooong! Jam 8 minta dikelonin seperti biasa, tapi abis itu malah on banget! Mungkin over-excited karena berada di tempat baru atau karena seru banyak orang. Akhirnya dia baru tidur jam 10! Padahal aku juga lagi rempong nyiapin dekor buat foto-foto (sok-sokan DIY sih). Untung banyak yang jagain si eneng. Tengah malam sehabis ngerjain lipat-melipat, aku dan mama kelaparan jadi kami pesan penne dan nasi. Sekitar 30 menitan lah sampai diantar. Rasanya? Tawar!!! Hahaha.... Asal perut kenyang aja deh jadi bisa pulas tidur (BTW AC-nya tokcer banget, di-stel di suhu 26 aja masih brrrrr)!


DAY 2: Bali Safari and Marine Park, foto-foto ultah dan dinner di Menega Jimbaran

Minggu pagi, papa-mama-tante turun bawa si eneng ke restoran untuk mengambil breakfast selagi aku mompa, trus aku nyusul. Menunya sih standar. Ada salad table, sliced fruits (semangka-melon-nanas, nggak pernah ganti selama kami di sana), porridge, makanan prasmanan, pastry table with self-made jams, egg station (omelet dan telur mata sapi, freshly made), dan beverage table berisi kopi, teh, susu, dan 2 macam jus buah (gonta-ganti antara jeruk, mangga, guava, dan apel). Buburnya bisa customized sesuai selera, pokoknya disediakan bubur kental TAWAR dan kaldu secara terpisah jadi kita bisa atur sendiri viscosity-nya *halah*; topping juga terpisah (ayam suwir, leeks, telur rebus, dst), dan berbagai saos, sambal, dan kecap. Makanan prasmanannya berkisar di potato wedges, nasi goreng Bali, pasta, ayam, dan gitulah. Jujur nggak terlalu berkesan hehehe… Kualitas makanan prasmanannya so-so, agak tawar buat kami mah… mungin disesuaikan dengan selera bule. Kalau pastry table-nya lumayan lah (above average tapi belum sampai tahap excellent hahaha). Ada toast (roti putih dan roti gandum), roti yang panjang-panjang itu (apa seh namanya, maap ya ane unsopistiketid), waffle, pancake, banana bread, kue dll. Strawberry jamnya enak, papaya jamnya kemanisan. Adikku dan paksu nyusul belakangan dan cuma makan sedikit. In overall menurut kami breakfastnya mah standar banget (tapi ya syusye, suka kami bandingin sama resort Nusa Dua hahahaa... kaya bandingin pir sama apel).

Kami siap-siap lalu split up. Mama dan tante sih katanya mau ke Krisna naik taksi. Papa dan adikku ikut kami ke Bali Safari, bareng sama mertuaku dkk. Di mobil terpisah, kakaknya suamiku nyetir membawa papa mama mertuaku dan kedua anaknya Tia dan Bi. Perjalanan lumayan jauh, adikku yang memandu pakai Waze. Si eneng udah cenghar sehabis short nap dan keasikan di jalan, dadah-dadahin opa omanya yang berkendara di belakang kami.

Tiket masuk Bali Safari udah naik ya ternyataa… Untung kami lokal jadi bayarnya lebih murah daripada tiket turis asing. Kalau ga salah, adult tuh seorang Rp 325.000 dan anak 2 tahun ke bawah masih gratis, sudah termasuk Bali Agung Theatre (yang ngantri paksu dan adikku, jadi aku ga terlalu ingat). Masuk-masuk setelah pengecekan tas (dan semua botol air mineral ditahan – tapi tromel minum anak dan bayi sih boleh dibawa), seperti biasa burung macau warna-warni sudah menanti. Si eneng suka sekaliii, diliatiiiin terus.
Bareng Opa, Oma, Uwak, dan kakak-kakaknya si eneng
Show Schedule tapi karena kami kesiangan, nggak sempat lihat apa-apa (lagian arek-arek masih kekecilan juga, belom ngerti)
Euis terkesima liat burung biru yang bukan taksi
Saat itu sudah jam 11.30 dan mengingat kami membawa 3 toddler-babies dan orang-orang tua, kami nggak mengejar elephant bathing show. Santai-santai aja jalan dan foto-foto lalu naik safari ride. Si eneng belum paham buat melihat ke arah yang kutunjuk jadi suka kuarahin aja kepalanya ke hewan-hewan yang lewat. Dia terutama suka sama leopard, mungkin karena mirip kucing-kucing liar dekat rumah yang dia lihat setiap pagi. Para papa-mama kami juga nampaknya cukup menikmati. Sayang tamu-tamu di belakang kami ajaib banget. Masa ada yang berisik bego-begoin anaknya gara-gara kelupaan aktifin video cameranya. Yaelah, di Youtube banyak kaliii… ga usah sampe marah-marahin anak di depan umum karena hal sepele lah.

Karena kami udah mulai lapar, kami putuskan buat makan dulu di Uma Restaurant. Sekalian nyusuin si eneng. Di Uma, ada beberapa stall makanan, minuman, dan dessert. Lumayan variatif lah. Nanti pesanan dicatat sama staffnya di kertas yang diberikan di pintu masuk lalu dihitung totalnya dan dilunasi ketika keluar. Karena bawa orang tua, kami pilih Chinese food buat mereka, nasi goreng buat Tia dan Bi, dan kentang goreng buat si Euis. Ehhh taunya pas nyusu malah dia bobo, jadi kentangnya dibungkus deh. Rasa makanan di Uma buat kami lumayan cocok. Harga… hahaha ya namanya juga di park ya, pasti overpriced. Ada area bermain anak juga jadi Tia dan Bi bisa main sambil makan di situ.

Begitu Tia dan Bi bosen main di Uma, kami berangkat lagi buat lihat acara feeding white tiger. Numplek ya orangnya jadi pas macannya makan sih nggak keliatan. Kami baru bisa lihat macannya waktu pengunjung lain mulai bosan dan cabcus. Ya namanya juga bawa anak-anak, kami nggak berani berdesakan. Baru juga foto-foto sama macan putih, sudah terdengar panggilan dari Bali Agung Theatre. Kami masuk ke teater dan menitipkan kamera dan botol minuman (makanan, minuman, dan alat perekam are all forbidden).

Eh kalau cerita saya soal Bali Safari nampak kurang antusias dan ga banyak foto, itu mungkin karena saya udah 4 kali ke sini jadi udah agak bosen hahahaa… Sedangkan saya nonton Bali Agung ini untuk kedua kali jadi wow effectnya udah berkurang. Tapi dari segi artistik saya masih suka banget dan salut deh sama si Bali Agung ini! Propertinya sadis, lightingnya elegan, aktingnya juara, dan jagoan banget masukin binatang-binatang beneran di beberapa partnya. Yahud banget liat parade ada gajahnya, ada macan tutul dan unta di panggung, dan burung-burung beterbangan dari belakang kami ke panggung. Ada yang ngangon bebek segala. Sayang dari segi cerita rada kurang mengena dan menurut papa, paksu, dan adikku sih rada bingungin (trus mereka bahas panjang lebar dong selama perjalanan pulang hahaha). Ceritanya sih sebetulnya emang for above 17 sih, abis ada tema perselingkuhannya hahahaa... Kaya apa ceritanya, nyusul di bawah dengan font kecil yak! Yang lucu tuh pas macannya ngadat nggak mau diajak keluar dari panggung sampai harus diseret. Buat toddler juga kayanya bosenin terutama pas bagian percintaan dan tari-tarian yang nggak ada binatangnya, terbukti Tia dan Bi ketiduran di tengah-tengah show. Si eneng malah cenghar abis bobo di Uma, jadi sepanjang show dia sibuk sendiri gangguin kami, minta turun dari pangkuan, atau malah dadah-dadahin pengunjung lain. Di beberapa bagian dia terpaku ngeliatin panggung, ga tau kesima sama apa. Lighting kali ya. Ataukah dia terinspirasi jadi seniman? Yakaliiii!
Image result for bali agung theatre
Gambar diambil dari situs resminya karena kami ga boleh motret
SPOILER ALERT!
Jadi gimana sih cerita si Bali Agung ini? Nah sejak aku nonton pertama kalinya (5 tahun lalu), cerita yang kutangkap sih belom berubah. Masih tentang Raja Jaya Pangus yang memperistri Kang Qing Wi, putri saudagar Cina yang datang ke Bali walau tak direstui pemimpin agama di istananya. Mereka saling mencintai tapi dirundung duka karena tak kunjung mendapat anak. Pergilah Jaya Pangus berlayar mencari wangsit dewa agar bisa mendapatkan anak. Malang tak dapat ditolak, kapal Sang Raja terkena badai dan terdamparlah dia di kaki Gunung Batur. Di sana ia bertemu dewi cantik bernama Dewi Danu dan mereka pun menikah. Tahun demi tahun berlalu, Kang Qing Wi yang galau memutuskan untuk mencari suaminya yang tak kunjung pulang. Setelah melewati berbagai kesulitan, sampailah ia di tempat suaminya dulu terdampar. Di situ ia bertemu seorang anak lelaki. Anak itu adalah anak Raja Jaya Pangus dan Dewi Danu. Pertemuan mereka bertiga diikuti dengan pertengkaran (adegannya telenovela abis) dan Dewi Danu menjadi marah. Dia memanggil monster-monster untuk membunuh para tentara (yang dibawa Kang Qing Wi?), Kang Qing Wi, dan Raja Jaya Pangus (lho?). Raja dan permaisurinya itu pun tewas. Dewi Danu kemudian mendirikan 2 patung agar rakyat Balingkang terus mengenang Sang Raja dan permaisurinya, Kang Qing Wi. Rada aneh ya, napa Dewi Danunya yang marah? Apa rajanya ngaku jejaka? Kok terakhirnya malah dia bikinkan arca buat mereka? Sampai kami bahas tuh di mobil, akhirnya kami nyari cerita aslinya yang lebih jelas, silakan dibaca di sini. Ternyata cerita ini adalah awal mula perayaan Galungan di Bali.

Sesudah nonton Bali Agung, kami bubar dulu. Papa mama mertua dan kakak iparku bawa anak-anak pulang dulu buat mandi dan nanti sorean akan nyusul ke hotel kami. Kami juga ke hotel buat siap-siapin dekor, rencananya kami akan foto-fotoan hari ini aja karena takut besoknya nggak keburu, walaupun sebetulnya si eneng ultahnya besok. Habisnya hari Senin kan Tia harus sekolah dan kakak iparku jaga di RS (doi lagi ngambil spesialis di Udayana).

Mama dan tanteku juga langsung nyusul ke hotel sehabis berburu oleh-oleh. Si birthday girl kumandikan dan dandanin. Kece deh pokoknya hihi… Trus kami sibuk masang-masang dekor. Ehhh salah kalkulasi dong! Tadinya sofa mau kuseret ke depan dekor supaya fotonya sambil duduk. Ternyata bawah sofanya kuotoooor! Ya iyalah, emangnya di rumah sendiri yang sofanya digeser kalau ngepel? Duh dudulnya diriku. Jadinya kami foto-foto sambil berdiri dan dekornya nggak keliatan! BRB nangis dulu…
Paper fannya DIY lho, lumayan niat ya bawa-bawa kertas ke Bali haha... Tapi emang bawanya dikit, takut ga bisa kepasang juga di hotelnya.
Courtesy of @delightfullycake. Kuminta bikinin cupcake Totoro dengan bunga sakura di atas latar kuning. Jadinya even better than we imagine! Kenapa temanya itu? Karena Totoro dan warna kuning sudah kusuka sejak dulu, plus sejak hamil aku suka pink. Trus waktu hamil kami ke Jepang buat hanami (liat sakura) dan si Euis lahir-lahir mirip anak Nippon hahaha... *maksaa*




Pas foto tiup lilin, kami nggak berhasil membujuk si eneng buat pasang pose niup lilin padahal kemarin-kemarin di rumah dia suka seru sendiri jebew-jebew 'mbrrrrrr brrrrr' sampe muncrat-muncrat. Ehh malah terjadi accident gara-gara kami lengah; aku lagi mindahin kue yang gede, ternyata si eneng nyamber lilin menyala dari cupcake. Ya nangis kejer deh, syukurlah ternyata tangannya baik-baik aja. Kalo dipikir sekarang, cadas ya ultah pertama aja udah pademin lilin pake tangan hahahaha... *emak biadab*.
Ini hasil ngezoom foto, tanganku lagi megang kue yang gede (ga dipost karena ada nama lengkap si eneng). Benda pink di tangan si ndut tuh lilin menyala lho, dan muka kami santai gitu! Kacaauu hahaa...
Setelah foto-foto, kami cabcus rame-rame buat makan malam di Menega Jimbaran. Karena belum reservasi, kami cuma kebagian tempat di dalam. Ya gapapa sih, anak-anak juga kan lagi pada batuk pilek. Kami pesan ikan, cumi, sama udang bakar. Waktu aku pesan kelapa, katanya abis, padahal pas selesai makan kami lihat-lihat dan kelapa masih banyak tuuuh! Waktu aku pesan jus alpukat, dijawab abis. Jus jeruk, dibilang kosong. Terus aku nanya, jadi adanya jus apa? Semangka aja. Yaelaaahh bilang dari tadi keleeuus! Jadi curiga sebetulnya mereka males aja nyiapin kelapa sama jus-jusan. Trus nasi dan kangkung tiba dalam kondisi UDAH DINGIN, disusul udang dan cumi. Sampai kami selesai makan, ikan kakapnya ga keluar-keluar! Ya kami cancel lah. Parah nih Menega, jadi males ke sini lagi. Mana kata papa mama, sambalnya udah nggak seenak dulu. Si eneng pun jadi nggak makan karena dia cuma bisa makan kakapnya (dan kangkungnya masih agak alot, susah buat dia kunyah). Yah gapapa sih, emang dia biasanya malem nyusu aja udah cukup. Di mobil pun dia nyusu dan langsung ketiduran blas.

DAY 3: Geger Beach, lunch bagul Pak Dobiel, ke Gusto Gelato Seminyak, renang di hotel, dan dinner di Bali Nikmat Chinese Restaurant  

Hari Senin, ulang tahun bocahku! Wuuuuuwww putriku, kamu kok udah gede aja lagiii? Selamat ulang tahun ya sayangku, semoga selalu membawa suka cita dan menjadi berkah bagi sekitarmu! Mama sayaaaang sekali sama kamu!
Masih bermuka bantal dan berbaju kemarin karena semalem ketiduran blass... sampe pagi hehe...
Sebagai bahan pembanding, ini eneng dengan boneka yang sama waktu umurnya 2 minggu, masih kurus dan item abis disinar hehehe...

Sesudah breakfast yang so-so lagi dan ngajak eneng rendem kaki kecipak-kecipuk di kolam hotel nan asoy, kami siap-siap. Sebetulnya bingung sih mau ke mana… Pingin ke Ubud atau Kintamani tapi takut paksu cape nyetirnya kejauhan. Kuputuskan buat ngecek Geger Beach trus kuliner di Seminyak. Taunya nyampe Geger aja udah siang bolong huahahaha… kaya bule aja hobi panas-panasan di pantai. Mau ngajak eneng main pasir pun gagal karena anaknya sukses tidur nyenyak sepanjang kami jalan-jalan di pantai depan Hotel Mulia.

Pantainya mah bagus sih, aku sukaa… Laut dan langitnya biru cerah, pasirnya juga bagus. Papaku seperti biasa ngomel liat kami lepas sandal. “Awas ada beling!” katanya, dan betul aja doi berhasil lho nemuin beling kecil di antara pasir seabrek gitu! Langsung diacungkan ke kami dengan penuh kemenangan hahahaa… Sebelum cabcus, kami minum kelapa dulu (balas dendam gara-gara ga bisa minum kelapa yang ‘abis’ di Menega) dan papaku shocked lihat aku bisa ngabisin 1,5 butir kelapa sendiri. Haus lah ya jadi buteki gendong-gendong baby 11,2 kg di pantai siang hari bolong gitu hahaa!

With papa dan adek di depan Hotel Mulia. Somehow hari itu pada pake baju merah, sungguh bukan janjian!
Ekspresinya bloon saking silau!
Jalan-jalan di depan Hotel Mulia, ngecek-ngecek aja, kali si adek mu merid di situ (ya kaliii)
 

Itu titik di kejauhan tuh adikku, lagi menggalau... ciyeee... Jadi watir yah.
Hari udah siang, kami putuskan buat makan siang di warung babi guling Pak Dobiel yang berada di dekat situ. Dengar-dengar sih di sini tukang ngetok harga sesuka mood bapaknya jadi kita musti langsung nembak, “Masih 30, Pak?” begitu nyampe. Nah paksu malah nanya ‘kude’ (berapa) jadi dijawablah Rp 45 ribu! Wew… udah telanjur lapar, kami coba aja deh. Mama dan tante geli lihat minyak babinya jadi mereka ngungsi ke warung nasi ayam di sebelah (yang katanya enak tapi puedeess). Untuk ukuran buteki yang udah setahun 6 bulan nggak makan pedes, untung diriku dan si eneng gapapa! Hahaaa… si eneng pernah diare pas aku dulu nyoba nyambel dikiiit, jadi agak traumatis. Kayanya badannya udah lebih kuat sekarang. Rasa? Enak juga, terutama kulitnya. Kuah baikutnya juga asoy, sayang paksu ga suka daging dikuah. Sayur urapnya enak tapi bawa pedes banget (tapi Si Tim yang ga doyan sayur itu bisa ngabisin! Haruskah kubelajar bikin urap?) dan satenya sih standar. Kami langsung minta Aqua, kepedesan. Di sini jelas ga ada baby chair, tapi untungnya si eneng anteng kupangku (karena asik mainin dompet adikku hahaha). Lucunya, pas bayar cuma ditagih Rp 170 ribu (buat 4 porsi bagul, 2 botol Aqua dan 1 Aqua gelas). Berarti mendadak didiskon jadi Rp 40 ribu per porsi ya bagulnya? Hahahaa…

Dari situ kami lanjut ke Biku di Seminyak. Udah jauh-jauh, macet, ehhh penuh! Hahaa salahku sih nggak reservasi dulu. Nyerah karena waiting listnya katanya sampai jam 4 sore dan yang bakal available pun di smoking area, kami lanjut ke Gusto Gelato. Jadi penasaran deh sama si Biku ini! Next time kudu ah ke sini. Waiter dan tukang parkirnya ramah-ramah walau sempat kecele ngajak ngomong Inggris ngira kami turis Cina (padahal kami ga berisik lho) hahaha…

Di Gusto lah kami pesta pora hahahaha… Kebetulan kakak iparku mengabari, doi berhasil tukar giliran jaga sama temannya jadi dia bisa bebas siang ini dan mau nyusul ke Gusto bareng arek-arek dan mertuaku. Selagi nunggu mereka yang terjebak macet, kami musti makan yang lama (dan banyak) dong yaa buat ngetag kursi… hahahaha… cari excuse banget ya! Abis penuh sih! Kami salah mesen, malah pesan yang medium (isi 3 rasa) seharga Rp 42 ribu. Mustinya beli 2 yang small (masing-masing 2 rasa) jadi total dapat 4 rasa seharga Rp 44 ribu hehehe… Kami nyoba rasa Praline (enak), Matcha (masih enakan Haagen Dazs tapi enak kok), Coffee (oke), Rum Raisin (enak), beberapa jenis rasa buah (enak-enak kok). Bahkan mama nyoba yang jahe, katanya enak! Aku juga nyoba lattenya, juga enak! Yang nggak oke cuma satu: toiletnya! Airnya suka nggak ngeflush gitu karena aliran ke tangki toiletnya kueciiiilll banget! Jijay kan ah! Pantesan ada 1 ibu cleaning service yang selalu jagain di depan toilet! Tapi kan kita yang malu yah, kita yang buang tapi doi yang bersihin? Iyuh!

Kami cukup lama duduk di Gusto ini karena kakak iparku terjebak macet sepanjang Denpasar-Seminyak, kasihan! Mana anak-anak katanya pada resah dan Bi nangis-nangis. Wih! Saking lama nongkrong di situ, kami sempat lihat turis Asia pesan es ukuran paling gede (sekitar 800 ml deh kayanya) buat dimakan sendiri! Eh ternyata ga kuat dia, bukan buteki sih hahaa... Begitu sampai, arek-arek dkk pun langsung nyerbu es krim. Sesudah mereka menghabiskan es krim mereka, kami kembali ke hotel buat berenang. Wah bakal mau ikutan renang nggak ya si enengku yang benci-tapi-cinta sama air ini?

Di hotel, ponakan-ponakan dan kakak iparku langsung nyemplung. Rupanya mereka udah pada ngedobel pake baju renang. Kami naik dulu ke kamar buat ganti baju dan ambil bannya si eneng (yang kemarin ditiup sendiri sama paksu pakai hembusan cinta). Lumayan juga karena kami ambil family room jadi bisa ambil 6 handuk hehehe…

Di kolam, pelan-pelan kami ajak si eneng kecipak-kecipuk kakinya di air, trus masuk. Mukanya masih agak tegang. Lalu kami pasangkan ban swim trainernya. Tetep tegang, malah sempet ampir nangis waktu dia berusaha mundur dan oleng jadi buru-buru kupegangin. Ehh lama-lama dia mulai bisa ngatur keseimbangan dan nyadar bahwa kakinya bisa mijak dasar kolam (karena kolamnya dangkal banget)! Langsung deh overconfident! Dia jalan-jalan menjauh dari kami lalu mulai mau ngangkat kakinya menikmati buoyancy. Belakangan malah sok-sokan atret (mundur) segala hahahaa… Seneng deh lihat dia finally bisa menikmati kolam renang, sayang nggak bawa kamera! Tia dan Bi juga sangat enjoy, malah katanya sesudah berenang ingus mereka agak berkurang hahaha…

Karena anginnya kencang dan airnya dingin, kami putuskan buat ngangkat si eneng keluar setelah 40 menitan. Papanya buru-buru bawa dia naik dibuntel handuk kering dan aku ngembaliin handuk-handuk basah. Begitu aku nyampe kamar ternyata si bocah lagi nangis dimandiin babenya, mungkin karena babenya belum lihai bermanuver tanpa bak hahahaa… Adultsnya juga bergantian mandi, untunglah ya ada 2 kamar mandi. Mendadak ketauan bahwa bumer makin ga enak badan. Duuhhh… padahal dah kami bilang jangan dipaksain, tapi setelah mendekam di kamar mandi bareng kakak iparku buat dibalur minyak angin, bumer pun bilang bisa lanjut bareng-bareng kami.

Keluarga suamiku ngajak kami dinner terakhir di Bali Nikmat, sebuah restoran Chinese food. Suasananya? RIUH! Gila dah karyawannya kalo bersihin bekas makan orang tuh maen lempar aja piring ke ember jadi berisik banget; kata mamaku sih di Cina aja nggak gitu-gitu amat hahaha…. Hebatnya, si unyilku betah aja tidur di gendongan mamaku dalam suasana berisik gitu! Kalo makanannya mah oke. Kami pesan sup asparagus (buat menghangatkan kerongkongan mama mertua), sayur khailan cah (enak), sapi lada hitam (enak tapi eneg, kebanyakan tepung), dan ikan asam manis (enak). Ada 1 menu lagi deh tapi lupa hahaha… 

Habis makan, papa-mama-adik-tante pamit dan say thanks (besok udah balik ke Jakarta) trus pulang ke hotel naik taksi. Kami bertiga ngikut ke rumah mertuaku. Di sinilah aku salah, mustinya udah aja suamiku pergi sendiri, si eneng ga usah. Padahal aku udah feeling ga enak banget tapi kan pingin nyenengin suami dan mertua ya. Big mistake! Insting seorang ibu tuh mustinya diturutin. Pintu rumah mertuaku yang biasanya dibuka di siang hari tentunya ditutup malam-malam, berarti ga ada sirkulasi udara. Anak-anak masih pada srat-srot dan ahak-ohok di dekat si eneng, dan pegang-pegang bahkan disuruh cium si eneng (yang buru-buru kularang). Ehh taunya si eneng digendong masuk ke kamar bareng 2 bocah sakit itu, plus pintunya ditutup! Speechless… Untung si eneng akhirnya minta nyusu, jadi kubawa ke kamar atas dan kukelonin, tapi dia tetap ga bisa tidur. Paksu ngalah ngajak pulang. Aku cuman bisa berharap ga ada penyakit yang kebawa. 

Tapi… tapi… tapii…. Malamnya si eneng gelisah tidurnya dan napasnya mulai grak grok sampai aku pun semi-begadang. Subuh-subuh ngamuk lah aku sama paksu hahahaa… Kisah klasik lah ya emak-emak ngomel sama suami kalo anak sakit, atau sebaliknya. Puji Tuhan si bocah masih cukup ceria walau keliatan mulai mampet idungnya. 


DAY 4: getting back to Jakarta

Pagi harinya sehabis breakfast dan kasi King Fung ke si baby, aku dan si eneng ikut paksu ke rumah mertua buat pamitan. Paksu dah bilang ga usah sih (abis kuomelin itu hahaa) tapi ya udah janji kemarin dan udah telanjur ketularan juga... nothing to lose dah! Sekalian barang-barang kami bawakan. Yang lain-lain bakal ngurus check-out dan langsung ketemuan di bandara. Di bandara, kami lunch dulu di BK dan membuat kericuhan. Masalahnya kami mau ngasih King Fung ke si eneng tapi tumben-tumbenan dia ngadat (biasanya dia doyan banget King Fung) sampai harus kami cekok diliatin bule-bule. Dikiranya kami ngasih obat tidur kali ya karena abis itu si eneng minta nyusu sambil sesenggukan trus langsung tidur.

Di pesawat, puji Tuhan kondisinya cukup segar, masih bisa menyusu dan main-main. Begitu bosan, dia gangguin penumpang-penumpang bule di sekitar bangku kami. Semuaaa disenyumin, didadah-dadahin… caper banget! 

Nyampe rumah barulah kondisinya memburuk, napasnya sesak karena hidungnya mampet. Tidur musti disangga bantal supaya posisinya setengah duduk dan kadang bahkan dia nggak mau tidur kalau nggak digendong. Hiks, sediih banget lihatnya. Sampai hari ini (total 9 hari pilek), dia udah dibawa ke dokter 2 kali, menghabiskan 7 botol Sterimar dan 2 pak King Fung, dan kupakaikan bawang merah di kakinya. Kami juga nyalain diffuser buat bantu melegakan napasnya. Akhirnya kami beri Rhinos selama 3 hari pagi-sore karena udah kasihan banget lihatnya. Kondisinya mulai membaik tapi masih sering mampet dan nangis kesal. Ya emang sih banyak orang dengan santai ngelarang kasi obat sambil mengingatkan bahwa pilek itu bakal sembuh sendiri tanpa obat dalam 10-14 hari, tapi kan bukan mereka yang lihat si bocah nangis ga bisa tidur, menolak mimi saking susah napas, nangis terus menerus minta digendong karena nggak nyaman. Bukan mereka yang sesenggukan megangin si bocah yang nangis gegoakan ketika disemprot Sterimar dan ingusnya yang super kental dan super banyak mengalir bareng saline water dan air matanya. Sediiihh banget liatnya!

Yah ini menjadi pelajaran yang sangat berat buat saya dan suami. Mau dikasih immune booster yang udah terbukti tokcer juga ada limitnya kalo anak yang sehat digabung bareng anak-anak lain yang sakit. Saya sama sekali nggak menyalahkan mertua dan ipar saya (mereka memperlakukan arek-arek yang sakit dengan santai mungkin karena memang arek-areknya masih bisa enjoy main dan beraktivitas walau sedang batpil). Salah saya dan suamilah yang nggak menjaga si kecil lebih baik. Dia kan masih baby walaupun badannya bongsor. Penyakit ringan seperti pilek pun bisa jadi siksaan berat buat dia. Setidaknya si traveler baby kelihatan menikmati jalan-jalannya. Semoga nggak kapok ya, mama Euis hehehe...

No comments:

Post a Comment